Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Faktor-Faktor Internal Dan Eksternal Yang Mensugesti Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Tumbuhan

Berikut ini akan dibahas materi ihwal faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan, hormon pada tumbuhan, fungsi hormon auksin, faktor internal pertumbuhan, hormon auksin, hormon giberelin, hormon sitokinin, hormon asam absisat, hormon etilen.

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

Pernahkah Anda memerhatikan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan yang berada di kawasan tidak sama? Walaupun tumbuhan tersebut satu jenis, pertumbuhan dan perkembangannya menunjukkan perbedaan, bukan? Permasalahan tersebut umum kita temukan di bidang pertanian.

Meskipun pada prinsipnya pohon kelapa sanggup tumbuh di mana saja, tetapi hasil yang diperoleh akan bervariasi jikalau ditanam sedikit demi sedikit mulai dari kawasan pantai (dataran rendah) sampai ke kawasan pepegununganan (dataran tinggi). 

Iklim yang sesuai diharapkan oleh tumbuhan supaya sanggup mengolah makanannya secara optimal dan didukung oleh kondisi tanah yang ialah sumber kuliner selama hidupnya.

Faktor lingkungan yang mendukung, ditambah dengan potensi dari dalam badan tumbuhan ialah kombinasi yang mengoptimalkan produktivitas tumbuhan. melaluiataubersamaini demikian, ada dua hal yang kuat terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, yaitu:
  1. faktor internal, contohnya hormon yang mengontrol pertumbuhan dan perkembangan;
  2. faktor eksternal, contohnya kondisi fisik kimia lingkungan, menyerupai panjang pendeknya hari, temperatur, sumber nutrisi, dan pencahayaan.
Jadi, sanggup dikatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan ialah hasil dari interaksi antara faktor internal (potensi genetik) dengan faktor eksternal (kondisi lingkungannya). 

Hilangnya pertumbuhan suatu organ atau jaenteng makhluk hidup sanggup disebabkan oleh salah satu faktor di atas saja atau sanggup disebabkan oleh kedua-duanya.

Secara genetis, tumbuhan mempunyai kloroplas. Akan tetapi, jikalau tidak Kata Kunci ada cahaya, kloroplas tersebut tidak akan terbentuk. Tidak terbentuknya kloroplas sanggup disebabkan oleh faktor genetis dan faktor lingkungan.

Kloroplas pada tumbuhan sanggup tidak terbentuk lantaran tidak diproduksinya enzim yang diharapkan dalam pembentukan kloroplas atau lantaran lingkungan tidak menyediakan cahaya atau mineral yang penting dalam pembentukan kloroplas.

1. Faktor Internal

Faktor internal dipicu oleh serangkaian proses yang terjadi dalam sel, menyerupai pembelahan, pemantidakboleh, dan diferensiasi. Umumnya, faktor-faktor internal yang ada di dalam badan ini berupa senyawa biokimia, menyerupai hormon dan enzim.

Hormon ialah senyawa kimia yang diproduksi dalam serius yang kecil oleh badan yang akan memengaruhi sel atau organ target. 

Pada bahasan ini, kita akan mengenal beberapa hormon pada tumbuhan yang memmenolong dalam proses pertumbuhan dan perkembangan (Moore, et al, 1995: 275).

a. Auksin

Pada 1800-an, Charles Darwin mengamati pertumbuhan rumput yang selalu menuju arah hadirnya cahaya matahari. 

Seorang andal pertanian, Ciesielski, juga mengamati perkembangan akar yang membelok menuju arah bumi. Kedua insiden ini menghasilkan pertumbuhan ujung-ujung tumbuhan yang berbelok. 

Hal ini gres dimengerti setelah ditemukan hormon auksin yang bertanggung balasan dalam pemantidakboleh sel (batang) serta gerakan tropisme (gerakan sel potongan tumbuhan sesuai dengan arah hadirnya rangsangan) pada tumbuhan. 

Auksin sangat praktis terurai oleh cahaya sehingga menjadikan gerakan fototropisme (gerakan yang disebabkan oleh rangsang cahaya). 

Auksin yang tidak terurai oleh cahaya sanggup menjadikan pertumbuhan yang cepat di tempat petang atau disebut etiolasi. 

Auksin didominasi oleh senyawa golongan IAA (Indol Asetic Acid). Dalam serius sangat sedikit (10-5 M), auksin sanggup memengaruhi tumbuhan, di antaranya:
  1. dapat memicu pembelahan sel dan pemantidakboleh sel;
  2. memengaruhi dalam pembentukan pucuk atau tunas gres dan jaenteng yang luka.

b. Giberelin

Giberelin ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang peneliti Jepang berjulukan Fujikuro di tahun 1930-an. Ketika itu, ia sedang mengamati penyakit Bangua pada tumbuhan padi. 

Padi yang terjangkit oleh sejenis jamur mempunyai pertumbuhan yang cepat sehingga batangnya praktis patah. Jamur ini kemudian didiberi nama Gibberella fujikuroi yang menyekresikan zat kimia berjulukan giberelin.

Giberelin ini kemudian diteliti lebih lanjut dan diketahui banyak berperan dalam pembentukan bunga, buah, serta pemantidakboleh sel tumbuhan. 

Kubis yang didiberi hormon giberelin dengan serius tinggi, akan mengalami pemantidakboleh batang yang mencolok. Beberapa fungsi dari hormon giberelin adalah:
  1. berperan dalam dominansi apikal, pemantidakboleh sel, perkembangan buah, perbungaan, dan mobilisasi cadangan kuliner dari dalam biji;
  2. ikut kuat terhadap pembentukan akar tumbuhan lantaran giberelin umum terdapat di potongan meristematik pada akar.

c. Sitokinin

Aktivitas sitokinin pertama kali teramati saat pembelahan sel oleh Folke Skoog dari Universitas Wisconsin, Amerika Serikat. Sitokinin, sesuai dengan namanya (sito= sel, kinin= pembelahan) berperan dalam pembelahan sel, pemantidakboleh sel, morfogenesis, dominansi apikal, dan dormansi.

d. Asam absisat

Asam absisat ditemukan oleh peneliti yang bekerja pada penelitian ihwal dormansi pohon. Zat kimia yang diambil dari dedaunan sebuah pohon ternyata memengaruhi pertumbuhan pucuk dan menginduksi pembentukan tunas. 

Asam absisat berperan dalam penuaan, dormansi pucuk, perbungaan, memacu sintesis etilen, dan menghambat dampak giberelin.

e. Etilen

Fenomena gas etilen pertama kali diamati oleh ilmuwan mulai era ke-19. Pada masa itu, sumber penerangan lampu jalanan yang dipakai berasal dari pemanasan oleh batubara. Pepohonan yang berada di sekitar pemmembuangan gas pembakaran diketahui menggugurkan daunnya secara tidak wajar. Pada tahun 1901, gabungan peneliti dari Rusia menemukan adanya gas etilen pada pembakaran tersebut dan menimbulkan daun berguguran. Kini, etilen sudah secara luas dipakai sebagai zat pengatur tumbuh pada tumbuhan. Pengaruh etilen ini ialah sebagai diberikut.
  1. Hormon ini akan menghambat pembelahan sel, menunda perbungaan, dan menimbulkan absisi atau aborsi daun.
  2. Buah terlebih lampau akan mengalami pematangan sebelum mengalami pengguguran. Jadi, etilen memmenolong dalam proses pematangan buah.


2. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang kuat terhadap pertumbuhan tumbuhan di antaranya ialah cahaya, temperatur, kandungan air, dan kerindangan tanah.

a. Makanan (Nutrisi)

Semua makhluk hidup membutuhkan kuliner (nutrisi) untuk sumber energi. Unsur yang diharapkan tumbuhan dalam jumlah besar yang disebut elemen makro atau unsur makro. 

Elemen makro terdiri atas karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, sulfur, fosfor, kalium, dan magnesium. 

Selain itu, ada elemen yang disebut elemen mikro atau unsur mikro menyerupai besi, klor, tembaga, seng, molibdenum, boron, dan nikel. Elemen mikro ialah unsur yang diharapkan tumbuhan dalam jumlah sedikit (Moore, et al, 1995: 470).

Keadaan fisiologis berupa belum sempurnanya elemen makro atau mikro disebut defisiensi. Defisiensi yang terjadi pada tumbuhan akan kuat terhadap proses pertumbuhan. 

misalnya, daun tumbuhan akan menguning jikalau belum sempurnanya besi (Fe), lantaran Fe berfungsi dalam pembentukan klorofil. 

Selain itu, besi ialah salah satu unsur yang diharapkan pada pembentukan enzim-enzim pernapasan yang mengoksidasi karbohidrat menjadi karbondioksida dan air. 

misal lainnya, jikalau tumbuhan belum sempurnanya unsur fosfor, tepi daunnya akan menggulung. Jadi, media tanam untuk tumbuhan harus memenuhi elemen-elemen yang dibutuhkan tumbuhan. 

Pemupukan ialah salah satu cara penambahan nutrisi yang dibutuhkan tumbuhan. Pengaruh nutrisi tumbuhan sanggup terlihat jikalau bercocok tanam memakai hidroponik. 

Hidroponik ialah istilah yang dipakai untuk bercocok tanam tanpa memakai tanah sebagai media tanam. 

Media tanam sanggup berupa air, kerikil, pecahan genting, dan gabus putih. Media kultur yang sering dipakai ialah kultur air. 

Tumbuhan ditanam pada air yang sudah dicampurkan banyak sekali mineral untuk menyuplai kebutuhan tumbuhan. Jika tumbuhan yang ditanam pada kultur air belum sempurnanya nutrisi, tumbuhan tidak akan tumbuh baik.

b. Cahaya

Cahaya merah, biru, hijau, dan biru violet berperan sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis. Makanan hasil fotosintesis yang terdapat pada tumbuhan akan dipakai untuk pertumbuhan. 

Biji yang ditanam dan ditempatkan di tempat teduh akan tumbuh cepat, tetapi gila (tubuh lemah). Peristiwa dinamakan etiolasi.

Cahaya sanggup mengubah leukoplas menjadi kloroplas. Tersedianya cahaya yang memadai akan meningkatkan pembentukan kloroplas. 

Pada tumbuhan yang sama, tetapi hidup pada tempat yang tidak sama pencahayaannya akan menjadikan perbedaan ukuran daun.

Daun dari tumbuhan yang berada di tempat yang cukup mendapatkan cahaya mempunyai ukuran yang lebih sempit, tetapi jaenteng mesofilnya lebih tebal daripada daun dari tumbuhan yang berada di tempat yang kurang mendapatkan cahaya. 

Tinggi tumbuhan pada tempat yang kurang cahaya, lebih tinggi daripada tumbuhan yang hidup pada tempat cukup cahaya. 

Hal ini disebabkan pada tumbuhan yang hidup pada tempat yang kurang mendapatkan cahaya, transpirasinya rendah sehingga kandungan air lebih tinggi. Tingginya kandungan air memacu pembelahan sel dan pelebaran sel. 

Akan tetapi, berat tumbuhan menjadi lebih rendah lantaran acara fotosintesis rendah. Stomata pada tumbuhan yang berada di tempat yang kurang mendapatkan cahaya mempunyai jumlah lebih sedikit, tetapi ukurannya besar. 

Tumbuhan yang berada pada tempat yang mendapatkan cahaya cukup, mempunyai jumlah stomata lebih banyak dengan ukuran yang kecil. 

Sistem perakaran tumbuhan yang hidup pada tempat yang cukup mendapatkan cahaya lebih lebat dibandingkan dengan sistem perakaran tumbuhan yang berada pada tempat kurang mendapatkan cahaya.

Adanya perbedaan letak geografis menimbulkan perbedaan lamanya pencahayaan yang diterima oleh tumbuhan. Pada kawasan yang mempunyai empat musim, kadang kala waktu siang lebih usang daripada waktu malam atau waktu malam lebih usang daripada waktu siang.

Respons tumbuhan terhadap usang pencahayaan dinamakan fotoperiodisme. Respons tumbuhan yang dimaksud ialah pertumbuhan, perkembangan, dan produksi. Fotoperiodisme dikendalikan oleh fitokrom yang ditemukan oleh Sterling B. Hendrik. 

Fitokrom ialah suatu protein berwarna biru pucat yang terdistribusikan pada jaenteng tumbuhan dengan serius rendah serta bisa mendapatkan cahaya merah (􀁍 = 660 nm) dan infra merah (􀁍 = 730 nm).

Berdasarkan respon tumbuhan terhadap waktu jelas atau waktu petang, tumbuhan sanggup dibedakan menjadi tumbuhan hari pendek (short-day plant), tumbuhan hari panjang (long-day plant), dan tumbuhan hari netral (neutralday plant). Penggolongan ini bergotong-royong bergantung waktu petang.

Tumbuhan hari pendek ialah tumbuhan yang membentuk bunga jikalau lamanya waktu malam lebih panjang daripada waktu siang. Tumbuhan yang tergolong hari pendek ialah kedelai, tembakau, strodiberi dan Chrysanthemum indicum.

Tumbuhan hari panjang ialah tumbuhan yang membentuk bunga jikalau lamanya waktu malam lebih pendek daripada waktu siang. 

Tumbuhan yang termasuk long-day plant ialah gandum, bit, dan bayam. Tumbuhan hari netral ialah tumbuhan yang berbunga jikalau lamanya waktu siang sama dengan waktu malam. Tumbuhan yang tergolong neutralday plant ialah jagung, kacang merah, mentimun, dan kapas.

c. Temperatur

Temperatur sangat kuat terhadap pertumbuhan tumbuhan. Hal ini lantaran berkaitan dengan acara enzim dan kandungan air dalam badan tumbuhan. 

Semakin tinggi temperatur, semakin besar pula transpirasi. Akan tetapi, kandungan air dalam badan tumbuhan akan semakin rendah sehingga proses pertumbuhan akan semakin lambat. 

Temperatur yang rendah sanggup memecahkan masa istirahat pucuk atau biji. Perlakuan temperatur yang rendah akan memacu pembentukan ruas yang lebih panjang daripada ruas dari tumbuhan yang tumbuh di kawasan bertemperatur tinggi. 

Perlakuan dengan temperatur sanggup merangsang perkecambahan biji, insiden ini dinamakan vernalisasi. Termoperiodis ialah perbedaan temperatur antara siang dan malam, yang sanggup kuat terhadap pertumbuhan suatu jenis tumbuhan.

Tumbuhan tomat akan tumbuh baik jikalau temperatur siang mencapai 26°C dan temperatur malam mencapai 20°C. Pembentukan buah terjadi jikalau temperatur malam mencapai 15°C. Akan tetapi, buah tidak terbentuk jikalau temperatur malam mencapai 25°C.

d. Air

Air ialah senyawa yang sangat penting bagi tumbuhan. Air berfungsi memmenolong reaksi kimia dalam sel. Selain itu, air menunjang proses fotosintesis dan menjaga kelembapan.

Kandungan air yang terdapat dalam tanah berfungsi sebagai pelarut unsur hara sehingga unsur hara tersebut praktis diserap oleh tumbuhan.

Selain itu, air memelihara temperatur tanah yang berperan dalam proses pertumbuhan. Pertumbuhan akan berlangsung lebih aktif pada malam hari daripada siang hari lantaran pada malam hari kandungan air dalam badan tumbuhan lebih tinggi daripada siang hari.

e. pH

Derajat keasaman tanah (pH tanah) sangat kuat terhadap ketersediaan unsur hara yang diharapkan oleh tumbuhan. 

Pada kondisi pH tanah netral unsur-unsur yang diperlukan, menyerupai Ca, Mg, P, K cukup tersedia. Adapun pada pH asam, unsur yang tersedia ialah Al, Mo, Zn, yang sanggup meracuni badan tumbuhan.

f. Oksigen

Keadaan kadar oksigen yang terdapat dalam tanah selalu berlawanan dengan kadar air dalam tanah. Jika kandungan air tinggi, kandungan udara akan rendah. 

Kandungan oksigen dalam tanah sangat penting untuk respirasi sel-sel akar yang akan kuat terhadap perembesan unsur hara.

Sumber http://www.kuttabku.com

Post a Comment for "Faktor-Faktor Internal Dan Eksternal Yang Mensugesti Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Tumbuhan"