Bagaimana Cara Membedakan Penggunaan Tumpuan Tekanan Kata Dan Kalimat Dalam Berkomunikasi ?
Membedakan penerapan pola tekanan kata dan kalimat Dalam berkomunikasi, jalinan kata dan kalimat perlu dikemas dalam harmonisasi yang utuh. Artinya, dalam memberikan informasi kita harus memakai pola tekanan kata dan kalimat. Hal ini dilakukan supaya orang lain memahami isi informasi yang kita ungkapkan.
Mengucapkan kalimat ialah wujud acara berbicara. Pembicara yang satu dengan pembicara yang lain, dalam hal-hal tertentu kadang kala tidak sama, meskipun vokal, konsonan, kata atau kalimat yang diucapkannya sama. Ketidaktepatan pengucapan bunyi bahasa sanggup meng - alihkan mengganggu perhatian pendengar, bahkan mungkin sanggup menimbulkan salah pentafsiran. Misalnya, dalam pengucapan kata gerakkan menjadi geraan, menyatakan menjadi menyataken, menaikkan menjadi menaian. misal lain, kita sering mendengar pembicara tidak sesuai atau salah ucap dalam memberikan informasi. Pengucpan konsonan s menjadi c pada kata sasak diucapkan cacak. Kata suka diucapkan cuka. Selain itu, pengucapan konsonan r menjadi l pada kata rusuh diucapkan lusuh, kata rima diucapkan lima. Penyebab terjadinya kesalahan pengucapan konsonan tertentu, menyerupai teladan ter sebut disebabkan faktor intern pembicara, mungkin lantaran bentuk atau ukuran alat ucapnya tidak normal.
Kita juga sering mendengar pengucapan e (pepet) menjadi
e (taling) pada kata peka (e pepet) diucapkan peka (e taling), mendengar (e pepet) diucapkan mendengar (e taling), beli (e pepet) diucapkan beli (e-taling). Pengucapan f (ef) diucapkan p (pe) pada kata fakultas (pakultas), aktif diucapkan (aktip), fihak diucapkan (pihak), dan normatif diucapkan (normatip). Kita juga sering mendengar pengucapan kata-kata diberikut.
a. memfoto diucapkan atau ditulis memoto
b. memfitnah diucapkan atau ditulis memitnah
c. menyayangi diucapkan atau ditulis menyintai
d. membawakan diucapkan atau ditulis membawaan
e. tujukan diucapkan atau ditulis tujuken
Ketidaktepatan pengucapan fonem (vokal dan konsonan) menyerupai pada kata-kata tersebut tentu akan mengganggu pendengar saat menyimak. Oleh lantaran itu, pengucapan vokal, konsonan, dan kata harus jelas. Tekanan kata atau kalimat akan berkenaan juga dengan jenis kalimat yang disampaikan.
a. Kalimat diberita
Kalimat diberita ialah kalimat yang meliputi diberita untuk me nyampaikan informasi kepada orang lain. Tanggapan yang diperlukan dari kalimat diberita spesialuntuklah berupa perhatian sesuai dengan maksud penutur melalui intonasi (kata yang dipentingkan).
misal:
1) Ami sedang menyiram bunga. ==(bukan orang lain)
2) Ami sedang menyiram bunga.== (bukan waktu yang kemudian atau nanti)
3) Ami sedang menyiram bunga di kebun. ==(bukan memupuk atau acara lain)
4) Ami sedang menyiram bunga.== (bukan flora lain)
Kata bercetak miring ialah kata yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Berdasarkan kata yang ditulis miring dalam ketiga kalimat tersebut, tentu memiliki perbedaan arti atau perbedaan tujuan.
b. Kalimat tanya
Kalimat tanya ialah kalimat yang meminta tanggapan berupa jawabanan. Kalimat tanya memiliki pola intonasi yang khusus. Kalimat tanya biasanya mempergunakan kata tanya apa, siapa, mengapa, di mana, dan partikel lah. Lagu dasar kalimat tanya ialah kata pertama dari kalimat tanya suaranya naik, kemudian diikuti dengan bunyi rendah dan pada simpulan kalimat bunyi tinggi.
misal:
Itu .... rumah Anda?
Jika memakai tanda tanya, tekanan agak tinggi jatuh pada kata tanya yang digunakannya, sedangkan kata-kata lainnya datar.
misal:
1) Kapan engkau akan bermain ke rumah aku?
2) Harus pergikah saya pada malam ini?
c. Kalimat perintah
Kalimat perintah ialah kalimat yang maknanya mempersembahkan perintah untuk melaksanakan sesuatu. Ciri umum kalimat perintah ialah intonasi keras mendatar, bernada tinggi, dan umumnya memakai partikel lah. Kalimat perintah biasanya bernada tinggi dan memakai tanda seru (!)
misal: 1) Silakan kalian berguru dengan baik.
2) Jawablah soal-soal di bawah ini.
3) Awas ada pencopet! Sumber https://kumpulantugasekol.blogspot.com
Mengucapkan kalimat ialah wujud acara berbicara. Pembicara yang satu dengan pembicara yang lain, dalam hal-hal tertentu kadang kala tidak sama, meskipun vokal, konsonan, kata atau kalimat yang diucapkannya sama. Ketidaktepatan pengucapan bunyi bahasa sanggup meng - alihkan mengganggu perhatian pendengar, bahkan mungkin sanggup menimbulkan salah pentafsiran. Misalnya, dalam pengucapan kata gerakkan menjadi geraan, menyatakan menjadi menyataken, menaikkan menjadi menaian. misal lain, kita sering mendengar pembicara tidak sesuai atau salah ucap dalam memberikan informasi. Pengucpan konsonan s menjadi c pada kata sasak diucapkan cacak. Kata suka diucapkan cuka. Selain itu, pengucapan konsonan r menjadi l pada kata rusuh diucapkan lusuh, kata rima diucapkan lima. Penyebab terjadinya kesalahan pengucapan konsonan tertentu, menyerupai teladan ter sebut disebabkan faktor intern pembicara, mungkin lantaran bentuk atau ukuran alat ucapnya tidak normal.
Kita juga sering mendengar pengucapan e (pepet) menjadi
e (taling) pada kata peka (e pepet) diucapkan peka (e taling), mendengar (e pepet) diucapkan mendengar (e taling), beli (e pepet) diucapkan beli (e-taling). Pengucapan f (ef) diucapkan p (pe) pada kata fakultas (pakultas), aktif diucapkan (aktip), fihak diucapkan (pihak), dan normatif diucapkan (normatip). Kita juga sering mendengar pengucapan kata-kata diberikut.
a. memfoto diucapkan atau ditulis memoto
b. memfitnah diucapkan atau ditulis memitnah
c. menyayangi diucapkan atau ditulis menyintai
d. membawakan diucapkan atau ditulis membawaan
e. tujukan diucapkan atau ditulis tujuken
Ketidaktepatan pengucapan fonem (vokal dan konsonan) menyerupai pada kata-kata tersebut tentu akan mengganggu pendengar saat menyimak. Oleh lantaran itu, pengucapan vokal, konsonan, dan kata harus jelas. Tekanan kata atau kalimat akan berkenaan juga dengan jenis kalimat yang disampaikan.
a. Kalimat diberita
Kalimat diberita ialah kalimat yang meliputi diberita untuk me nyampaikan informasi kepada orang lain. Tanggapan yang diperlukan dari kalimat diberita spesialuntuklah berupa perhatian sesuai dengan maksud penutur melalui intonasi (kata yang dipentingkan).
misal:
1) Ami sedang menyiram bunga. ==(bukan orang lain)
2) Ami sedang menyiram bunga.== (bukan waktu yang kemudian atau nanti)
3) Ami sedang menyiram bunga di kebun. ==(bukan memupuk atau acara lain)
4) Ami sedang menyiram bunga.== (bukan flora lain)
Kata bercetak miring ialah kata yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Berdasarkan kata yang ditulis miring dalam ketiga kalimat tersebut, tentu memiliki perbedaan arti atau perbedaan tujuan.
b. Kalimat tanya
Kalimat tanya ialah kalimat yang meminta tanggapan berupa jawabanan. Kalimat tanya memiliki pola intonasi yang khusus. Kalimat tanya biasanya mempergunakan kata tanya apa, siapa, mengapa, di mana, dan partikel lah. Lagu dasar kalimat tanya ialah kata pertama dari kalimat tanya suaranya naik, kemudian diikuti dengan bunyi rendah dan pada simpulan kalimat bunyi tinggi.
misal:
Itu .... rumah Anda?
Jika memakai tanda tanya, tekanan agak tinggi jatuh pada kata tanya yang digunakannya, sedangkan kata-kata lainnya datar.
misal:
1) Kapan engkau akan bermain ke rumah aku?
2) Harus pergikah saya pada malam ini?
c. Kalimat perintah
Kalimat perintah ialah kalimat yang maknanya mempersembahkan perintah untuk melaksanakan sesuatu. Ciri umum kalimat perintah ialah intonasi keras mendatar, bernada tinggi, dan umumnya memakai partikel lah. Kalimat perintah biasanya bernada tinggi dan memakai tanda seru (!)
misal: 1) Silakan kalian berguru dengan baik.
2) Jawablah soal-soal di bawah ini.
3) Awas ada pencopet! Sumber https://kumpulantugasekol.blogspot.com
Post a Comment for "Bagaimana Cara Membedakan Penggunaan Tumpuan Tekanan Kata Dan Kalimat Dalam Berkomunikasi ?"