Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Matematika Zaman Babylonia

Zaman Babilonia adalah salah satu periode dalam sejarah Messopotamia yang dikenal cukup panjang. Zaman ini dikenal sebagai peridode keemasan Messopotamia dari tahun 2000 BC sampai 600 BC. Puncak kejayaan yang populer pada masa tersebut sekitar tahun 2000 – 1800 BC. Banyak telah perjuangan yang diperlihatkan dan menghasilkan produk produk ilmu pengetahuan waktu itu.

Budaya Matematika Babilonia

Para jago matematika telah mengembangkan langkah langkah algoritma menyerupai cara mencari akar pangkat dua suatu bilangan. Beberapa operasi dasar matematika menyerupai penjumlahan, penurangan dan perkalian tidak berbeda dengan yng telah kita gunakan zaman sekarang. Hanya satu perbedaan yang unik dikala melaksanakan operasi pembagian. Pembagian dilakukan dengan memakai sebuah tabel khusus. Seperti kalau ingin membagi 14 dengan 5, maka akan dicari dengan mengalikan angka 14 dengan 2, lalu ditaruh satu koma di satu angka belakang. 14x2 =28 ditaruh koma, 2,8. Tabel tabel pembagian tersebut telah dirancan khusus olh jago matematika kala itu. Sementara untuk pembagi dengan jumlah besar maka dilakukan secara berulang.

Salah satu bentuk pembagian unik dari perkembangan ilmu pengetahun juga terjadi di Mesir. Berbeda dengan Babilonia, mereka tetapkan pembagian dengan cara mengalikan dengan kebalikan pembagi. Prinsip ini yang dikembangkan untuk melaksanakan pembagian pada pecahan. Seperti teladan 14 dibagi 5 lagi, maka bangsa Mesir akan menulisnya dalam bentuk 14 x 1/5.

Kembali ke sejarah matematika pada zaman Babilonia, Beberapa bukti ditemukan berupa tablet tablet cuneiform. Tablet tersebut berisi wacana daftar tabel logaritma. Tablet lainnya juga berisi wacana aritmatika wacana anuitas. Bagaimana mencari bunga yang berbunga lagi. Di bandingkan dengan keadaan peradaban Mesir pada waktu yang sama (2000 BC) peradaban Babilonia ini dinilai lebih maju dari bangsa Mesir. Hal ini terbukti dari bukti inovasi penyelesaian aljabar retorika.
Bukti Sejarah Matematika Kuno
Aljabar yang digunakan di Babilonia tidak hanya sanggup menyelesaikan persamaan pangkat dua, tetapi juga telah mengenal penyelesaian penyelesaian dari persamaan pangkat tiga dan pangkat empat. Dibandingkan Mesir, dimana lebih banyak berkonsentrasi kepada persamaan linear. Di Babilonia sendiri persamaan linear ini merupakan hal yang teralu lumrah dan gampang untuk diselesaikan.

Meskipun demikian sampai kini belum diketahui adanya keterkaitan antara Mesir dan Messopotamia dalam hal sejarah matematika. Hanya beberapa bukti memperlihatkan tidak ada keterkaitan yang signifikan antara kedua peradaban ini. Bukti nyatanya menyerupai hal dalil Phytagoras (triple Phytagoras), di Mesir tidak pernah ditemukan bukti dokumen sejarah yang membahas permasalahan ini. Sementara itu di Babilonia telah mengenal teorema sejenis Phytagoras ini dengan nama Triple Babylonia. Baca:Biografi Phytagoras.

Pengetahuan akan teorema Phytagoras ini tak terpaku pada segitiga siku siku saja di Babilonia. Dalam sebuah tablet yang ditemukan juga terdapat problem yang lebi kompleks, menyerupai suatu tangga dengan panjang 0;30 unit bediri pada sebuah dinding. Pertanyaan yang diberikannya yaitu berapa jauh ujung tangga paling bawah bergeser dari dinding apabila puncak atas tangga digeser kebawah 0;6 unit. Jawaban yang diperoleh dalam cuneiform ini yaitu sama dengan balasan yang akan diperoleh kalau digunakan dalil Pythagoras dalam penyelesaiannya.

Bukti Sejarah Matematika Babylonia

Dalam tablet cuneiform Babylonia banyak ditemukan latihan-latihan dalam bidang geometri juga, tetapi orang Babilonia menganggap bahwa geometri ini sebagai aplikasi dari aritmatika saja. Salah satu dari problem itu yaitu dikala membagi suatu segitiga siku-siku atas enam bagian, dimana garis pembaginya sejajar dengan salah satu sisi siku-sikunya, dan mempunyai jarak yang sama; antara garis pembagi yang satu dengan garis yang lainnya. Diketahui sebuah segitiga siku-siku itu yaitu 11,22,30 dan salah satu sisinya 6,30. Dalam permasalahan ini ini ditanyakan perbedaan luas masing-masing bagian segitiga itu. Dalam potongan lain dari cuneiform ini terdapat permasalahan sebagai berikut, Diketahui bahwa sisi ganjal dan potongan atas suatu trapesium sama kaki masing-masing bernilaia 50 dan 40 satuan panjang, sedangkan panjang sisi tegaknya yaitu 30. Dalam kasus ini ditanyakan berapa jarak antara sisi ganjal dan sisi atas trapesium itu.

Matematika Babilonia juga telah mengenal bahwa garis yang dibentuk tegak lurus dari puncak suatu segitiga sama kaki ke sisi alasnya akan membagi dua sisi alasnya sama panjang. Kaprikornus andai diketahui panjang tali busur suatu bulat dengan jari-jari yang diketahui, maka mereka akan sanggup mencari panjang apotemanya.

Kelemahan dari pengembangan matematika Babilonia (termasuk juga Mesir) dalam bukti sejarah papyrus (mesir) dan cuineforrn (babilonia) ini hanya berupa goresan pena soal dan pembahasan saja. Tidak menjelaskan atau ditemukan sebuah rumus umum yang sanggup digunakan dalam kondisi lain. Seperti terlihat pada teladan contoh diatas hanya menawarkan sebuah permasalahan yang telah diselesaikan, sehingga jarang dari jago ahli matematika dari sini yang dikenal mengenalkan suatu rumus atau teorema (seperti Phytagoras tadi). Baca : Matematika Zaman Mesir Kuno.
Sumber http://www.marthamatika.com/

Post a Comment for "Matematika Zaman Babylonia"