Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Konsep Pewarisan Kebudayaan Melalui Proses Sosialisasi Dan Enkulturasi

Berikut ini akan dibahas terkena pewarisan budaya, warisan budaya, warisan budaya tak benda, budaya warisan, langkah mengekalkan warisan budaya, pewarisan kebudayaan, warisan, warisan kesenian pelbagai kaum, warisan kesenian, warisan sosial, warisan bangsa, kebudayaan di indonesia, konsep pewarisan budaya, sosialisasi, enkulturasi, media sosialisasi, proses sosialisasi, pola sosialisasi, sosialisasi sosial.

Proses Pewarisan Kebudayaan

Di dalam masyarakat, unsur-unsur kebudayaan yang terdiri atas artefak, aktivitas, dan ide-ide diwariskan secara turun-temurun.

Di dalam antropologi, pewarisan ketiga unsur kebudayaan tersebut ialah proses mencar ilmu sepanjang hayat alasannya ialah insan akan selalu mencar ilmu mendapatkan unsur-unsur budaya gres dan menyeleksi unsur kebudayaan yang mempunyai kegunaan bagi kehidupannya.

Sebuah masyarakat mempunyai sistem kebudayaan tertentu yang tidak sama dengan sistem kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat lainnya. 

Di dalam suatu masyarakat terdapat individu dan kelompok masyarakat pendukung kebudayaan yang melestarikan kebudayaan masyarakat tersebut. 

Misalnya, sistem kebudayaan Batak mempunyai suatu kompleks masyarakat yang menjaga dan memegang teguh nilai-nilai kebudayaan Batak. 

Di dalam sistem budaya Batak, sistem korelasi yang menganut prinsip marga tetap dipegang teguh di tengah-tengah kehidupan modern pada ketika ini. 

Selanjutnya, masyarakat Batak melestarikan nilai-nilai watak istiadat dan kebudayaannya dengan mewariskannya kepada generasi muda disertai norma dan aturan yang boleh dan dilarang dilakukan menyerupai dalam watak upacara perkawinan yang masih tetap menjunjung tinggi watak Batak.

Dalam buku Encyclopaedia of Cultural Anthropology, E.B. Tylor, mendefinisikan konsep kebudayaan sebagai sebuah kompleks kesatuan yang termasuk di dalamnya pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, watak kebiasaan dan hal-hal lainnya yang diperoleh insan sebagai anggota suatu masyarakat. 

Menurut Koentjaraningrat, konsep kebudayaan berdasarkan Tylor ialah konsep kebudayaan sapu membersihkan alasannya ialah segala aspek kehidupan insan tercakup di dalam konsep kebudayaan tersebut. 

Berdasarkan fungsinya, kebudayaan sanggup diartikan sebagai seperangkat norma yang dijadikan pedoman hidup insan atau pola dalam berperilaku yang diperoleh insan melalui sebuah proses mencar ilmu yang membutuhkan kurun waktu tertentu.

Berdasar konsep di atas maka sanggup disimpulkan bahwa kebudayaan membutuhkan adanya suatu proses mencar ilmu  dalam kurun waktu tertentu biar sanggup diterima dalam suatu masyarakat. 

melaluiataubersamaini kata lain, dalam proses mencar ilmu unsur-unsur kebudayaan tersebut terjadi pewarisan nilai-nilai budaya dan watak dari satu generasi ke generasi diberikutnya. 

Misalnya, orang bau tanah yang mengajarkan nilai sopan santun pada anaknya. Proses pewarisan nilai budaya tersebut berlangsung secara turun-temurun.

Pendidikan yang didiberikan oleh orang bau tanah atau sesepuh masyarakat membuat seorang anak mengerti sikap sopan santun. 

Selain itu, seorang anak akan diajari oleh orang tuanya untuk mengucapkan kata terima kasih ketika didiberi hadiah oleh orang lain. 

Perilaku anak mencar ilmu untuk berperilaku sesuai nilai-nilai budaya dan watak istiadat ialah proses pewarisan kebudayaan yang tidak disadari oleh individu yang melakukannya.

Konsep Pewarisan Budaya

Di dalam masyarakat kebudayaan berfungsi sebagai pedoman hidup yang mengatur tingkah laris individu dalam masyarakat. 

Oleh alasannya ialah itu, di dalam wujud kebudayaan yang bersifat ajaib terdapat banyak sekali macam aturan norma sosial yang harus diterima oleh individu yang hidup dalam masyarakat. 

Selanjutnya, kebudayaan yang bersifat ajaib berbentuk norma dan nilai-nilai watak tersebut diwariskan dari generasi ke generasi melalui proses mencar ilmu kebudayaan.

Di dalam masyarakat unsur kebudayaan diwariskan secara bebuyutan yang membutuhkan waktu dalam proses pewarisannya.

Dalam antropologi pewarisan nilai-nilai budaya diidentikkan dengan proses mencar ilmu alasannya ialah insan akan mencar ilmu mendapatkan unsur-unsur budaya yang usang dan mencar ilmu untuk menyeleksi unsur kebudayaan yang sempurna bagi kehidupannya.

melaluiataubersamaini demikian, pengetahuan pewarisan budaya ialah proses mencar ilmu kebudayaan yang berlangsung sepanjang kehidupan manusia.

Dalam masyarakat tradisional dan modern tidak terdapat perbedaan yang fundamental dalam proses pewarisan atau mencar ilmu kebudayaan alasannya ialah setiap insan akan mengalami proses mencar ilmu kebudayaannya sendiri yang diajarkan secara turun-temurun.

Misalnya, belum dewasa akan mencar ilmu bagaimana cara makan dengan benar, memegang sendok yang benar, berbicara dengan sopan, dan bergaul dengan orang lain dengan wajar.

Dalam masyarakat pedesaan tugas keluarga sangat penting dan menjadi inti pembentukan sikap individu. 

Ibu dan ayah ialah orang yang pertama kali mengajarkan kepada anaknya bagaimana cara bersalaman dan mencium tangan orang yang lebih bau tanah dan bagaimana cara melaksanakan ritual keagamaan. 

Dalam masyarakat perkotaan kecenderungan tersebut semakin jarang terjadi alasannya ialah kedua orang bau tanah sibuk bekerja sehingga yang mengajarkan pada anak bersosialisasi dengan kehidupannya ialah pengasuh anak atau anggota keluarga yang lain. 

Proses pewarisan budaya antargenerasi tersebut dilakukan melalui proses sosialisasi dan enkulturasi dalam keluarga dan masyarakat.

1. Sosialisasi

Menurut Koentjaraningrat proses sosialisasi ialah proses mencar ilmu kebudayaan dalam korelasi dengan sistem sosial. 

Dalam proses sosialisasi seorang individu dari masa belum dewasa hingga masa tuanya mencar ilmu pola-pola tindakan dalam interaksi dengan banyak sekali individu di sekelilingnya yang menduduki banyak sekali peranan sosial dalam kehidupan sehari-hari. 

Selanjutnya, individu mulai bekerjasama dengan individu lain di sekitar lingkungan kehidupannya dan mencar ilmu bagaimana untuk bertindak atau berbudaya di dalam masyarakat.

Di dalam proses sosialisasi seseorang akan mencar ilmu untuk memahami, menghayati, menyesuaikan, dan melaksanakan tindakan sosial yang sesuai dengan pola sikap masyarakatnya.

Dalam proses sosialisasi yang berlangsung sepanjang rentang hidup insan semenjak ia dilahirkan hingga final hayatnya, seseorang akan selalu mencar ilmu kebudayaan dan sistem sosial yang melingkupinya.

Misalnya, seorang anak yang tinggal dalam masyarakat pertanian secara tidak pribadi akan bersosialisasi dengan pola hidup dan pekerjaan orang tuanya sebagai petani sehingga kesudahannya terbentuk pola pikir yang serupa dengan orang tuanya.

Selanjutnya, semenjak kecil belum dewasa sudah disosialisasikan dengan beberapa unsur kultural universal dalam masyarakat. 

Misalnya, proses pewarisan kebudayaan yang bersifat religius, menyerupai mengajak belum dewasa salat di masjid, mengikuti upacara di Pura, mengikuti misa di gereja, mendaftarkan anak ke pesantren atau taman pendidikan Al-Qur’an (TPA) atau mengikutsertakan anak dalam sekolah minggu. 

Melalui kegiatan tersebut anak diajarkanuntuk mengenal norma agama yang berfungsi sebagai pedoman atau pola hidupnya. 

Proses sosialisasi tersebut lambat laun akan tertanam dalam diri individu yang berakibat pada pewarisan suatu kebudayaan tertentu yang berlangsung sepanjang hidup manusia.

Di dalam sistem budaya masyarakat Jawa terdapat banyak sekali contoh sosialisasi kebudayaan, menyerupai upacara perkawinan watak Jawa yang rumit dan kompleks, kebiasaan berziarah ke makam keluarga yang sudah meninggal, membawakan buah tangan bagi tetangga sehabis pulang bepergian, dan mengadakan syukuran salah satu unsur proses pewarisan kebudayaan. 

Sebuah sistem kebudayaan sanggup diwariskan kepada generasi diberikutnya apabila dipraktikkan oleh masyarakat dan individu yang bersangkutan. 

Misalnya, tradisi selamatan dalam masyarakat Jawa. Menurut Clifford Geertz, tradisi selamatan dalam masyarakat Jawa sudah menjadi bab dalam kehidupan mereka yang susah untuk ditinggalkan. 

Artinya, kebudayaan selamatan sudah mengakar dan diwariskan secara bebuyutan dalam kehidupan masyarakat Jawa, khususnya di kawasan pedesaan. 

Proses sosialisasi berkaitan erat dengan enkulturasi atau proses pembudayaan. Biasanya proses sosialisasi dan enkulturasi sanggup berlangsung secara bersamaan dalam diri seorang individu sehingga kepribadiannya terbentuk sesuai dengan kepribadian masyarakatnya. 

Proses sosialisasi dan enkulturasi berlangsung dari generasi bau tanah pada generasi muda melalui tahapan tertentu. 

Misalnya, seorang anak mempelajari kehidupan dimulai dari lingkungan keluarganya, kemudian meluas ke tetangga, mitra sebaya, sekolah, lingkungan kerja, hingga diperoleh suatu status dalam pergaulan hidup.

2. Enkulturasi

Menurut Koentjaraningrat, istilah yang sempurna untuk menyebut proses enkulturasi dalam bahasa Indonesia ialah pembudayaan atau institutionalization. 

Proses enkulturasi ialah proses individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan watak istiadat, norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. 

Secara tidak pribadi seorang individu sudah mulai memperoleh pewarisan kebudayaan dalam kehidupannya alasannya ialah mengikuti keadaan dan bersikap sesuai dengan tuntutan norma atau watak kebudayaan yang berlaku di masyarakatnya. 

Menurut Koentjaraningrat semenjak kecil proses enkulturasi sudah dimulai oleh masyarakat masyarakat, dimulai di dalam lingkungan keluarganya dan kawan-kawannya bermain. 

Pada awalnya individu mencar ilmu menggandakan banyak sekali macam tindakan orang-orang di sekitarnya sehingga tindakannya menjadi suatu pola yang teratur dan norma yang mengatur tindakannya diputuskan. 

Selain itu, banyak sekali norma yang ada dipelajari seorang individu dengan mendengarkan pembicaraan orang lain terkena banyak sekali norma tersebut dalam lingkungan pergaulannya pada ketika yang tidak sama-beda. 

Misalnya, watak kebiasaan orang Indonesia yang menganjurkan bahwa apabila seseorang bepergian ke suatu tempat yang jauh, sekembalinya nanti dibutuhkan membawa buah tangan dan membagikannya kepada kerabat atau tetangga dekatnya. 

melaluiataubersamaini tindakan tersebut maka rasa kondusif sudah tertanam pada diri seseorang alasannya ialah ia mempunyai korelasi baik dengan orang-orang sekitarnya. 

Nilai solidaritas sosial yang ialah motivasi tindakan membagikan buah tangan tersebut sudah timbul ketika seseorang masih kecil dan diinternalisasi dalam kepribadiannya.

Norma diajarkan kepada individu dalam lingkungan keluarga, dalam lingkungan pergaulan di luar keluarga, dan diajarkan secara formal di sekolah. 

Di samping aturan-aturan masyarakat dan negara yang diajarkan di sekolah melalui mata pelajaran menyerupai kewargguagaraan, aturan sopan santun dalam bergaul juga sanggup diajarkan secara informal di sekolah. 

Dalam proses enkulturasi tersebut individu berusaha untuk mewariskan nilai-nilai budaya yang harus dipahami oleh orang lain. Proses pewarisan kebudayaan ini bersifat bebuyutan dari generasi bau tanah ke generasi yang lebih muda.

Sumber http://www.kuttabku.com

Post a Comment for "Konsep Pewarisan Kebudayaan Melalui Proses Sosialisasi Dan Enkulturasi"