Sejarah Bilangan Nyata Dan Bilangan Negatif
Dalam pembelajaran matematika sedari tingkat sekolah dasar (SD) tentu sudah tahu apa itu bilangan negatif dan bilangan positif. Pada prinsip garis bilangan, bilangan positif berada di bab kanan angka nol dan bilangan negatif berada pada bab kiri angka nol. Bagi yang telah lulus sekolah dasar tentu tak akan mengalami kesulitan berarti lagi dalam memakai bilangan bilangan negatif dan positif ini. Kali ini akan dijelaskan bukan mengenai apa itu bilangan negatif dan apabilangan positif. Peninjauan akan difokuskan pada sejarah bilangan positif dan negatif.
Tanda Positif dan Negatif Sekarang |
Perkembangan Bilangan Negatif sebelum Abad ke -7
Bilangan negatif sebelumnya belum bisa diterima oleh masyarakat pada masa Eropa sebelum kala ke enam belas. Mengingat kegunaan dan fungsi bilangan negatif ini belum ada. Matematika sederhana seperti menyatakan jumlah suatu objek dipastikan tidak akan memakai negatif. Misalkan ada negatif 25 domba di kebun Mr Jim. Lalu penggunanaan bilangan negatif gres bisa diterima masyarakat pada sehabis kala ke enam belas yang dikenal dengan periode Renaissance di eropa kala itu.
Tentang bilangan negatif ini telah dikenal peradaban insan sebenarnya pada tahun 100 BC. Dalam aplikasinya kala itu, untuk menciptakan berbeda dengan bilangan positif yaitu dengan memperlihatkan warna hitam untuk bilangan negatif. Sementara itu untuk warna merah dipakai menyatakan bilangan positif. Menyinggung perkembangan penggunaan bilangan negatif di benua eropa, perkembangan bilangan negatif dikenal pertama kali di Yunani di kala ke tiga. Namun perkembangan ini dicatat tidak terlalu aktif. Sebagai buktinya, Diophantus dalam buku Arithmetica memberikan sebuah permasalahan untuk persamaan 4x+20=0. Solusi dari persamaan aljabar tersebut, sangat absurd. Baca : Pra Sejarah Angka Nol
Angka angka dengan nilai negatif ditemukan dalam sejarah pada sebuah kitab matematika Cina. Adanya bilangan negatif dari kitab matematika seni cina (zhang Jiu suan-shu) tersebut terdapat pada Bab 9 diperkirakan pada saat pemerintahan dinasti Han pada tahun 202 sebelum masehi. Kutipan dari kitab matematika seni tersebut yaitu klarifikasi memakai batangan hitam untuk angka yang memperlihatkan nilai negatif dan sebuah batang merah untuk angka yang bernilai positif. Jika dihubungkan dengan zaman modern, tentu agak sedikit berbeda. Pada zaman modern penggunaan warna malah sebaliknya, warna merah untuk menyatakan bilangan negatif dan warna hitam untuk bilangan positif. Ini bisa terlihat dalam beberapa penggunaan matematika dalam hal akuntasi salah satunya. Masa keemasan Cina kala itu, diasumsikan sebenarnya masyarakat cina bisa menuntaskan persamaan simultan yang bernilai negatif. Baca: Perkembangan Matematika di Cina
Sebagaimana telah disinggung di atas penggunaan bilangan negatif di India dipakai sebagai mewakili tanda sebuah hutang. Setelah kala ke tujuh spesialis matematika India Brahmagupta dalam bukunya yang berjudul Brahma Sphuta Siddhanta membahas penggunaan angka negatif sudah mencapai pada aplikasi mencari bentuk umum penyelesaian persamaan kudrat.
Dengan adanya bilangan negatif, tentu akan memperlihatkan pilihan dalam mencari penyelesaian persamaan kuadrat. Dalam mendukung transaksi dalam kehidupan di India kala itu, diperkenalkan lebih lengkap angka negatif menyatakan utang, angka positif menyatakan kekayaan yang dimiliki. Jika jumlah kekayaan dan hutang sama banyak maka pada kondisi tersebut diberi sebuah tanda dan dikenal dengan tanda seimbang.
Pada perioda kala ke 8 M, perkembangan peradaban yang pesat di daratan arab menciptakan pencari ilmu dari arab berguru ihwal angka negatif dan positif ini ke India. Semua goresan pena Brahmagupta diterjemahkan ke dalam bahasa arab dan dpelajari oleh andal ahli pemikir dari barat. Bangsa arab juga mengikuti penggunaan angka ngatif untuk menyatakan nilai utang. Di kala berikutnya pada tahun tahun di kala 12 M, Bhaskara seorang ahli matematika yang berasal juga dari India mulai memakai angka negatif sebagai sebuah solusi persamaan kuadrat. Namun beliau menolak memakai dalam kehidupan penyelesaian permasalah sehari hari dengan alasan angka negatif berada diluar permasalahan dan orang orang tidak suka memakai angka negatif.
Setelah masa tersebut, barulah angka negatif diperkenalkan di eropa. Pada awalnya beberapa andal matematika dari eropa menolak prinsip penggunakan angka negatif diluar problem hutang dan kerugian. Pengecualian ini tertulis dalam buku karya Fibonacci yang berjudul Liber Abaci pada Bab 13 dan buku Flos. Selanjutnya di kala ke lima belas, seorang matematikawan Perancis Nicolas Chuquet memakai bilangan negatif sebagai bentuk perpangkatan. Dalam masa tersebut bilangan negatif dikenal sebagai angka yang tak masuk akal. Terakhir pada perkembangannya paad tahun 1759 M, spesialis matematika berkebangsaan Inggris menciptakan goresan pena ihwal angka negatif. Dalam goresan pena tersebut beliau menjelaskan bahwa angka negatif itu ialah sesuatu yang berlebihan tetapi sangat terang adanya. Angka negatif itu memang ada tetapi tidak masuk akal, kecuali dalam sebuah persamaan (marthayunanda).
Sumber http://www.marthamatika.com/
Tentang bilangan negatif ini telah dikenal peradaban insan sebenarnya pada tahun 100 BC. Dalam aplikasinya kala itu, untuk menciptakan berbeda dengan bilangan positif yaitu dengan memperlihatkan warna hitam untuk bilangan negatif. Sementara itu untuk warna merah dipakai menyatakan bilangan positif. Menyinggung perkembangan penggunaan bilangan negatif di benua eropa, perkembangan bilangan negatif dikenal pertama kali di Yunani di kala ke tiga. Namun perkembangan ini dicatat tidak terlalu aktif. Sebagai buktinya, Diophantus dalam buku Arithmetica memberikan sebuah permasalahan untuk persamaan 4x+20=0. Solusi dari persamaan aljabar tersebut, sangat absurd. Baca : Pra Sejarah Angka Nol
Angka angka dengan nilai negatif ditemukan dalam sejarah pada sebuah kitab matematika Cina. Adanya bilangan negatif dari kitab matematika seni cina (zhang Jiu suan-shu) tersebut terdapat pada Bab 9 diperkirakan pada saat pemerintahan dinasti Han pada tahun 202 sebelum masehi. Kutipan dari kitab matematika seni tersebut yaitu klarifikasi memakai batangan hitam untuk angka yang memperlihatkan nilai negatif dan sebuah batang merah untuk angka yang bernilai positif. Jika dihubungkan dengan zaman modern, tentu agak sedikit berbeda. Pada zaman modern penggunaan warna malah sebaliknya, warna merah untuk menyatakan bilangan negatif dan warna hitam untuk bilangan positif. Ini bisa terlihat dalam beberapa penggunaan matematika dalam hal akuntasi salah satunya. Masa keemasan Cina kala itu, diasumsikan sebenarnya masyarakat cina bisa menuntaskan persamaan simultan yang bernilai negatif. Baca: Perkembangan Matematika di Cina
Perkembangan Bilangan Negatif sehabis Abad ke-7
Di India, pengenalan angka negatif dipakai dalam permasalahan transaksi sehari hari. Angka negatif menyatakan jumlah hutang dalam kehidupan mereka. Selama bertahun tahun para andal berusaha menerapkan hukum dan teorem yang melibatkan angka negatif ini. Penggunaan angka negatif di India ini diperkuat dengan adanya bukti dari sebuah catatan Naskah Bakhshali. Catatan ini berdasarkan andal Ian Pearce dibentuk sekitar tahun 200 BC dan AD 300. George Gheverghese dan Takao Hayashi juga menambahkan penggunaan simbol ibarat yang kita gunakan kini dalam mengekspresikan tanda negatif dan positif gres dikenal pada kala ke tujuh.Sebagaimana telah disinggung di atas penggunaan bilangan negatif di India dipakai sebagai mewakili tanda sebuah hutang. Setelah kala ke tujuh spesialis matematika India Brahmagupta dalam bukunya yang berjudul Brahma Sphuta Siddhanta membahas penggunaan angka negatif sudah mencapai pada aplikasi mencari bentuk umum penyelesaian persamaan kudrat.
Dengan adanya bilangan negatif, tentu akan memperlihatkan pilihan dalam mencari penyelesaian persamaan kuadrat. Dalam mendukung transaksi dalam kehidupan di India kala itu, diperkenalkan lebih lengkap angka negatif menyatakan utang, angka positif menyatakan kekayaan yang dimiliki. Jika jumlah kekayaan dan hutang sama banyak maka pada kondisi tersebut diberi sebuah tanda dan dikenal dengan tanda seimbang.
Pada perioda kala ke 8 M, perkembangan peradaban yang pesat di daratan arab menciptakan pencari ilmu dari arab berguru ihwal angka negatif dan positif ini ke India. Semua goresan pena Brahmagupta diterjemahkan ke dalam bahasa arab dan dpelajari oleh andal ahli pemikir dari barat. Bangsa arab juga mengikuti penggunaan angka ngatif untuk menyatakan nilai utang. Di kala berikutnya pada tahun tahun di kala 12 M, Bhaskara seorang ahli matematika yang berasal juga dari India mulai memakai angka negatif sebagai sebuah solusi persamaan kuadrat. Namun beliau menolak memakai dalam kehidupan penyelesaian permasalah sehari hari dengan alasan angka negatif berada diluar permasalahan dan orang orang tidak suka memakai angka negatif.
Setelah masa tersebut, barulah angka negatif diperkenalkan di eropa. Pada awalnya beberapa andal matematika dari eropa menolak prinsip penggunakan angka negatif diluar problem hutang dan kerugian. Pengecualian ini tertulis dalam buku karya Fibonacci yang berjudul Liber Abaci pada Bab 13 dan buku Flos. Selanjutnya di kala ke lima belas, seorang matematikawan Perancis Nicolas Chuquet memakai bilangan negatif sebagai bentuk perpangkatan. Dalam masa tersebut bilangan negatif dikenal sebagai angka yang tak masuk akal. Terakhir pada perkembangannya paad tahun 1759 M, spesialis matematika berkebangsaan Inggris menciptakan goresan pena ihwal angka negatif. Dalam goresan pena tersebut beliau menjelaskan bahwa angka negatif itu ialah sesuatu yang berlebihan tetapi sangat terang adanya. Angka negatif itu memang ada tetapi tidak masuk akal, kecuali dalam sebuah persamaan (marthayunanda).
Post a Comment for "Sejarah Bilangan Nyata Dan Bilangan Negatif"