Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerita Rakyat Indonesia Dewi Ngalima

Cerita Rakyat Dewi Ngalima - Adakah diantara sahabat yang tinggal didaerah Jawa Barat, tepatnya disekitar ciamis? Tentu setiap kawasan mempunyai kisah dan kali ini anda akan membaca perihal kisah rakyat perihal seorang putri dari kerajaan yang konon katanya bercerita perihal asal usul sebuah patung yang ada di pegunungan sawal. Pastinya sudah tidak sabar ingin membaca kisah tersebut kan? Langsung saja anda sanggup membaca kisah rakyat perihal Dewi Ngalima di bawah ini.

 Adakah diantara sahabat yang tinggal didaerah Jawa Barat Cerita Rakyat Indonesia Dewi Ngalima

Cerita Rakyat Dewi Ngalima



Di lereng gunung sawal terdapat sebuah kerikil patung yang konon katanya ialah sebuah patung dari seorang raja pada jaman dahulu yaitu suami dari Dewi Ngalima.

Cerita Dewi Ngalima sendiri berawal dari seorang raja muda pada masa kejayaan kerajaan pejajaran yang jatuh cinta kepada seorang anak gadis raja yang berjulukan Raja Rangga Gading yang mempunyai seorang puteri yang berjulukan Dewi Ngalima. Raja muda tersebut sudah bermaksud untuk menikahi dan menimbulkan raja Rangga Gading sebagai mertuanya.

Raja Rangga Gading sendiri ialah seorang raja yang ditakuti dan gagah perkasa dikerajaannya, raja Rangga Gading diyakini mempunyai kekuatan sakti yang terletak pada singgasana tempat ia duduk di kerajaannya, dimana singgasana tersebut terbuat dari kerikil complang yang amat keramat dan sakti. Saking keramatnya tidak ada yang boleh menduduki singgasana tersebut selain raja Rangga Gading, sekalipun itu ialah anggota keluarganya. Karena kalau singgasana itu diduduki olah orang lain maka yang mendudukinya akan mendapat celaka.

Karena saking cintanya kepada Dewi Ngalima alhasil sang raja muda itu pun mendatangi raja Rangga Gading dan memintanya untuk segera menikahkannya dengan Dewi Ngalima. Namun ternyata sang raja Rangga Gading diketahui telah menjodohkan Dewi Ngalima dengan seorang raja Cirebon jauh jauh hari sebelum raja muda itu mendatanginya. Melihat kedatangan dan niatan baik sang raja muda alhasil raja Rangga Gading pun hendak menolak tidak enak. Akhirnya raja Rangga Gading pun mengabulkan permintaan raja muda itu untuk menikahi Dewi Ngalima.

Namun sehabis bencana itu timbul kegelisahan yang dialami oleh raja Rangga Gading, alasannya ialah takut kalau ada permasalahan dengan kerajaan cirebon yang sudah terperinci jelas menjodohkan Dewi Ngalima kepada kerajaan Cirebon. Saking gelisahnya alhasil raja Rangga Gading berinisiatif untuk menghancurkan janji nikah raja muda tersebut dengan Dewi Ngalima ketika hari pernikahannya.

Hingga sempurna ketika tiba di hari pernikahannya sang raja muda pun mendatangi raja Rangga Gading dan menghadap di hadapannya dengan pengawalnya. Saat raja muda hendak membungkung untuk menyembah sang raja Rangga Gading, kemudian Rangga Gading berkata : “ Wahai raja muda, tidak usah memberi penghormatan menyerupai itu kepadaku, kamu sebentar lagi akan menjadi menantuku, kesinilah duduk di singgasana ku. Karena engkau akan menggantikan ku ketika saya tiada nanti.”

Lalu dengan terkejuta pengawal raja muda itu eksklusif membisikan kepada raja muda : “Baginda dihentikan menduduki singgasana itu, alasannya ialah kalau seseorang mendudukinya selain Rangga Gading maka akan timbul celaka.” Dengan mendengar kata pengawalnya raja muda itu pun menjawab undangan raja Rangga Gading “Yang mulia, saya tidaklah pantas untuk duduk diatas singgasana itu.” Melihat reaksi raja muda yang enggan itu pun alhasil raja Rangga Gading memberi undangan kembali untuk menduduki singgasana itu. Akhirnya sang raja muda pun mendekat dan kali ini dia lupa apa yang dikatakan oleh pengawalnya dan dia pun alhasil menduduki singgasana itu.

Saat raja muda itu menduduki singgasana itu tiba tiba terdengar teriakan dari kamar pengantin perempuan Dewi Ngalima, kemudian raja muda pun ingin tau dan panik apa yang membuatnya teriak. Akhirnya raja muda itu pun saking khawatirnya dengan Dewi Ngalima ia bergegas menuju kamar mempelai perempuan dan ditemukannya disana sang penjaga pengantin perempuan dengan histeris menyampaikan bahwa Dewi Ngalima telah dibawa lari oleh seseorang.

Dengan rasa panik dan murka raja muda itu eksklusif menunggangi kuda sembrani raja Rangga Gading untuk mengejar dan mencari Dewi Ngalima. Hari demi hari ia lalui dengan tidak menemukan jejak, lembah hutan demi hutan sudah ia lalui dan tibalah ia pada pegunungan muriah dia menemukan sebuah gua tapa dan ketika itu juga ia sudah lemas tak berdaya bersama kuda sembrani itu, kemudian ia memasuki gua tersebut dan bertemu seorang bapa petapa disana untuk meminta memberinya burung garuda ilahi wisnu untuk ia tunggangi mencari Dewi Ngalima, namun permintaannya ditolak oleh bapa petapa itu. “Bagaimana mungkin saya memberimu burung garuda untuk kamu tunggangi raja, sedangkan para ilahi sendiri tidak ada yang menungganginya.” kemudian kemudian bapa petapa itu berfikir sejenak dan menyuruh raja muda itu untuk memejamkan matanya dan jangan membukanya sebelum bapa tapa itu menyuruhnya. “Sekarang pejamkanlah mata raja, saya akan memperlihatkan sesuatu untuk raja tunggangi.”

Setelah menyuruh raja muda untuk membukakan mata, terlihat bahwa kuda sembrani yang lemas tak berdaya kembali pulih dan mempunyai sayap untuk ia tunggangi. Dengan rasa bahagia raja muda itu pun eksklusif melanjutkan perjalanannya kembali dan kali ini dia terbang dengan kuda sembrani yang mempunyai sayap. Lembah demi lembah dia lalui kembali dan tibalah ditengah perjalanan tepatnya di gunung sawal ia melihat dari atas ada enam orang laki laki yang sedang bercakap cakap dihutan. Dengan ingin tau alhasil raja muda pun turun dan menghampiri mereka dan kemudian ia bertanya.
“Apakah kalian melihat seorang putri yang dibawa lari oleh seseorang di sekitar sini?”, kemudian ke enam laki laki itu pun menghiraukan pertanyaan sang raja muda dengan terus bercakap cakap dengan lainnya. Lalu dengan pertanyaan yang tak terjawab raja muda pun murka dan menanyakan kembali pertanyaan tersebut dengan menambahkan bahaya “Jika kalian tidak menjawabnya maka akan saya penggal kepala kalian semua”. Lalu satu persatu laki laki itu pun menjawab, laki laki pertama menjawab bahwa putri tersebut tidak dibawa lari, tapi dia sudah menjadi se-ekor burung merpati putih, dan lelaki yang ke dua menjawab bahwa putri itu sudah menjadi harimau dihutan. Sedangkan lelaki yang ketiga menjawab bahwa ia melihat seorang putri telah menjadi bidadari dan kemudian terbang ke langit. Lalu laki-laki yang keempat menjawab bahwa ia mengetahui putri telah menjadi bau tanah dan berwajah jelek rupa, kemudian yang kelima menjawab “ya betul, kami telah melihat nya telah menjadi jelek rupa dan tua”. Lalu yang ke enam menambahkan “lalu kami membunuhnya dan melemparkannya kedalam jurang”.

Mendengar perbedaan tanggapan dari ke enam laki laki itu pun alhasil sang raja muda murka besar dan mengeluarkan kerisnya yang kemudian memotong kepala mereka satu demi satu. dan menyumpah mayit mereka untuk menjadi batu. Lalu alhasil ke enam mayit itu pun menjadi kerikil dengan kepala yang hilang. Lalu kemudian baginda raja muda itu pun melanjutkan perjalanannya mencari Dewi Ngalima dan mendaki gunung sawal. Saat baginda berada di dataran yang tinggi kemudian kemudian ia melihat seorang nenek bau tanah yang jelek rupa. Melihat sang raja muda itu pun nenek itu eksklusif memeluk sang raja dan berkata “Aku ini istrimu..” kemudian raja muda pun berkata “Bagaimana mungkin kamu bisa menjadi bau tanah menyerupai ini dan jelek rupa?”. Kemudian Dewi Ngalima pun menjawab “Ini semua karenamu yang menduduki singgasana kramat itu, saya dibawa lari oleh kerajaan cirebon. Kenapa engkau tidak mencariku.” dengan rasa menyesal raja muda itu pun termenung dan Dewi Ngalima pun murka ketika mendengar bahwa dia jelek rupa kemudian kemudian Dewi Ngalima menunggangi kuda sembrani itu dan terbang ke angkasa.

Tetapi ketika dewi ngalima turun dan ingin berbaikan dengan sang raja, ditempat itu pula lah badan sang raja sudah menjadi kerikil dan hanya kepalanya saja yang masih bisa digerakkan. Kemudian raja muda itu pun berkata dengan kata kata terakhirnya alasannya ialah seluruh tubuhnya akan menjadi batu. “Aku telah mencarimu Dewi Ngalima, selama 40 hari.” dan kemudian raja muda itu pun menjadi kerikil seluruh tubuhnya. Melihat bencana itu Dewi Ngalima bersedih hati dan berduka cita dengan menemani raja muda itu disampingnya. Dewi Ngalima menemani sambil menangis dan bersedih disetiap harinya dengan menyulam kain kafan untuk kemudian ia kenakan pada raja muda itu. Namun selama 40 hari pula Dewi Ngalima tidak pernah selesai menenun kain kafan itu. Dan akhinya Dewi Ngalima pun pergi dari tempat itu dengan menuntaskan menenun kain kafan ditempat tempat sekitar.

Hingga ketika ini, konon di kawasan telaga tersebut sering terdengar ketika malam tiba menyerupai ada seseorang yang sedang menenun kain dan konon bunyi tersebut ialah Dewi Ngalima yang sendang menenun kainnya untuk raja muda yang telah menjadi batu.”


Seperti itulah cerita rakyat perihal Dewi Ngalima sanggup anda jadikan sebagai sebuah dongeng rakyat maupun kisah untuk anak didik anda maupun untuk sebuah pengajaran, kalau kita melihat kisah rakyat diatas sendiri mungkin akan sangat banyak pesan pesan yang sanggup kita ambil dari kisah tersebut. Atas perhatian dan kunjungannya satubahasa ucapkan terima kasih sudah membaca kisah rakyat ini.
Sumber http://www.satubahasa.com

Post a Comment for "Cerita Rakyat Indonesia Dewi Ngalima"