Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah Masa Kejayaan Dan Kehidupan Politik Kerajaan Kediri Menurut Isi Peninggalan Karya Sastra Kitab Bharatayudha, Kresnayana, Smaradahana Dan Kitab Lubdaka

Berikut ini akan dijelaskan terkena sejarah kerajaan kediri, kerajaan kediri, kehidupan politik kerajaan kediri, peninggalan kerajaan kediri, silsilah kerajaan kediri, letak kerajaan kediri, letak geografis kerajaan kediri, prasasti kerajaan kediri, pendiri kerajaan kediri, karya sastra kerajaan kediri, sejarah kediri, raja raja kerajaan kediri, lokasi kerajaan kediri, kerajaan kediri lengkap, raja kerajaan kediri, raja kediri, masa kejayaan kerajaan kediri, kerajaan panjalu, berdirinya kerajaan kediri, agama kerajaan kediri, prasasti peninggalan kerajaan kediri, politik kerajaan kediri, raja terakhir kerajaan kediri, kitab bharatayudha, kitab kresnayana, kitab smaradahana, kitab lubdaka, isi kitab lubdaka.

Sejarah dan Peninggalan Kerajaan Kediri

Kehidupan politik pada bab awal di Kerajaan Kediri ditandai dengan perang saudara antara Samarawijaya yang berkuasa di Panjalu dan Panji Garasakan yang berkuasa di Jenggala.

Mereka tidak sanggup hidup berdampingan. Pada tahun 1052 M terjadi peperangan kudeta di antara kedua belah pihak. 

Pada tahap pertama Panji Garasakan sanggup mengalahkan Samarawijaya, sehingga Panji Garasakan berkuasa. Di Jenggala lalu berkuasa raja-raja pengganti Panji Garasakan. 

Tahun 1059 M yang memerintah yaitu Samarotsaha. Akan tetapi setelah itu tidak terdengar diberita mengenal Kerajaan Panjalu dan Jenggala. 

Baru pada tahun 1104 M tampil Kerajaan Panjalu sebagai rajanya Jayawangsa. Kerajaan ini lebih dikenal dengan nama Kerajaan Kediri dengan ibu kotanya di Daha. 

Tahun 1117 M Bameswara tampil sebagai Raja Kediri Prasasti yang ditemukan, antara lain Prasasti Padlegan (1117 M) dan Panumbangan (1120 M). 

Isinya yang penting tentang pemdiberian status perdikan untuk beberapa desa. Pada tahun 1135 M tampil raja yang sangat terkenal, yakni Raja Jayabaya

Ia meninggalkan tiga prasasti penting, yakni Prasasti Hantang atau Ngantang (1135 M), Talan (1136 M) dan Prasasti Desa Jepun (1144 M). 

Prasasti Hantang memuat goresan pena panjalu jayati, artinya panjalu menang. Hal itu untuk mengenang kemenangan Panjalu atas Jenggala. Jayabaya sudah berhasil mengatasi banyak sekali kekacauan di kerajaan. 

Di kalangan masyarakat Jawa, nama Jayabaya sangat dikenal alasannya adanya Ramalan atau Jangka Jayabaya. Pada masa pemerintahan Jayabaya sudah digubah Kitab Baratayuda oleh Empu Sedah dan lalu dilanjutkan oleh Empu Panuluh. 

Kehidupan Politik, Sosial, dan Ekonomi

Sampai masa awal pemerintahan Jayabaya, kekacauan akhir perperihalan dengan Janggala terus berlangsung.Baru pada tahun 1135 M Jayabaya berhasil memadamkan kekacauan itu. 

Sebagai bukti, adanya kata-kata panjalu jayati pada Prasasti Hantang. Sesudah kerajaan stabil, Jayabaya mulai menata dan membuatkan kerajaannya. Kehidupan Kerajaan Kediri menjadi teratur. 

Rakyat hidup makmur. Mata pencaharian yang penting yaitu pertanian dengan hasil utamanya padi. Pelayaran dan perdagangan juga berkembang. 

Hal ini ditopang oleh Angkatan Laut Kediri yang cukup tangguh. Armada maritim Kediri bisa menjamin keamanan perairan Nusantara. 

Di Kediri sudah ada Senopati Sarwajala (panglima angkatan laut). Bahkan Sriwijaya yang pernah mengakui kebemasukan Kediri, yang sudah bisa membuatkan pelayaran dan perdagangan. 

Barang perdagangan di Kediri antara lain emas, perak, gading, kayu cendana, dan pinang. Kesadaran rakyat tentang pajak sudah tinggi. 

Rakyat menyerahkan barang atau sebagian hasil buminya kepada pemerintah. Menurut diberita Cina, dan kitab Ling-wai-tai-ta diterangkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari orang-orang menggunakan kain hingga di bawah lutut. 

Rambutnya diurai. Rumah-rumah mereka membersihkan dan teratur, lantainya ubin yang berwarna kuning dan hijau. Dalam perkawinan, keluarga pengantin perempuan mendapatkan mas kawin berupa emas. 

Rajanya berpakaian sutera, menggunakan sepatu, dan aksesori emas. Rambutnya disanggul ke atas. Kalau bepergian, Raja naik gajah atau kereta yang diiringi oleh 500 hingga 700 prajurit. 

Di bidang kebudayaan, yang menonjol yaitu perkembangan seni sastra dan pertunjukan wayang. Di Kediri dikenal adanya wayang panji. Beberapa karya sastra yang terkenal, sebagai diberikut.

1. Kitab Bharatayudha

Kitab Baratayudha ditulis pada zaman Jayabaya, untuk mempersembahkan citra terjadinya perang saudara antara Panjalu melawan Jenggala. 

Perang saudara itu digambarkan dengan perang antara Kurawa dengan Pandawa yang masingmasing ialah keturunan Barata.

2. Kitab Kresnayana

Kitab Kresnayana ditulis oleh Empu Triguna pada zaman Raja Jayaswara. Isinya terkena perkawinan antara Kresna dan Dewi Rukmini.

3. Kitab Smaradahana

Kitab Smaradahana ditulis pada zaman Raja Kameswari oleh Empu Darmaja. Isinya menceritakan tentang sepasang suami istri Smara dan Rati yang menarik hati Dewa Syiwa yang sedang bertapa. 

Smara dan Rail kena kutuk dan mati terbakar oleh api (dahana) alasannya kesaktian Dewa Syiwa. Akan tetapi, kedua suami istri itu dihidupkan lagi dan berubah menjadi sebagai Kameswara dan permaisurinya.

4. Kitab Lubdaka

Kitab Lubdaka ditulis oleh Empu Tanakung pada zaman Raja Kameswara. Isinya tentang seorang pemburu berjulukan Lubdaka. Ia sudah banyak membunuh. 

Pada suatu dikala ia mengadakan pemujaan yang istimewa terhadap Syiwa, sehingga rohnya yang semestinya masuk neraka, menjadi masuk surga.

Raja yang terakhir di Kerajaan Kediri yaitu Kertajaya atau Dandang Gendis. Pada masa pemerintahannya, terjadi perperihalan antara raja dan para pendeta atau kaum brahmana, alasannya Kertajaya berlaku sombong dan berani melanggar adat. 

Hal ini memperlemah pemerintahan di Kediri. Para brahmana lalu mencari proteksi kepada Ken Arok yang ialah penguasa di Tumapel. 

Pada tahun 1222 M, Ken Arok dengan derma kaum brahmana menyerang Kediri. Kediri sanggup dikalahkan oleh Ken Arok.

Sumber http://www.kuttabku.com

Post a Comment for "Sejarah Masa Kejayaan Dan Kehidupan Politik Kerajaan Kediri Menurut Isi Peninggalan Karya Sastra Kitab Bharatayudha, Kresnayana, Smaradahana Dan Kitab Lubdaka"