Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Aliran Filsafat Eksistensialisme

Perumusan pengertian eksistensialisme cukup sulit. Bahkan para penganut fatwa ini sendiri tidak mempunyai akad wacana apa sebenarnya inti dari fatwa eksistensialisme ini. Namun, meskipun begitu di sanggup suatu bentuk umum dalam fatwa ini. Hal ini digambarkan dari penempatan cara wujud insan sebagai tokoh pusat.
 Bahkan para penganut fatwa ini sendiri tidak mempunyai akad wacana apa sebenarnya Aliran Filsafat Eksistensialisme
Kierkegaard, Seorang Flsuf Eksistensialisme
Dasar kata keberadaan yaitu exist yang diambil dari kata latin ex yang artinya keluar dan sistence dengan arti sendiri. Jika disatukan akan berarti keluar dengan sendirinya. Manusia menyadari wacana adanya dirinya dan beliau berdiri sebagai ‘saya’ atau indvidu. Dalam bahasa Jerman dikenl dengan dasein yang artinya disana berada (da = di sana , sein = berada).
Dari pengutaraan di atas, ditarik sebuah pengertian keberadaan yaitu bagaimana insan menawarkan bahwa dirinya merupakan sebuah kesatuan terdiri dari alam jasmani yang membangun dirinya tanpa pernah selesai. Dengan begitu, insan selalu berada dalam keadaan ‘belum’, insan selalu dalam kata ‘sedang melakukan’. Filsafat keberadaan dan eksistensialisme dipandang sebagai dua hal yang berbeda. Filsafat keberadaan menyerupai didefenisikan oleh kata eksistensi, dimana insan diposisikan sebagai tema pokok. Sementara filsafat eksistensialisme merupakan fatwa filsafat yang mengutarakan bagaiman cara keberadaan insan dan benda lainnya yang tidak sama. Misalkan, insan dan ayam sama sama berada di dunia, tetapi cara keberadaan mereka berbeda.

Manusia ada di dunia, menghadapi dunia, mengerti apa saja yang dihadapinya. Manusia tahu kegunaan ayam itu apa dan kegunaan benda benda lain, insan mengerti kalau hidupnya memimiliki arti. Peran insan sebagai subjek (sesuatu yang menyadari, sesuatu yang memahami). Sementara itu benda lain merupakan objek, yaitu benda benda yang dipahami/disadari oleh para subjek.

Latar Belakang Lahirnya Filsafat Eksistensialisme

Kehadiran fatwa ini cukup menciptakan dunia terkejut. Meskipun tak begitu luar biasa, bahkan dasar dasarnya sendiri tidak bisa bertahan alasannya yaitu mendapat aneka macam kritik. Semua fatwa filsafat biasanya terlahir dari sebuah krisis dan penentuan. Bilamana terjadi sebuah krisis maka insan akan kembali meninjau ulang ke pangkal permasalahan.

Bisa dikatakan, filsafat ini tetap ada sebagai produk dari perjalanan sebuah krisis ke krisis berikutnya. Tak terkecuali filsafat eksistensialisme ini. Aliran ini lahir sebagai bentuk krisis dan reaksi dari filsafat yang telah ada dalam perubahan kondisi kondisi alam dunia. Sekarang ditinjau bagaimana reaksi penyebab kehadiran fatwa ini dari filsafat sebelumnya.

Filsafat materialisme sebagai latar belakang lahirnya filsafat eksistensialisme ini. Aliran materialisme lebih menekankan pada alam sebagai sebuah materi. Benda sama saja dengan manusia, semua di alam ini sama. Bahkan insan ini pada karenanya sama saja dengan sapi. Meskipun insan itu lebih menungguli sapi dari segi pemikiran. Namun, sama saja alasannya yaitu sama sama berupa materi. Hanya bentuk pergerakan dari materi ini yang berbeda. Inilah serpihan yang melatar belakangi hadirnya eksitensialisme yang menyatakan insan berbeda dan berperan sebagai subjek yang menyadari dan memahami kehadirannya. Sementara dalam eksistensialisme ini sapi hanya sebagai objek (yang dipahami dan disadari kehadirannya). Terkait : Aliran Filsafat Materialisme.

Idealisme, menanggapi filsafat idealisme. Memang sama sama tetapkan insan sebagai subjek dan beropini bekerjsama yang ada hanyalah pikiran dan ide. Semua materi ini sebenarnya tidak ada. Penanggapan dari eksistensialisme di sini, yang menekankan sebenarnya objek itu ada. Secara khusus bisa dirumuuskan bahwa eksistensialisme ini mengakui adanya idealisme dan materialisme dalam suatu kesatuan. Eksistensialisme mengakui adanya pikiran/jiwa sebagai subjek dan ada materi sebagai objek. Terkait : Aliran Filsafat Idealisme.

Kehadiran eksistensialisme juga dilatar belakangi oleh situasi benua Eropa barat pada ketika itu kacau. Semua tingkah insan telah bersikap diluar batas, banyak yang berpura pura, krisis nilai, menebar kebencian. Bahkan tugas agama waktu itu tidak terlau berpengaruh.

Tokoh Tokoh Aliran Filsafat Eksistensialisme

Sebenarnya tokoh yang menentukan fatwa ini sangat banyak. Sebut saja Kierkegaard, Friendrich Nietzche, Karl Jaspen, Sartre, Gabriel Marcel dan martin Heidegger. Keseluruhan tokoh tersebut akan diwakilkan pada Jean p Sartre dan Soren Aabye Kierkegaard.

Soren Aabye Kierkegaard, atau bersahabat dikenal dengan Kierkegaard. Tokoh Eksistensialisme yang berasal dari Denmark ini memberikan pandangan pandangannya wacana insan dan wacana eksistensialisme. Manusia dipandang sebagai makhluk yang individual, unik. Berbeda dengan pandangan Hegel yang memberikan insan sebagai makhluk yang umum.

Sementara dalam eksistensi-nya, Kierkegaard tetapkan tiga proses fungsi keberadaan manusia. Dimulai dari keberadaan estetika (hasrat untuk menikmati semua keindahan yang ada di alam, dilanjutkan dengan keberadaan moral (memikirkan dalam menikmati harus sesuai dengan etika, norma) dan diakhiri dengan keberadaan religius (keberadaan Tuhan). Selengkapnya bisa dibaca pada artikel kita terkait : biografi danpemikiran Kierdegaard.

Jean Paul Sartre, Tokoh Jean Paul Sartre tergolong tokoh muda dalam fatwa eksistensialisme. Lahir pada tahun 1905 dan wafat pada tahun 1980. Sartre meungkap pandangan filosofisnya dalam eksistensialisme dengan menyatakan bekerjsama keberadaan lebih dahulu daripada esensi. Sartre juga menyatakan bekerjsama hanya orang mati yang yang bisa dinilai karakteristinya. Sementara insan hidup yaitu sebuah individu yang bebas tetapi bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya.

Sartre yang dikenal juga mengikuti pikiran pikiran Friedrich Nietzsche memberikan dua duduk masalah pokok dalam eksistensialisme. Tentang insan dan wacana kebebasan.

Manusia dinyatakan sebagai makhluk bebas dan mempunyai keinginan. Manusia yang bebas yaitu insan yang mempunyai kebebasan untuk melaksanakan apa saja dan bebas menentukan tanggung jawab yang di inginkannya. Manusia dipandangan harus melaksanakan sesuatu ari kemampuan-nnya sendiri, alasannya yaitu tidak ada kekuatan luar yang akan membantu Inilah yang menyebabkan Sartre tidak meyakini adanya yang kuasa karena, semua berasal dari dalam diri sendiri. Kemudia kekurangan insan hanyalah bagaimana membentuk sebuah kepribadian yang sesuai dengan kondisi.

Kebebasan dalam pemikiran Sartre, dijelasakan sebagai serpihan penting dari manusia. Kebebasan ini ditandai dengan adanya rasa cemas. Ketika ke-tak-adaan rasa cemas, maka tidak akan hadir sebuah kebebasan. Sebab dengan rasa cemas inilah insan akan bergerak. Dengan kebebasan akan dicapai sebuah kondisi masyarakat tanpa kelas kelas. Senada dengan yang disampaikan Marx, namun dalam hal ini Sartre menambahkan bekerjsama sehabis kebutuhan tak hanya terbatas pada pangan sandang dan papan. Sementara Marx menyatakan semua dipengaruhi oleh produksi. Kebutuhan insan selalu meningkat hingga pada sebuah filsafat yang bertujuan untuk mendapat kehidupan yang lebih baik di masa depan. Lebih lengkap mengenai Sartre ini bisa dibaca pada artikel terkait : Biografi dan Pemikiran Pemikiran Sartre.

Sumber http://www.marthamatika.com/

Post a Comment for "Aliran Filsafat Eksistensialisme"