Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menelusuri Sejarah Peradaban Awal Indonesia Dengan Mempelajari Bagaimana Proses Terjadi Dan Terbentuknya Kepulauan Di Indonesia

Berikut ini akan kita bahas ihwal peradaban awal di kepulauan indonesia, menelusuri peradaban awal di kepulauan indonesia, peradaban awal masyarakat indonesia, terbentuknya kepulauan indonesia, pulau indonesia, terbentuknya kepulauan di indonesia, terjadinya kepulauan indonesia, pembentukan kepulauan indonesia, zaman azoikum, zaman palaezoikum, zaman mesozoikum, zaman neozoikum, bagaimana terbentuknya kepulauan indonesia, awal terbentuknya kepulauan indonesia, terbentuknya pulau-pulau di indonesia, sejarah indonesia, lempeng di indonesia, ringkasan terbentuknya kepulauan indonesia, proses terbentuknya kepulauan indonesia, proses terjadinya kepulauan indonesia, proses terbentuknya kepulauan di indonesia.

Terbentuknya Kepulauan Indonesia

Ada banyak teori dan klarifikasi ihwal penciptaan bumi, mulai dari mitos hingga kepada klarifikasi agama dan ilmu pengetahuan. 

 Berikut ini akan kita bahas ihwal peradaban awal di kepulauan indonesia Menelusuri Sejarah Peradaban Awal Indonesia melaluiataubersamaini Mempelajari Bagaimana Proses Terjadi dan Terbentuknya Kepulauan di Indonesia
Kali ini engkau berguru sejarah sebagai cabang keilmuan, pembahasannya yakni pendekatan ilmu pengetahuan, yakni asumsi-asumsi ilmiah, yang kiranya juga tidak perlu berperihalan dengan aliran agama. 

Salah satu di antara teori ilmiah ihwal terbentuknya bumi yakni Teori “Dentuman Besar” (Big Bang), yang dikemukakan oleh sejumlah ilmuwan, contohnya ilmuwan besar Inggris, Stephen Hawking. 

Teori ini menyatakan bahwa alam semesta mulanya berbentuk gumpalan gas yang mengisi seluruh ruang jagad raya. Jika dipakai teleskop besar Mount Wilson untuk mengamatinya akan terlihat ruang jagad raya itu luasnya mencapai radius 500.000.000 tahun cahaya. 

Gumpalan gas itu suatu ketika meledak dengan satu dentuman yang amat dahsyat. Sesudah itu, materi yang terdapat di alam semesta mulai berdesakan satu sama lain dalam kondisi suhu dan kepadatan yang sangat tinggi, sehingga spesialuntuk tersisa energi berupa proton, neutron dan elektron, yang bertebaran ke seluruh arah. 

Ledakan dahsyat itu menimbulkan gelembung-gelembung alam semesta yang menyebar dan menggembung ke seluruh penjuru, sehingga membentuk galaksi, bintang-bintang, matahari, plguat-plguat, bumi, bulan dan meteorit. 

Bumi kita spesialuntuklah salah satu titik kecil saja di antara tata surya yang mengisi jagad semesta. Di samping itu banyak plguat lain termasuk bintang-bintang yang menghiasi langit yang tak terhitung jumlahnya. Boleh jadi ukurannya jauh lebih besar dari plguat bumi. 

Bintang-bintang berkumpul dalam suatu gugusan, meskipun antarbintang berjauhan letak dan posisinya di angkasa. Ada juga ilmuwan astronomi yang mengibaratkan galaksi bintang-bintang itu tak ubahnya mirip sekumpulan anak ayam, yang tak mungkin dipisahkan dari induknya. 

Makara di mana ada anak ayam di situ niscaya ada induknya. Seperti halnya dengan bawah umur ayam, bintang-bintang di angkasa tak mungkin gemerlap sendirian tanpa disandingi dengan bintang lainnya. 

Sistem alam semesta dengan tiruana benda langit sudah tersusun secara menakjubkan dan masing-masing beredar secara teratur dan rapi pada sumbunya masing-masing. Selanjutnya proses evolusi alam semesta itu memakan waktu kosmologis yang sangat usang hingga berjuta tahun. 

Terjadinya evolusi bumi hingga adanya kehidupan memakan waktu yang sangat panjang. Ilmu paleontologi membaginya dalam enam tahap waktu geologis. 

Masing-masing ditandai oleh kejadian alam yang menonjol, mirip munculnya pegunungan-pegunungan, benua, dan makhluk hidup yang paling sederhana. Sedangkan proses evolusi bumi dibagi menjadi beberapa periode sebagai diberikut.

1. Azoikum (Yunani: a = tidak; zoon = hewan), yaitu zaman sebelum adanya kehidupan. Pada ketika ini bumi gres terbentuk dengan suhu yang relatif tinggi. Waktunya lebih dari satu miliar tahun lalu.

2. Palaezoikum, yaitu zaman purba tertua. Pada masa ini sudah meninggalkan fosil tanaman dan fauna. Berlangsung kira-kira 350.000.000 tahun.

3. Mesozoikum, yaitu zaman purba tengah. Pada masa ini binatang mamalia (menyusui), binatang amfibi, burung dan tanaman berbunga mulai ada. Lamanya kira-kira 140.000.000 tahun.

4. Neozoikum, yaitu zaman purba baru, yang dimulai semenjak 60.000.000 tahun yang lalu. Zaman ini sanggup dibagi lagi menjadi dua tahap (Tersier dan Quarter). Zaman es mulai menyusut dan makhluk-makhluk tingkat tinggi dan insan mulai hidup.

Merujuk pada tarikh bumi di atas, sejarah di Kepulauan Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang dan rumit. Sebelum bumi didiami manusia, kepulauan ini spesialuntuk diisi tanaman tumbuhan dan fauna yang masih sangat kecil dan sederhana. 

Alam juga harus menjalani evolusi terus-menerus untuk menemukan keseimbangan supaya bisa mengikuti keadaan dengan perubahan kondisi alam dan iklim, sehingga makhluk hidup sanggup bertahan dan berkembang biak mengikuti seleksi alam. 

Gugusan kepulauan atau pun wilayah maritim mirip yang kita temukan kini ini terletak di antara dua benua dan dua samudra, antara Benua Asia di utara dan Australia di selatan, antara Samudra Hindia di barat dan Samudra Pasifik di belahan timur. 

Faktor letak ini memainkan tugas strategis semenjak zaman kuno hingga sekarang. Namun sebelum itu marilah kita sebentar berkenalan dengan kondisi alamnya, terutama unsur-unsur geologi atau unsurunsur geodinamika yang sangat berperan dalam pembentukan Kepulauan Indonesia. 

Menurut para andal bumi, posisi pulau-pulau di Kepulauan Indonesia terletak di atas tungku api yang bersumber dari magma dalam perut bumi. Inti perut bumi tersebut berupa lava cair bersuhu sangat tinggi. Makin ke dalam tekanan dan suhunya semakin tinggi. 

Pada suhu yang tinggi itu material-material akan meleleh sehingga material di belahan dalam bumi selalu berbentuk cairan gerah. Suhu tinggi ini terus-menerus bergejolak mempertahankan cairan semenjak jutaan tahun lalu. 

Ketika ada celah lubang keluar, cairan tersebut keluar berbentuk lava cair. Ketika lava mencapai permukaan bumi, suhu menjadi lebih hambar dari ribuan derajat menjadi spesialuntuk bersuhu normal sekitar 30 derajat. Pada suhu ini cairan lava akan membeku membentuk batuan beku atau kerak. 

Keberadaan kerak benua (daratan) dan kerak samudra selalu bergerak secara dinamis akhir tekanan magma dari perut bumi. Pergerakan unsur-unsur geodinamika ini dikenal sebagai acara tektonis. 

 Berikut ini akan kita bahas ihwal peradaban awal di kepulauan indonesia Menelusuri Sejarah Peradaban Awal Indonesia melaluiataubersamaini Mempelajari Bagaimana Proses Terjadi dan Terbentuknya Kepulauan di Indonesia
Lapisan bumi,mulai dari belahan inti dalam
hingga belahan kerak bumi
Sebagian wilayah Kepulauan Indonesia ialah titik temu di antara tiga lempeng, yaitu Lempeng Indo-Australia di selatan, Lempeng Eurasia di utara dan Lempeng Pasifik di timur. 

Pergerakan lempeng-lempeng tersebut sanggup berupa subduksi (pergerakan lempeng ke atas), obduksi (pergerakan lempeng ke bawah) dan kolisi (tumbukan lempeng). Pergerakan lain sanggup berupa pemisahan atau divergensi (tabrakan) lempeng-lempeng. 

Pergerakan mendatar berupa pergeseran lempeng-lempeng tersebut masih terus berlangsung hingga sekarang. Perbenturan lempeng-lempeng tersebut menimbulkan dampak yang tidak sama-beda. 

Namun tiruananya sudah menimbulkan wilayah Kepulauan Indonesia secara tektonis ialah wilayah yang sangat aktif dan goyah hingga rawan gempa sepanjang waktu. Pada masa Paleozoikum (masa kehidupan tertua) keadaan geografis Kepulauan Indonesia belum terbentuk mirip kini ini. 

Di kala itu wilayah ini masih ialah belahan dari samudra yang sangat luas, mencakup hampir seluruh bumi. 

Pada fase diberikutnya, yaitu pada simpulan masa Mesozoikum, sekitar 65 juta tahun lalu, acara tektonis itu menjadi sangat aktif menggerakkan lempeng-lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. 

Kegiatan ini dikenal sebagai fase tektonis (orogenesa larami), sehingga menimbulkan daratan terpecah-pecah. Benua Eurasia menjadi pulau-pulau yang terpisah satu dengan lainnya. 

Sebagian di antaranya bergerak ke selatan membentuk pulau-pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi serta pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan Banda. 

Hal yang sama juga terjadi pada Benua Australia. Sebagian pecahannya bergerak ke utara membentuk pulau-pulau Timor, Kepulauan Nusa Tenggara Timur dan sebagian Maluku Tenggara. 

Pergerakan pulau-pulau hasil pemisahan dari kedua benua tersebut sudah menimbulkan wilayah pertemuan keduanya sangat goyah. Kegiatan tektonis yang sangat aktif dan berpengaruh sudah membentuk rangkaian Kepulauan Indonesia pada masa Tersier sekitar 65 juta tahun lalu. 

Sebagian besar daratan Sumatra, Kalimantan dan Jawa sudah karam menjadi maritim dangkal sebagai akhir terjadinya proses kenaikan permukaan maritim atau transgresi. 

Sulawesi pada masa itu sudah mulai terbentuk, sementara Papua sudah mulai bergeser ke utara, meski masih didominasi oleh cekungan sedimentasi maritim dangkal berupa paparan dengan terbentuknya endapan kerikil gamping. 

Pada kala Pliosen sekitar lima juta tahun lalu, terjadi pergerakan tektonis yang sangat kuat, yang menimbulkan terjadinya proses pengangkatan permukaan bumi dan acara vulkanis. 

Ini pada gilirannya menimbulkan tumbuhnya (atau mungkin lebih sempurna terbentuk) rangkaian perbukitan struktural mirip perbukitan besar (pegunungan), dan perbukitan lipatan serta rangkaian pegunungan api aktif sepanjang formasi perbukitan itu. 

Pada Kala Eosen (sekitar 55 juta tahun yang lalu) sebagian Kepulauan Indonesia
(Sumatra, Jawa, dan Kalimantan) masih berada dan menyatu dengan Benua Eurasia di utara,
sedangkan sebagian kepulauan lainnya (Papua) masih menyatu dengan Benua Australia di Selatan.
Kegiatan tektonis dan vulkanis terus aktif hingga awal masa Pleistosen, yang dikenal sebagai acara tektonis Plio-Pleistosen. Kegiatan tektonis ini berlangsung di seluruh Kepulauan Indonesia. 

Gunung api aktif dan rangkaian perbukitan struktural tersebar di sepanjang belahan barat Pulau Sumatra, berlanjut ke sepanjang Pulau Jawa ke arah timur hingga Kepulauan Nusa Tenggara serta Kepulauan Banda. 

Kemudian terus membentang sepanjang Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Pembentukan daratan yang semakin luas itu sudah membentuk Kepulauan Indonesia pada kedudukan pulau-pulau mirip kini ini. Hal itu sudah berlangsung semenjak kala Pliosen hingga awal Pleistosen (1,8 juta tahun lalu). 

Makara pulau-pulau di tempat Kepulauan Indonesia ini masih terus bergerak secara dinamis, sehingga tidak heran kalau masih sering terjadi gempa, baik vulkanis maupun tektonis. 

Letak Kepulauan Indonesia yang berada pada deretan pegunungan api menciptakannya menjadi daerah dengan tingkat keguakaragaman tanaman dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam dan kondisi geografis ini sudah mendorong lahirnya penelitian dari bangsabangsa lain. 

Dari sekian banyak penelitian terhadap tanaman dan fauna tersebut yang paling populer di antaranya yakni penelitian Alfred Russel Wallace yang membagi Indonesia dalam dua wilayah yang tidak sama menurut ciri khusus baik fauna maupun floranya. 

Pembagian itu yakni Paparan Sahul di sebelah timur, Paparan Sunda di sebelah barat. Zona di antara paparan tersebut kemudian dikenal sebagai wilayah Wallacea yang ialah pembatas fauna yang membentang dari Selat Lombok hingga Selat Makassar ke arah utara. 

Fauna-fauna yang berada di sebelah barat garis pembatas itu disebut dengan Indo-Malayan region. Di sebelah timur disebut dengan Australia Malayan region. Garis itulah yang kemudian kita kenal dengan Garis Wallacea. 

Merujuk pada tarikh bumi di atas, keberadaan insan di muka bumi dimulai pada zaman Quater sekitar 600.000 tahun kemudian atau disebut juga zaman es. 

Dinamakan zaman es sebab selama itu es dari kutub berkali-kali meluas hingga menutupi sebagian besar permukaan bumi dari Eropa Utara, Asia Utara dan Amerika Utara Peristiwa itu terjadi sebab gerah bumi tidak tetap, adakalanya naik dan adakalanya turun. 

Jika ukuran gerah bumi turun dratis maka es akan mencapai luas yang sebesar-besarnya dan air maritim akan turun atau disebut zaman Glacial. Sebaliknya kalau ukuran gerah naik, maka es akan mencair, dan permukaan air maritim akan naik yang disebut zaman Interglacial

Zaman Glacial dan zaman Interglacial ini berlangsung silih berganti selama zaman Diluvium (Pleistosen). 

 Berikut ini akan kita bahas ihwal peradaban awal di kepulauan indonesia Menelusuri Sejarah Peradaban Awal Indonesia melaluiataubersamaini Mempelajari Bagaimana Proses Terjadi dan Terbentuknya Kepulauan di Indonesia
Peta Zoogeografi Kepulauan Indonesia
Hal ini menimbulkan banyak sekali perubahan iklim di seluruh dunia, yang kemudian menghipnotis keadaan bumi serta kehidupan yang ada diatasnya termasuk manusia, sedangkan zaman Alluvium (Holosen) berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang kemudian hingga kini ini. 

Sejak zaman ini mulai terlihat secara konkret adanya perkembangan kehidupan manusia, meskipun dalam taraf yang sangat sederhana baik fisik maupun kemampuan berpikirnya. 

Namun demikian dalam rangka untuk mempertahankan diri dan keberlangsungan kehidupannya, secara lambat laun insan mulai menyebarkan kebudayaan. 

Beruntung kita bangsa Indonesia mempunyai temuan majemuk jenis insan purba beserta hasil-hasil kebudayaannya, sehingga semenjak simpulan era ke-19 para ilmuwan tertarik untuk melaksanakan kajian di negeri kita.

Sumber http://www.kuttabku.com

Post a Comment for "Menelusuri Sejarah Peradaban Awal Indonesia Dengan Mempelajari Bagaimana Proses Terjadi Dan Terbentuknya Kepulauan Di Indonesia"