Hubungan Dekolonisasi Di Asia Dan Afrika Dengan Transformasi Politik Dan Sosial Di Banyak Sekali Negara
Pada umumnya kemerdekaan tidak ada yang didiberikan sebagai hadiah atau semata-mata sebab kebaikan kaum penjajah.
Kemerdekaan biasanya direbut dengan kekuatan senjata. Bagi rakyat terjajah hal demikian sering disebut perang kemerdekaan atau usaha kemerdekaan.
Pada puncak kejayaan kaum imperialis Barat masa lampau terjadi dua kali perang besar, yaitu Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
Kedua perang tersebut sangat kuat terhadap usaha nasionalisme atau pergerakan kemerdekaan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika, termasuk Indonesia.
Gedung Asia Afrika |
Selama Perang Dunia I, hampir seluruh negara Eropa terlibat dalam peperangan yang menjadikan kehancuran. Oleh sebab itu, bangsa Asia dan Afrika meningkatkan tuntutannya kepada negara-negara penjajah, berupa pembaruan pemerintahan dan pembentukan forum perwakilan rakyat.
Akibat krisis ekonomi sehabis Perang Dunia I, negara-negara kolonial berusaha untuk lebih meningkatkan pemerasan kekayaan di daerahdaerah jajahannya di Asia dan Afrika. Hal itu menjadikan gerakan-gerakan perlawanan yang lebih radikal.
Berakhirnya Perang Dunia II (1939–1945) melahirkan Piagam Atlantik (Atlantic Charter) yang terdapat beberapa hal penting yang menyangkut HAM (Hak Asasi Manusia), antara lain setiap negara tidak boleh mengambil wilayah negara lain dan penegasan bahwa setiap bangsa berhak memilih nasibnya sendiri (self determination).
Hal ini ialah landasan universal bagi usaha kemerdekaan bagi negeri-negeri yang terjajah sehingga mendorong perkembangan kemerdekaan negara terjajah untuk mencapai kemerdekaan.
Piagam tersebut menjadi landasan berdirinya PBB. Tahun 1945 yang membuat akselerasi proses dekolonisasi di Asia Afrika.
Proses pelepasan negara jajahan dari negara induknya ini disebut proses dekolonisasi. Dekolonisasi ialah istilah yang digunakan bangsa-bangsa Eropa di dalam menjalankan praktik imperialisme dan kolonialisme di wilayah Asia dan Afrika.
melaluiataubersamaini didasari oleh semangat untuk memilih nasib sendiri (self determination), faktor ideologi dan taktik antiimperialisme yang dimiliki oleh pergerakan-pergerakan kebangsaan negara-negara di Asia Afrika harus berjuang secara fisik untuk meraih kemerdekaan.
Pada Perang Dunia I dan Perang Dunia II, kaum imperialis banyak memakai juga pasukan-pasukan dari negeri jajahannya.
Pengerahan pasukan dari negeri jajahan sejalan dengan propaganda demokrasi dan berpemerintahan sendiri yang dalam praktiknya tidak pernah hadir tanpa adanya perjuangan.
Para prajurit dari negeri jajahan yang ikut dalam perang besar menjadi pendorong perkembangan pergerakan kemerdekaan dari setiap negara jajahan di daerah Asia dan Afrika yang pada puncaknya melahirkan negara-negara gres yang merdeka dan berdaulat.
Perang Dunia I dan Perang Dunia II kuat terhadap usaha pergerakan kemerdekaan Indonesia. Sesudah Perang Dunia I, corak dan haluan banyak sekali organisasi Pergerakan Nasional Indonesia berubah ke arah yang lebih tegas, lebih berani, dan lebih keras.
Sikap radikal dari banyak sekali organisasi Pergerakan Nasional mungkin sebab terpengaruh ucapan Presiden Wilson pada simpulan Perang Dunia I yang menganjurkan semoga bangsa-bangsa di dunia yang masih dijajah didiberi hak untuk memilih nasib sendiri.
Sebaliknya, Perang Dunia I menjadikan kesusahan bagi pemerintah Kerajaan Belanda. Oleh sebab itu, pemerintah kolonial Belanda bersikap mendekati organisasi Pergerakan Kebangsaan Indonesia.
Pada bulan Mei 1918, pemerintah kolonial Belanda membentuk Dewan Rakyat (Volksraad). Pada Sidang Dewan Rakyat tanggal 18 November 1918, Gubernur Jenderal Hindia Belanda van Limburg Stirum memberikan pidato yang menjanjikan pembaruan pemerintahan di Indonesia.
Pidato gubernur jenderal ini lebih dikenal sebagai Janji November 1918 atau November Belofte. Akan tetapi, sehabis selesai perang, pemerintah kolonial Belanda bersikap lebih reaksioner dan menindas pergerakan kebangsaan Indonesia dengan penangkapan dan pemmembuangan para pemimpinnya.
Perang Dunia II mengakibatkan terdesaknya Belanda dari wilayah jajahannya di Indonesia. Selanjutnya, Indonesia berada dalam pendudukan Jepang.
Selama Perang Dunia II, Jepang banyak mengalami kesusahan dalam melawan negara-negara Sekutu sehingga harus mengerahkan pasukan dari wilayah pendudukannya. Di samping itu, Jepang juga harus menghadapi Perang Kemerdekaan Indonesia.
Akhirnya, pada pertengahan bulan Agustus 1945 Jepang mengalah kalah terhadap negara-negara Sekutu. Peristiwa menyerahnya Jepang terhadap Sekutu dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan perjuangannya dalam mencapai kemerdekaan.
Akhirnya, pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia berhasil mencapai kemerdekaan. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ialah insiden penting dan sangat bersejarah dalam mendorong semangat bagi bangsa-bangsa di daerah Asia dan Afrika untuk memperoleh kemerdekaan.
Kemerdekaan yang diperoleh bangsa Indonesia selanjutnya menjadi inspirasi bagi bangsa lain untuk memperoleh kedaulatan, contohnya bangsa India. Bangsa India sebetulnya sudah dikenal dunia semenjak lampau sebab kemasyuran kebudayaannya.
Namun, semenjak Inggris berkuasa di wilayah India, rakyat hidup sengsara. Bangsa India berjuang begitu usang menentang penjajah Inggris. Perjuangan bangsa India bahkan sanggup dikatakan sebanding dengan usaha yang dilakukan bangsa Indonesia.
Perjuangan bangsa India risikonya hingga pada puncaknya seiring dengan diperolehnya ratifikasi kedaulatan dari kolonialis Inggris pada tahun 1947. Inggris memdiberi ratifikasi kedaulatan kepada bangsa India sebab melihat adanya perubahan politik dunia sehabis berakhirnya Perang Dunia II.
Selain itu, Inggris meninggalkan India sebab merasa wilayah itu sudah menambah beban bagi negaranya. Bangsa kolonialis lain yang mulai memdiberi ratifikasi kedaulatan pada wilayah jajahannya ialah negara Prancis. Wilayah jajahan Prancis sangat luas dan tersebar di daerah Asia dan Afrika.
Pada tahun 1954 wilayah jajahan Prancis di Indocina mulai menerima ratifikasi kedaulatan. Rakyat di wilayah Indocina sudah berjuang menentang kolonialis Prancis.
Jadi, bangsa-bangsa di Indocina juga sudah berjuang dengan segala pengorbanannya untuk memperoleh kemerdekaan. Kemerdekaan yang diperoleh rakyat Indocina mengilhami jajahan Prancis di Afrika, yaitu Aljazair yang juga memperoleh ratifikasi kedaulatan.
Aljazair memperoleh ratifikasi kedaulatan pada tahun 1962. Mereka juga berjuang mengangkat senjata dan berkorban segalanya untuk memperoleh ratifikasi kedaulatan tersebut.
Praktik imperialisme dan kolonialisme yang tidak terlalu keras kadang-kadang di belakang hari menjadikan korelasi baik antara negara penjajah dan bangsa yang terjajah.
Dalam rangka korelasi baik tersebut, beberapa negara bekas jajahan masih mengikatkan diri dengan bekas negara penjajahnya. Hubungan baik di antara dua negara tersebut umumnya mencakup bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
Inggris ialah salah satu negara yang melakukan praktik imperialisme dan kolonialisme yang tidak begitu keras. Jajahan Inggris ketika melakukan praktik kolonialisme dan imperialisme tersebar di wilayah Asia dan Afrika.
Karena sifat penjajahannya yang tidak begitu keras, banyak bekas jajahannya yang masih mengikatkan diri dengan Inggris sehabis merdeka. British of Commonwealth Nation atau Persemakmuran Negara Inggris ialah nama sebuah jalinan kolaborasi antara bekas negara jajahan Inggris yang sudah merdeka dengan negara Inggris.
Negara-negara tersebut umumnya menjalin kolaborasi dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Negara-negara, menyerupai Australia, Malaysia, Singapura, dan India menjadi anggota persemakmuran tersebut.
melaluiataubersamaini demikian korelasi kolonial berkembang menjadi korelasi sosial ekonomi yang menguntungkan anggotanya. Namun, beberapa negara masih menganggap bahwa korelasi tersebut ialah bentuk neokolonialisme atau kolonialisme baru.
Bangsa Indonesia juga pernah menganggap korelasi menyerupai itu ialah bentuk kolonialisme baru. Anggapan tersebut sempat berkembang di Indonesia pada masa pelaksanaan demokrasi terpimpin.
Anggapan kolonialisme berkembang seiring niat Malaysia untuk membentuk Federasi Malaysia pada tahun 1964.
Federasi Malaysia nantinya beranggotakan tiruana bekas jajahan Inggris di wilayah Asia Tenggara. Usaha pembentuk Federasi Malaysia juga menerima derma dari pemerintah Inggris, khususnya, dan negara-negara Barat, pada umumnya.
Pamerintah Indonesia yang ketika itu dipimpin oleh Presiden Soekarno melihat pembentukan Federasi Malaysia menyatakan bahwa itu ialah bentuk kolonialisme baru.
Apalagi, pada dikala itu berkembang ihwal The New Emerging Forces (Nefo) melawan The Old Established Forces (Oldefo).
efo ialah lambang kelompok negara-negara yang gres merdeka atau yang menentang imperialisme, dan kolonialisme, sosialisme, serta komunis.
Oldefo ialah lambang negara-negara yang sudah mapan dan melakukan imperialisme dan kolonialisme/kapitalisme dan negara sedang berkembang yang cenderung pada imperialisme/kolonialisme.
melaluiataubersamaini demikian, apapun bentuknya imperialisme dan kolonialisme harus dihapuskan. Pada umumnya korelasi antara negara-negara yang gres merdeka dan negara penjajahnya berkaitan dengan persoalan ekonomi.
Sangat masuk akal apabila negara yang gres merdeka keadaan ekonominya masih kacau. Sementara itu, negara penjajahnya sebab sudah mengeksploitasi kekayaan wilayah jajahannya mempunyai kemakmuran.
Keadaan menyerupai itu tentu saja akan saling menguntungkan kalau antara penjajah dan yang dijajah saling berafiliasi dan saling memmenolong.
Bangsa Indonesia meskipun hampir 3,5 kala dikuasai Belanda dan 3,5 tahun dijajah Jepang masih bersedia menjalin korelasi dengan dua negara bekas penjajahnya tersebut.
Jalinan korelasi bangsa Indonesia dengan Belanda dan Jepang sanggup memmenolong memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia. Pada awalnya Belanda memmenolong memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia melalui forum IGGI (Inter Governmental Group on Indonesia).
Lembaga IGGI didirikan pada tahun 1967. Keadaan ini menawarkan bahwa perubahan sosial, ekonomi, dan politik dari negara terjajah menjadi negara merdeka tidak selalu lancar.
Tidak ada satu pun negara di dunia ini yang bisa mengatasi permasalahannya secara sendirian. Mereka tetap membutuhkan negara lain.
Faktor moral menjadi benang merah penghubung antara bekas penjajah dan bekas jajahannya. Kemampuan teknologi, ekonomi, dan pengetahuan negara yang gres saja merdeka masih rendah.
Mereka masih membutuhkan menolongan dari negara bekas penjajahnya. Mereka pun memmenolong dengan membentuk beberapa forum dunia.
Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), Bank Dunia (World Bank), dan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ ADB) ialah forum ekonomi dunia yang dibuat negara-negara Barat untuk memmenolong negara-negara yang gres merdeka.
Ini menawarkan bahwa ketergantungan negara-negara gres terhadap negara-negara Barat masih kuat. Negara-negara yang gres merdeka tidak selamanya harus merasa bergantung pada negara-negara bekas penjajahnya.
Negara-negara yang gres merdeka juga berusaha menawarkan keberadaan dan mengambil peranan dalam kehidupan dunia.
Situasi dunia yang seperti terbagi antara Blok Barat dan Blok Timur tidak mengakibatkan negara-negara yang gres merdeka harus ikut terseret dan memihak pada salah satu blok yang ada.
Berbagai usaha untuk meredakan ketegangan di antara dua blok dunia dan menghapuskan kolonialisme menjadi agenda penting bagi negara-negara yang gres merdeka.
Post a Comment for "Hubungan Dekolonisasi Di Asia Dan Afrika Dengan Transformasi Politik Dan Sosial Di Banyak Sekali Negara"