Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah Kerajaan Islam Atau Kesultanan Palembang Pada Masa Pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin Ii

Berikut ini akan dijelaskan ihwal kerajaan islam, sejarah kerajaan islam di indonesia, kerajaan islam di indonesia, kerajaan islam di sumatera, sejarah kerajaan palembang, kesultanan palembang, sultan palembang, kerajaan islam di palembang, sejarah palembang, kerajaan palembang, sejarah kota palembang, kerajaan islam palembang, sultan mahmud badaruddin ii, sultan mahmud badaruddin, sultan mahmud badarudin 2.

Kerajaan Islam Palembang Sumatra Selatan

Sejak Kerajaan Sriwijaya mengalami kelemahan bahkan runtuh sekitar kurun ke-14, mulailah proses Islamisasi sehingga pada final kurun ke-15 muncul komunitas Muslim di Palembang. 

Palembang pada final kurun ke-16 sudah ialah tempat kantong Islam terpenting atau bahkan sentra Islam di kepingan selatan “Pulau Emas”. 

Bukan saja alasannya yakni reputasinya sebagai sentra perdagangan yang banyak dikunjungi pedagang Arab/Islam pada abad-abad kejayaan Sriwijaya, tetapi juga dimenolong oleh kebemasukan Malaka yang tak pernah melepaskan keterlibatannya dengan Palembang sebagai tanah asalnya. 

Palembang sekitar awal kurun ke-16 sudah ada di bawah efek kekuasaan Kerajaan Demak masa pemerintahan Pate Rodim ibarat didiberitakan Tome Pires (1512-1515) bahkan pada waktu itu penduduk Palembang berjumlah lebih kurang 10.000 orang. 

Tetapi banyak yang mati dalam serangan memmenolong Demak terhadap Portugis di Malaka. Mereka berdagang dengan Malaka dan Pahang dengan jung-jung sebanyak 10 atau 12 setiap tahunnya. 

Komoditi yang diperdagangkan yakni beras dan materi makanan, katun, rotan, lilin, madu, anggur, emas, besi, kapur barus, dan lain-lainnya. 

Meskipun kedudukan Palembang sebagai sentra penguasa Muslim sudah ada semenjak 1550, namun nama tokoh yang tercatat menjadi sultan pertama Kesultanan Palembang ialah Susuhunan Sultan Abdurrahman Khalifat al- Mukminin Sayyid al-Iman/Pangeran Kusumo Abdurrahman/ Kiai Mas Endi sejak 1659 hingga 1706. 

Palembang berturut-turut diperintah oleh 11 sultan semenjak 1706 dan sultan yang terakhir, Pangeran Kromojoyo/Raden Abdul Azim Purbolinggo (1823-1825).

Kontak pertama Kesultanan Palembang dengan VOC terjadi pada 1610, tetapi alasannya yakni VOC tidak dipedulikan kepentingannya maka selalu terjadi kerenggangan. 

Pada 1658 wakil dagang VOC, Ockersz beserta pasukannya dibunuh dan dua buah kapalnya yaitu Wachter dan Jacatra dirampas. 

Akibatnya pada 4 November 1659 terjadi peperangan antara Kesultanan Palembang dengan VOC di bawah pimpinan Laksamana Joan van der Laen. Pada perang ini Keraton Kesultanan Palembang dibakar. 

Demikian pula Kuta dan permukiman penduduk Cina, Portugis, Arab dan bangsa-bangsa lainnya yang berada di seberang Kuta juga dibakar. 

Kota Palembang sanggup direbut lagi oleh pasukan Palembang dan kemudian dilakukan pembangunan-pembangunan, kecuali Masjid Agung yang hingga sekarang masih sanggup disaksikan meskipun sudah ada beberapa perubahan. 

Masjid agung mulai dibangun 28 Jumadil Awal 1151 H atau 26 Mei 1748 M pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin I (1724-1758). 

Pada masa pemerintahan putranya yaitu Sultan Ahmad Najmuddin (1758-1774) syiar agama Islam makin pesat. 

Pada waktu itu, berkembanglah hasil-hasil sastra keagamaan dari tokoh-tokoh, antara lain, Abdussamad al- Palimbani, Kemas Fakhruddin, Kemas Muhammad ibn Ahmad, Muhammad Muhyiddin ibn Syaikh Shibabuddin, Muhammad Ma’ruf ibn Abdullah, dan lainnya. 

Mengenai ulama populer Abdussamad bin Abdullah al-Jawi al-Palimbani (1704-1789), sudah dibicarakan Azyumardi Azra dalam Historiografi Islam Kontemporer secara lengkap ihwal riwayatnya, aliran serta kitab-kitabnya dan guru-guru sufi serta tarekatnya.

 Berikut ini akan dijelaskan ihwal kerajaan islam Sejarah Kerajaan Islam atau Kesultanan Palembang Pada Masa Pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin II
Mesjid Agung Palembang yang dibangun pada masa
pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin
Dalam perjalanan sejarahnya, Kesultanan Palembang semenjak pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin II menerima serangan dari pasukan Hindia Belanda pada Juli 1819 atau yang dikenal sebagai Perang Menteng (diambil dari kata Muntinghe).

Serangan besar-bemasukan oleh pasukan Belanda pimpinan J.C. Wolterboek yang terjadi pada Oktober 1819 juga sanggup dipukul mundur oleh prajurit-prajurit Kesultanan Palembang

Tetapi pihak Belanda pada Juni 1821 mencoba lagi melaksanakan penyerangan dengan banyak armada di bawah pimpinan panglima Jenderal de Kock. 

Sultan Mahmud Badaruddin II ditangkap kemudian dimembuang ke Ternate. Kesultanan Palembang semenjak 7 Oktober 1823 dihapuskan dan kekuasaan tempat Palembang berada pribadi di bawah Pemerintah Hindia Belanda dengan penempatan Residen Jon Cornelis Reijnst yang tidak diterima. 

Sultan Ahmad Najaruddin Prabu Anom alasannya yakni memberontak balasannya ditangkap kemudian diasingkan ke Banda, dan seterusnya dipindahkan ke Menado.

Sumber http://www.kuttabku.com

Post a Comment for "Sejarah Kerajaan Islam Atau Kesultanan Palembang Pada Masa Pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin Ii"