Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dari Puncak Sebuah Bukit Oleh Yoga Dwi Anggara Majalengka

Tak banyak sampaumur kini yang peduli dengan lingkungan, mengamati dan memperhatikan perubahannya mungkin sudah cukup terang untuk mencicipi perbedaan alam sekitar kita, menyerupai sahabat satubahasa ini dengan indah berkeluh kesah perihal perubahan panorama alam yang ia rasakan melalui puisi alam.



Dari Puncak Sebuah Bukit

Embun pagi kian berceceran.
Perlahan-lahan mencair diatas rumput hijau.
Dan hawa hambar itu,
Menusuk Kulitku dalam-dalam.

Di puncak bukit ini,
Aku pernah saksikan ribuan tangkai padi masih terhampar,
Yang menyatu dengan rumah-rumah penduduk.
 











Sayang seribu sayang, kini hanyalah jadi angan-angan semata.
Sayang beribu-ribu sayang, saya takkan pernah melihatnya lagi.
Padi-padi itu perlahan tergusurkan,
Oleh sebuah tiang berasap serta air limbah perusak.

Entahlah siapa yang menggarapnya,
Namun satu yang pasti.
Yang tersisa hanyalah embun pagi berceceran,
Meskipun embun telah tercemar zat berbahaya.

Ku tatap ironi ini,
Dari Puncak Sebuah Bukit.

Yoga Dwi Anggara
Kadipaten, Majalengka, Jawa Barat



Sahabat juga sanggup mengirimkan puisi karya sahabat yang nantinya akan kami postingkan untuk sanggup dibaca oleh sahabat satubahasa lainnya, jadi jangan ragu lagi untuk mengirimkan puisi sahabat pada form yang sudah satubahasa buatkan.

Sumber http://www.satubahasa.com

Post a Comment for "Dari Puncak Sebuah Bukit Oleh Yoga Dwi Anggara Majalengka"