Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerita Anak Tukang Cukur Sanwe

Tukang Cukur Sanwe
Sekitar dua ribu tahun sebelum masehi, di negeri China, hiduplah seorang tukang cukur kaki lima. Ia sangat terampil, efisien, dan juga cukup terkenal. Dia selalu siap untuk menolong siapa saja. Tetapi lantaran pekerjaannya, tiruana penduduk kota itu memandangnya dengan perilaku merendahkannya.
Pada suatu ketika, hadirlah dua orang pengawal kerajaan ke rumah tukang cukur Sanwe. Mereka disuruh Kaisar biar Sanwe mau memotong dan mencukur rambut Kaisar.

Mendengar ajakan tersebut bukannya bahagia hati Sanwe, tetapi justru diliputi rasa cemas dan ketakutan yang amat besar. Ini bukanlah pekerjaan yang simpel dan yummy untuk dilakukan lantaran kepala Kaisar penuh dengan penyakit koreng. Sudah puluhan tabib dari seluruh penjuru
angin dihadirkan, tetapi belum satu pun yang sanggup menyembuhkan penyakit koreng itu. Sudah banyak tukang cukur yang dipancung. Sebab memang demikian peraturannya, bahwa setiap tukang cukur yang menyentuh koreng di kepala Kaisar, baik sengaja atau tidak, sehingga sang Kaisar
kesakitan, tukang cukur tersebut harus dipancung tanpa harus diadili sebelumnya.

Begitu penduduk kota tahu bahwa tukang cukur Sanwe dipanggil ke kerajaan untuk mencukur Kaisar, tiruananya lantas berbisik. "Sampailah janjkematian Sanwe!" Bahkan ada juga beberapa di antaranya yang hadir menyalami tukang cukur Sanwe sebagai tanda turut berbela sungkawa.

Malam itu tukang cukur Sanwe tidak sanggup memejamkan matanya, lantaran selalu memikirkan nasib buruknya. Ia mengasah gunting hingga tajam betul. Kemudian ia berlutut dan berdoa. "Wahai, para yang kuasa yang ada di langit sana! Tolonglah hambamu yang hina ini. Besok pagi hamba harus ke kerajaan dan mencukur Sang Kaisar. Haruskah hamba sendiri?" katanya seraya menangis terisak-isak.

Pada dikala itu juga, rupanya Liu Syang Si, satu di antara dewa-dewa, sedang mengembara di langit di atas kota Sanwe yang petang gulita. Ia mendengar doa tukang cukur Sanwe, dan pribadi mendarat di bumi. Ia masuk ke dalam alam mimpi Sanwe.
"Jangan khawatir, Sanwe", demikian kata Liu Syang Si kepada Sanwe.
"Besok ketika engkau datang di istana dan dikala engkau akan memasuki gerbang kerajaan, kamu akan berjumpa dengan seseorang yang sangat seolah-olah dengan wajahmu. Begitu melihat orang tersebut, segeralah pulang kembali ke rumahmu."

Pagi-pagi sekali, Sanwe sudah sarapan dengan rasa cemas yang selalu menghantuinya. Ia tak percaya betul akan perkataan Liu Syang Si di dalam alam mimpinya semalam. Kemudian, ia segera mengemasi perkakas cukurnya, dan berangkat ke istana dengan langkah gontai. Alangkah terkejutnya Sanwe sebelum hingga di gerbang kerajaan, ia melihat seseorang yang sangat seolah-olah dengannya sudah lebih dulu memasuki gerbang kerajaan. melaluiataubersamaini serta merta ia kembali ke rumah.

Tanpa sepengetahuan Sanwe, sesungguhnya orang yang seolah-olah dengan beliau ialah Liu Syang Si sendiri yang menyamar sebagai Sanwe. Para pengawal pun tentu tidak sanggup membedakannya. Mereka segera menggiring Liu Syang Si ke hadapan Sang Kaisar.
"Semua tukang cukur yang kupanggil kemari selalu gemetar. Mengapa engkau tetap hening dan sama sekali tidak menunjukkan ketakutanmu, hai tukang cukur?" tanya Sang Kaisar.
"Hamba tidak perlu takut. Karena hamba bukan saja tukang cukur yang paling piawai di seluruh kekaimasukan ini, tetapi hamba juga seorang tabib yang sanggup menyembuhkan penyakit koreng Kaisar", balasan Sanwe tiruan.

"Alangkah baiknya jikalau engkau jaga mulutmu!" kata Kaisar dengan agak mengancam". Kalau hingga engkau menyentuh penyakit korengku, bersiap-siaplah untuk segera menyongsong tibanya ajalmu lantaran para algojoku tidak pernah gagal memancung kepala orang!"

Liu Syang Si menghaturkan sembah. Lalu, mulailah ia mencukur Sang Kaisar. Ajaib…. Benar-benar ajaib! Karena setiap guntingannya menyentuh koreng Sang Kaisar, penyakit tersebut pribadi sembuh dengan sendirinya. Melihat dan mencicipi hal tersebut, bukan main bahagia hati Kaisar. Sebagai tanda terima kasihnya, Kaisar menyampaikan emas berbungkal-bungkal
kepada Liu Syang Si. "melaluiataubersamaini segala sembah sujud, hamba harus menyampaikan bahwa hamba
sama sekali tidak tertarik kepada emas, apalagi untuk memilikinya," kata Sanwe tiruan.

"Jadi, apa maumu sebenarnya?" tanya Kaisar dengan heran dan sedikit tersinggung.
"Kalau Kaisar berkenan, hamba spesialuntuk meminta selembar bendera merah kekaimasukan, tak lebih dan tak kurang," Jawab Liu Syang Si dengan terus menundukkan kepala.

Akhirnya, permintaannya dikabulkan. Liu Syang Si segera mendapatkan dan membawanya pulang ke rumah Sanwe yang orisinil dengan berkata, "Kau tidak perlu takut lagi sekarang. Kibarkan saja selalu bendera merah kekaimasukan ini dikedai cukurmu sehingga tiruana orang akan mengetahui
bahwa spesialuntuk engkaulah yang sudah berhasil mencukur sekaligus menyembuhkan penyakit koreng Kaisar." Sesudah berkata demikian, secepat kilat Dewa Liu Syang Si menghilang tanpa bekas. Itulah sebabnya, hingga sekarang, di negeri China tiruana tukang kedai cukur selalu memasang bendera merah untuk menandai bahwa beliau ialah seorang tukang cukur yang piawai
Sumber https://kumpulantugasekol.blogspot.com

Post a Comment for "Cerita Anak Tukang Cukur Sanwe"