Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pergeseran Dan Perubahan Kode-Kode Kebahasaan

Perubahan Kode Kode Kebahasaan - Peristiwa kebahasaan ibarat yang disampaikan di atas merupakan kenyataan linguistik dalam masyarakat atau komunitas multilingual. Adapun yang dimaksud dengan komunitas multilingual atau multibahasa ialah kelompok sosial tertentu, atau sebut saja guyub bahasa tertentu, yang di dalamnya terdapat beberapa macam isyarat kebahasaan yang biasa digunakan dalam setiap insiden pertuturan antarwarganya. Lazimnya, kode-kode kebahasaan yang terdapat dalam masyarakat multilingual yang demikian mempunyai tugas dan fungsi bermacam-macam. Ada kode-kode kebahasaan yang dianggap sopan atau santun, ada kode-kode kebahasaan yang dianggap biasa-biasa saja, malahan ada pula kode-kode kebahasaan yang dipandang kaku dan kasar.
Dengan perkataan lain, dalam masyarakat atau komunitas multilingual itu ada kode-kode kebahasaan tertentu yang diperankan sebagai ragam bahasa tinggi, tetapi ada juga kode-kode tertentu yang diperanfungsikan sebagai ragam rendah. Pada masyarakat multilingual, yang dalamnya terdapat perbedaan tugas dan fungsi yang cukup terang atas ragam-ragam atau kode-kode kebahasaan yang dimilikinya ibarat yang dicontohkan di atas tadi, dengan sendirinya membentuk situasi diglosik  atau diglosia. Masyarakat atau komunitas tuturnya sendiri disebut dengan masyarakat diglosik atau diglosia alasannya di dalamnya memang terdapat gejala dan aneka fakta diglosia. Salah satu kenyataan yang tidak sanggup dipungkiri di dalam komunitas multilingual yang berfakta diglosia ialah selalu bergesernya kode-kode kebahasaan yang digunakan oleh setiap warga masyarakat atau komunitasnya. 

Kaprikornus pergeseran kode-kode kebahasaan itu tidak selalu harus terjadi dalam sosok bahasa yang berciri makro, tetapi sanggup pula pada aspek-aspek kecil atau bahkan faset-faset yang sangat kecil dari entitas kebahasaan tersebut. Bahkan, dalam komunitas multilingual tertentu ibarat ]awa dan Sunda, pergeseran makna atau maksud bahasa kelihatan terang dari gaya bahasa dan cara pembahasaannya. Pergeseran kode-kode kebahasaan yang semacam itu tidak kelihatan secara kasat mata (overt), tetapi tidak sanggup gampang dicerap diindra (covert), terlebih-lebih oleh orang-orang yang berada di luar lingkup warga masyarakat multibahasa itu.

 Peristiwa kebahasaan ibarat yang disampaikan di atas merupakan kenyataan linguistik dala Pergeseran dan Perubahan Kode-Kode Kebahasaan

Pengamatan Anda ibarat yang disampaikan di atas memang benar dan hal itu merupakan fakta pergeseran kode-kode kebahasaan cenderung halus dan berciri internal. Dikatakan halus alasannya pergeseran kode-kode terjadi dengan alami dan natural, seiring dengan bergulirnya keeratan kadar persahabatan dan keintiman kualitas hubungan di antara mereka secara perlahan-lahan. Dikatakan berciri internal alasannya pergeseran kode-kode kebahasaan itu masih terjadi dalam lingkup satu rumpun bahasa sifatnya tertentu, tidak terjadi lompatan ke dalam kode-kode kebahasaan yang mempunyai perbedaan rumpun dan mempunyai ciri-ciri keasingan lingual.
Perubahan atau pergeseran di dalam cara penyapaan dari bentuk “mbak” dan “mas” menjadi 'situ' atau ‘situ-situ’, bekerjsama terjadi alasannya ada maksud tertentu yang mencuat di balik hubungan yang telah terjalin cukup dekat itu. Dengan gaya 'situ-situ’ (jawa: kona-kono Indonesia: kamu-kamu), tersirat bahwa bekerjsama ada sesuatu yang dirasakan secara bahu-membahu sudah tidak pas lagi digunakan di dalam penyapaan di antara mereka berdua alasannya fakta hubungan mereka sudah semakin intim. Tetapi, di balik fakta kebahasaan itu juga dirasa masih terlalu cepat untuk hingga pada bentuk sapaan 'mas' dan ‘dik'. Terlebih-lebih lagi bentuk sapaan "papa” dan "mama”, yang hanya lazim digunakan sesudah mereka mengikat diri di dalam pernikahan. Satu hal penting yang perlu dicatat dalam kenyataan ini ialah pergeseran dari isyarat kebahasaan  ke dalam isyarat kebahasaan lainnya selalu dibarengi dengan  maksud dan tujuan tertentu yang jelas.
Perubahan dari pemakaian isyarat sapaan yang satu ke dalam isyarat sapaan yang lainnya juga selalu dilatarbelakangi maksud dan tujuan yang terang dan sungguh-sungguh genah. Manakala kadar keakraban persahabatan dan kualitas keintiman hubungan mereka tidak lagi sanggup dipertahankan, sanggup jadi perrgeseran kode-kode kebahasaan itu akan cepat berbalik mundur, bahkan sanggup menjadi relatif berangasan dan mempunyai konotasi saling tidak menyenangkan. Dalam khasanah sosiolinguistik, kenyataan yang terjadi pertama lazim disebut dengan forward-step anda switching (kode bergeser kea rah depan), sedangkan yang disebutkan terakhir itu dinamakan back-ward-step code switching (kode bergeser ke arah belakang).

Peristiwa pergeseran kode-kode kebahasaan itu sanggup terjadi di dalam  ranah (domain) dan kesempatan (chance), sebagai akhir tidak eksklusif dari tidak terhindarinya insiden persentuhan kode-kode kebahasaan yang satu dengan yang lainnya dalam wadah masyarakat tutur multilingual itu. Di satu sisi pergeseran kode-kode kebahasaan itu akan menyebabkan kompleksitas dalam pembelajaran dan pemahaman bahasa  yang bersangkutan. Tetapi, di sisi lain, justru dengan insiden pergeseran kode-kode kebahasaan itulah sanggup terjadi penggambaran fakta bahasa yang murni, bahasa yang berhakikat tidak berdimensi satu, tetapi berfaset serbajamak.

Sumber http://www.satubahasa.com

Post a Comment for "Pergeseran Dan Perubahan Kode-Kode Kebahasaan"