Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

6 Agenda Dan Tuntutan Reformasi 1998 Di Masa Berakhirnya Pemerintahan Orde Baru

Kali ini kita akan mengulas terkena sejarah berakhirnya orde baru, masa reformasi, aktivitas reformasi, aktivitas reformasi 1998, tuntutan reformasi, 6 aktivitas reformasi, tuntutan gerakan reformasi, tuntutan reformasi 1998, sebutkan aktivitas reformasi. 

Tuntutan dan Agenda Reformasi

Reformasi yaitu gerakan untuk mengubah bentuk atau sikap suatu tatanan, alasannya yaitu tatanan tersebut tidak lagi disukai atau tidak sesuai dengan kebutuhan zaman, baik alasannya yaitu tidak efisien maupun tidak membersihkan dan tidak demokratis.

“Reformasi atau mati”. Demikian tuntutan yang torehkan oleh para pelopor mahasiswa pada spanduk-spanduk yang terpampang di kampus mereka, atau yang mereka teriakan ketika melaksanakan agresi protes melalui kegiatan unjuk rasa pada selesai April 1998. 

Tuntutan tersebut menggambarkan sebuah titik kulminasi dari gerakan agresi protes yang tumbuh di lingkungan kampus secara nasional semenjak awal tahun 1998. 

Gerakan ini bertujuan untuk melaksanakan tekanan semoga pemerintah mengadakan perubahan politik yang berarti, melalui pelaksanaan reformasi secara total. 

Kemunculan gerakan reformasi dilatarbelakangi terjadinya krisis multidimensi yang dihadapi bangsa Indonesia. Gerakan ini pada awalnya spesialuntuk berupa demonstrasi di kampus-kampus besar. 

Namun mahasiswa jadinya harus turun ke jalan alasannya yaitu aspirasi mereka tidak mendapat respon dari pemerintah. Gerakan Reformasi tahun 1998 memiliki enam aktivitas yaitu:
  1. Suksesi kepemimpinan nasional
  2. Amendemen Undang-Undang Dasar 1945
  3. Pemberantasan KKN
  4. Penghapusan dwifungsi ABRI
  5. Penegakan supremasi hukum,
  6. Pelaksanaan otonomi daerah
Agenda utama gerakan reformasi yaitu turunnya Soeharto dari jabatan presiden. Berikut ini kronologi beberapa bencana penting selama gerakan reformasi yang memuncak pada tahun 1998.

Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang akan diselenggarakan pada tanggal 20 Mei 1998 direncanakan oleh gerakan mahasiswa sebagai momen Hari Reformasi Nasional. 

Namun ledakan kerusuhan terjadi lebih awal dan di luar dugaan. Pada tanggal 12 Mei 1998 empat mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta tewas tertembak peluru pegawanegeri keamanan ketika demonstrasi menuntut Soeharto mundur. 

Mereka yaitu Elang Mulya, Hery Hertanto, Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin Royan. Mereka tertembak ketika ribuan mahasiswa Trisakti dan lainnya gres memasuki kampusnya sehabis melaksanakan demostrasi di gedung MPR.

Penembakan pegawanegeri di Universitas Trisakti itu menyulut demonstrasi yang lebih besar. Pada tanggal 13 Mei 1998 terjadi kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan di Jakarta dan Solo. 

Kondisi ini memaksa Presiden Soeharto mempercepat kepulangannya dari Mesir. Sementara itu, mulai tanggal 14 Mei 1998 demonstrasi mahasiswa semakin meluas. 

Bahkan, para demonstran mulai menduduki gedung-gedung pemerintah di sentra dan daerah. Mahasiswa Jakarta mengakibatkan gedung DPR/MPR sebagai sentra gerakan yang relatif aman. 

Ratusan ribu mahasiswa menduduki gedung rakyat. Bahkan, mereka menduduki atap gedung tersebut. Mereka berupaya menemui pimpinan MPR/DPR semoga mengambil sikap yang tegas. 

Akhirnya, tanggal 18 Mei 1998 Ketua MPR/DPR Harmoko meminta Soeharto turun dari jabatannya sebagai presiden. 

Untuk mengatasi keadaan, Presiden Soeharto menjanjikan akan mempercepat pemilu. Hal ini ditetapkan sehabis Soeharto mengundang beberapa tokoh masyarakat menyerupai Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid ke Istana Negara pada tanggal 19 Mei 1998. 

Akan tetapi, upaya ini tidak mendapat sambutan rakyat. Momentum hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 1998 rencananya dipakai tokoh reformasi Amien Rais untuk mengadakan doa bersama di sekitar Tugu Monas. 

Akan tetapi, dia membatalkan planning apel dan doa bersama alasannya yaitu 80.000 tentara bersiaga di tempat tersebut. Di Yogyakarta, Surakarta, Medan, dan Bandung ribuan mahasiswa dan rakyat berdemonstrasi. 

Ketua MPR/DPR Harmoko kembali meminta Soeharto mengundurkan diri pada hari Jumat tanggal 20 Mei 1998 atau DPR/MPR akan terpaksa menentukan presiden baru. 

Bersamaan dengan itu, sebelas menteri Kabinet Pembangunan VII mengundurkan diri. Akhirnya, pada pukul 09.00 WIB Presiden Soeharto membacakan pernyataan pengunduran dirinya. 

Itulah beberapa bencana penting menyangkut gerakan reformasi tahun 1998. Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden yang sudah dipegang selama 32 tahun. 

Beliau mengucapkan terima kasih dan mohon maaf kepada seluruh rakyat Indonesia. Soeharto kemudian digantikan B.J. Habibie. 

Sejak ketika itu berakhirlah abad Orde Baru selama 32 tahun, Indonesia memasuki sebuah abad gres yang kemudian dikenal sebagai Masa Reformasi.

Sumber http://www.kuttabku.com

Post a Comment for "6 Agenda Dan Tuntutan Reformasi 1998 Di Masa Berakhirnya Pemerintahan Orde Baru"