Dialek Bahasa Profesi Dan Kelas Sosial Era Kini
Bahasa Profesi dan Kelas Sosial - Pertama, perlu dijelaskan bahwa dialek menunjuk pada sosok variasi bahasa yang digunakan kelompok sosial tertentu dalam konteks situasi pemakaian yang berbeda-beda. Dengan demikian, sosok variasi bahasa itu sanggup dibedakan menurut pemakaian atau penggunaannya. Penggunaan variasi bahasa yang majemuk itu sanggup berbeda-beda pula sebabnya. Faktor tempat atau lokasi, contohnya saja, akan sanggup melahirkan dialek tempat, lokasi, atau regional (geograpichal dialect). Bahasa Jawa yang digunakan masyarakat Jawa di Banyumas dan sekitarnya berbeda dengan bahasa Jawa yang digunakan masyarakat di Banyuwangi dan sekelilingnya. Demikian pun bahasa Jawa yang digunakan di Yogyakarta dan Surakarta, keduanya muncul karena hadirnya perbedaan lokasi dan sejumlah faktor lainnya. Faktor perpindahan penduduk dan perubahan lokasi permukiman juga sanggup menjadi penyebab hadirnya dialek tempat atau regional ini.
Perbedaan dalam hal waktu pemakaian terhadap variasi bahasa tertentu ,melahirkan dialek waktu atau temporal. Orang yang meninggalkan kampung halaman dalam waktu lama, merantau ke kota besar dalam yang usang pula, mempunyai dialek bahasa yang berbeda dengan teman-teman sekampungnya yang tetap tinggal di sana. Berkenaan dengan ini, lihatlah sekelompok warga perkampungan tertentu yang kebanyakan merantau ke Jakarta atau kota-kota besar lainnya dalam waktu usang untuk untuk menjadi pembantu-pembantu rumah tangga. Ketika pulang ke kampung, mereka berdialek bahasa yang berbeda dengan teman-teman sebelumnya yang tetap tinggal di kampung itu. Sosok bahasa Melayu Kuno dan Modern juga bahwasanya diperbedakan atas dasar ketidaksamaan waktu pemakaian di tengah masyarakatnya.
Perbedaan dalam hal status atau kelas sosial akan sanggup melahirkan dialek kelas sosial atau dialek sosial. Dialeknya orang-orang kebanyakan, bahasanya para petani, atau dialeknya para pedagang kaki lima berbeda dengan dialeknya para punggawa atau abdi dalem Kraton yang kebanyakan tinggal di kota-kota atau sekitar wilayah keraton. Orang yang tinggal di desa terpencil dan tetap menjadi orang miskin di sana berbeda sekali wujud dialek bahasanya dengan orang dari tempat yang sama, namun berhasil dalam hidupnya karena berani merantau ke wilayah lain yang lebih maju. Dengan keberanian meninggalkan daerahnya dan menjadi orang berhasil di sana, orang tersebut sanggup berubah status dan kelas sosialnya.
Perbedaan dalam pekerjaan atau profesi sanggup juga melahirkan sosok dialek bahasa yang berbeda, tergantung dari kekhasan profesi yang dimilikinya. Kekhasan dalam cara berbahasa yang sesuai dengan profesi seseorang itulah yang lalu melahirkan dialek profesi. Dialeknya para dokter berbeda dengan dialek bahasanya para andal ekonomi. Dialek bahasanya para guru juga akan sangat berbeda dengan dialek bahasanya andal aturan dan manajer-manajer perusahaan. Hal demikian disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaan dalam bertindak dan bertutur-sapa, bersikap dan berperilaku, yang lazim dilakukan oleh setiap warga kelompok profesi tersebut dalam keseharian hidupnya.
Perbedaan dalam pekerjaan atau profesi sanggup juga melahirkan sosok dialek bahasa yang berbeda, tergantung dari kekhasan profesi yang dimilikinya. Kekhasan dalam cara berbahasa yang sesuai dengan profesi seseorang itulah yang lalu melahirkan dialek profesi. Dialeknya para dokter berbeda dengan dialek bahasanya para andal ekonomi. Dialek bahasanya para guru juga akan sangat berbeda dengan dialek bahasanya andal aturan dan manajer-manajer perusahaan. Hal demikian disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaan dalam bertindak dan bertutur-sapa, bersikap dan berperilaku, yang lazim dilakukan oleh setiap warga kelompok profesi tersebut dalam keseharian hidupnya.
Berkaitan dengan ini, dialek profesi negatifnya seorang pencuri, pencopet, perampok, dan penjahat akan berbeda dengan dialek profesi positifnya seorang manajer institusi dan seorang sekretaris di perusahaan-perusahaan. Dialek profesi dalam pengertian yang negatif ibarat dicontohkan di depan dalam linguistik disebut dengan istilah argot. Selain berkonotasi negatif, sosok argot itu juga menunjuk pada variasi bahasa diam-diam dan kasar. Dengan kekhasan ciri yang demikian, hanya warga kelompok yang mempunyai profesi sama sajalah sanggup mendapatkan dan memahaminya.
Variasi bahasa dalam pengertian positif, karena didasarkan pada perhatian, minat, keprihatinan, keinginan, cara kerja, dan harapan sama, biasanya melahirkan wujud dialek lain yang lazim disebut jargon. Jargor-jargon bahasa dengan sendirinya menunjuk kepada variasi yang digunakan sekelompok orang tertentu dalam profesi sama, untuk menyebut konser sikap, dan perbuatan yang membedakannya dengan profesi lain. Dengan klarifikasi dan teladan yang disampaikan di depan, pengasuh hendak menegaskan bahwa sebab-sebab munculnya dialek bahasa itu sanggup berbeda- beda.
Lalu, orang biasanya memang bahagia berakrab-akrab dan bercanda ria dengan sesama rekan yang mempunyai dialek sama. Orang juga serasa simpel bergurau dan berkelakar dengan orang yang berdialek sama Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dialek bahasa itu berfungs sebagai penanda solidaritas atau kesetiakawanan antarsesama warga masyarakat pemiliknya. Dengan merasa sekawan dan solider dengan sesamanya itu, orang merasa mempunyai suka murung dan nasib yang sama dengan rekannya. Mereka juga merasa hidup dan senantiasa terus berkembang dalam Wadah variasi bahasa yang sama. Oleh karena itulah, orang sering merasa erat dan berelasi dekat dengan sesama di dalam kelompoknya.
Sumber http://www.satubahasa.com
Post a Comment for "Dialek Bahasa Profesi Dan Kelas Sosial Era Kini"