Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian, Proses Terbentuknya, Kriteria, Sifat-Sifat Serta Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial Dalam Lapisan Masyarakat Berdasarkan Para Ahli

Dibawah ini yakni artikel yang akan mengulas terkena stratifikasi sosial, pengertian stratifikasi sosial, pengertian stratifikasi sosial berdasarkan para ahli, proses terbentuknya stratifikasi sosial, stratifikasi sosial dalam masyarakat, sifat stratifikasi sosial, kriteria stratifikasi sosial, stratifikasi sosial terbuka, stratifikasi sosial tertutup, unsur unsur lapisan masyarakat.


Stratifikasi Sosial


Pengertian Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial berasal  dari  kiasan  yang menggambarkan keadaan  kehidupan  masyarakat. Menurut  Pitirim  A.  Sorokin, stratifikasi sosial (social stratification) yakni perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). 
 Dibawah ini yakni artikel yang akan mengulas terkena stratifikasi sosial Pengertian, Proses Terbentuknya, Kriteria, Sifat-Sifat serta Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial dalam Lapisan Masyarakat Menurut Para Ahli
Gambar Ilusi Tentang Stratifikasi Sosial
Perwujudannya yakni adanya kelas-kelas sosial lebih tinggi dan kelas sosial yang lebih rendah. Selanjutnya, Sorokin mengambarkan bahwa dasar dan inti lapisan sosial dalam masyarakat disebabkan tidak adanya keseimbangan dalam pemberian hak, kewajiban, dan tanggung balasan nilai sosial di antara anggota  masyarakat.  

Pitirim  A.  Sorokin  mengatakan  pula  bahwa  sistem  lapisan ialah ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat teratur. Barang siapa mempunyai sesuatu yang berharga dalam jumlah banyak maka akan dianggap mempunyai kedudukan di lapisan atas. Bagi mereka yang spesialuntuk mempunyai sedikit atau bahkan tidak mempunyai sesuatu yang berharga maka akan dipandang mempunyai kedudukan rendah.

Menurut Soerjono Soekanto, selama  pada  masyarakat terdapat sesuatu yang dihargai maka hal itu akan menjadi bibit yang menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapis. Barang atau sesuatu yang dihargai pada masyarakat mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, mungkin juga berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, ketaatan  dalam beragama, atau mungkin juga keturunan dari keluarga yang terhormat. Hassan Sadilly menyampaikan bahwa lapisan dalam masyarakat menunjukkan:
  1. keadaan senasib, dengan paham ini kita mengenal lapisan yang terendah, yaitu lapisan pengemis, lapisan masyarakat kelas bawah, dan sebagainya;
  2. persamaan batin atau kepandaian, lapisan masyarakat terpelajar, atau lapisan masyarakat sejenisnya bahwa di dalamnya terdapat stratifikasi sosial berdasarkan tingkat penguasaan akan keilmuannya (pengetahuan).
melaluiataubersamaini demikian, kehidupan pada masyarakat akan dijumpai orang-orang yang mempunyai sesuatu yang dihargai atau dibanggakan lantaran lebih banyak daripada orang lain. Oleh lantaran itu, ia akan dianggap mempunyai status atau kedudukan sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang mempunyai sesuatu yang terbatas atau tidak memilikinya sama sekali sehingga kedudukannya di masyarakat akan lebih rendah. 

Seseorang yang mempunyai kedudukan, baik yang rendah maupun yang tinggi, sama-sama mempunyai sifat yang kumulatif. Artinya, mereka yang mempunyai kedudukan ekonomi tinggi biasanya relatif praktis untuk menduduki kedudukan yang lain sehingga mendapat kehormatan di masyarakat. Begitu juga bagi mereka yang sedikit mempunyai sesuatu atau bahkan tidak memilikinya. 

Biasanya mereka akan cenderung semakin susah untuk menaikkan kedudukannya lantaran mereka tidak mempunyai sesuatu yang diandalkan atau dibanggakan. Pada prinsipnya, kedudukan sosial ini sanggup dibedakan menjadi tiga macam, yaitu kelas ekonomi, kelas sosial, dan kelas politik.

Orang yang mempunyai pujian tertentu dalam bidang politik atau kekuasaan, biasanya cenderung akan menduduki juga lapisan atas yang didasarkan pada nilai ekonomis. Mereka yang kaya secara material,  umumnya  cenderung  menempati  kedudukan  penting dalam  pemerintahan,  sepanjang didukung  oleh  nilai-nilai  yang berkembang dalam masyarakat yang bersangkutan.

Proses Terbentuknya Stratifikasi Sosial 

Sistem lapisan dalam masyarakat terjadi dengan sendirinya sesuai dengan pertumbuhan masyarakat yang bersangkutan. Akan tetapi, lapisan atau stratifikasi sosial ini sanggup terjadi dengan sengaja yang disusun untuk tujuan bersama. 

Alasan terbentuknya lapisan masyarakat tanpa disengaja, ibarat tingkat kepandaian seseorang, usia, dekatnya kekerabatan kekerabatan dengan orang yang dihormati, atau  mungkin  harta yang dimiliki seseorang, bergantung pada masyarakat yang bersangkutan dalam memegang nilai dan norma sosial, sesuai dengan tujuan masyarakat itu sendiri.

Stratifikasi sosial yang dibuat dengan sengaja, berafiliasi dengan pemberian kekuasaan dan wewenang secara resmi dalam organisasi-organisasi formal, ibarat organisasi pemerintahan, partai politik, militer, dan organisasi sosial lain yang dibuat berdasarkan tingkat tertentu. Sistem pelapisan sosial ini sengaja dibuat untuk mencapai tujuan tertentu.

Stratifikasi  sosial  yang  terdapat  pada  masyarakat  dapat menyangkut  pertolongan  uang,  tanah, kehormatan,  dan  benda-benda yang mempunyai nilai ekonomis. Uang sanggup dibagi secara bebas di antara anggota suatu organisasi berdasarkan kepangkatan dan ukuran senioritas, tanpa merusak keutuhan organisasi yang bersangkutan. 

Bahkan, apabila dalam suatu sistem pemerintahan, kekuasaan, dan wewenang tidak lagi dibagi secara teratur sesuai dengan  ukuran  stratanya,  akan mengakibatkan  kekacauan  yang memecah keutuhan masyarakat dan secara tidak eksklusif memecah keutuhan suatu negara.

Menurut Soekanto, tiruana insan sanggup dianggap sederajat, tetapi sesuai dengan kenyataan kehidupan  dalam kelompok-kelompok sosial, tidaklah demikian. Perbedaan atas lapisan-lapisan pada masyarakat, ialah tanda-tanda yang universal yang ialah belahan dari sistem sosial setiap masyarakat. 

Pada masyarakat kecil dan homogen sanggup dikatakan hampir tidak terdapat pelapisan sosial. Adapun masyarakat yang heterogen ibarat di perkotaan, memperlihatkan kecen derungan menuju ke arah stratifikasi yang lebih  banyak  dan  kompleks,  sebab  dasar  dari  stratifikasinya yakni  pertolongan kerja.  

Penilaian  ditinjau  dari  segi  peranan yang berafiliasi dengan jenis pekerjaannya dalam memenuhi kepentingan masyarakat nya yang didasarkan atas evaluasi biologis dan kebudayaan. Robin William J.R. sebut pokok fatwa ihwal proses terjadinya stratifikasi sosial pada masyarakat, yaitu sebagai diberikut.
  1. Sistem stratifikasi sosial mungkin berpokok pada sistem perperihalan yang terjadi pada masyarakat sehingga menjadi objek penyelidikan.
  2. Sistem stratifikasi sosial sanggup dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur, yaitu sebagai diberikut. 
  • Distribusi hak-hak istimewa yang adil, contohnya penghasilan,  kekayaan,  keselamatan (kesehatan,  laju  angka kejahatan), wewenang.
  • Sistem perperihalan yang diciptakan masyarakat (prestise dan penghargaan).
  • Kriteria  sistem  perperihalan  yaitu  apakah  didapatkan berdasarkan  kualitas  pribadi, keanggotaan  kelompok kerabat, hak milik, wewenang, atau kekuasaan.
  • Lambang-lambang  kedudukan,  misalnya  tingkah  laku, cara ber pakaian, bentuk rumah, keanggotaan dalam suatu organisasi formal.
  • cepatdangampang sukarnya berubah kedudukan.
  • Solidaritas di antara individu atau kelompok sosial yang menduduki status sosial yang sama dalam sistem sosial, seperti:
  1. pola-pola interaksi (struktur clique dan anggota keluarga);
  2. kesamaan atau perbedaan sistem kepercayaan, sikap, dan nilai;
  3. kesadaran akan status masing-masing; 
  4. aktivitas dalam organisasi secara kolektif.

Kriteria Stratifikasi Sosial

Di antara lapisan atas hingga paling rendah, terdapat aneka macam macam lapisan yang didasarkan pada beberapa kriteria. Misalnya, suatu lapisan akan mempunyai aneka macam kriteria tersendiri yang sanggup dihormati oleh setiap anggota masyarakat. 

Mereka yang mempunyai banyak uang akan praktis sekali mendapat tanah, kekuasaan, dan mungkin kehormatan. Ukuran atau kriteria yang sanggup digunakan untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan, yaitu sebagai diberikut.
  1. Ukuran  kekayaan.  Siapapun  yang  memiliki  kekayaan  paling banyak maka akan termasuk pada lapisan atas. Kekayaan yang dimiliki seseorang akan terlihat secara aktual dari bentuk rumah, kendaraan pribadi, cara berpakaian dan materi yang digunakannya, atau kebiasaan berbelanja barang-barang yang harganya tidak sanggup dijangkau oleh tiruana lapisan.
  2. Ukuran  kekuasaan.  Siapapun  yang  memiliki  kekuasaan  atau wewenang maka akan menempati lapisan atas.
  3. Ukuran  kehormatan,  ukuran  ini  tidak  terlepas  dari  ukuran kekuasaan atau kekayaan. Orang yang disegani dan dihormati oleh masyarakat  akan mendapat tempat pada lapisan atas. Mereka yang mempunyai kehormatan pada umumnya yakni orang yang dituakan di  masyarakat atau sebagai tokoh masyarakat.
  4. Ukuran ilmu pengetahuan. Ukuran ini digunakan masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan, tetapi terkadang bukan ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, melainkan gelar kesarjanaan. Akibatnya, terjadi perlombaan untuk mendapat gelar sarjana tanpa ada perjuangan untuk memperdalam ilmu pengetahuan. Hal ini terjadi lantaran gelar kesarjanaan ialah lambang dari ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang. Oleh lantaran itu,  orang yang mempunyai gelar tersebut akan tersanjung dan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anggota masyarakat pada umumnya.
Selain  kriteria  tersebut,  juga  terdapat  beberapa  ciri  umum terkena  faktor-faktor  yang memilih  adanya  lapisan  atau stratifikasi sosial, yaitu sebagai diberikut.
  1. Status atas dasar fungsi dan pekerjaan, contohnya sebagai dokter, guru, dan militer. Semuanya sangat memilih kedudukan dalam masyarakat.
  2. Seseorang yang beragama. Jika seseorang bersungguh-sungguh dengan penuh ketulusan dan taat dalam menjalankan agamanya, kedudukan orang yang bersangkutan pada masyarakat akan terangkat.
  3. Status atas dasar keturunan, sama artinya dengan orang yang berasal dari keturunan terhormat yang umumnya akan mempunyai kedudukan tinggi di masyarakat.
  4. Latar belakang sosial dan lamanya seseorang atau kelompok yang tinggal pada suatu tempat. Biasanya seseorang yang berada di suatu tempat atau kampung akan dihargai masyarakatnya kalau yang bersangkutan turut mendirikan tempat atau kampung tersebut. Oleh lantaran itu, tidak sedikit masyarakat masyarakatnya segan dan hormat terhadapnya.
  5. Status atas dasar jenis kelabuin dan umur. Orang yang lebih renta di masyarakat pada umumnya mendapat penghormatan dari yang lebih muda. 
Dari beberapa ciri  tersebut, kemudian berproses ke dalam aneka macam kondisi sosial. Misalnya, perbedaan ciri biologis, ciri etnis, dan ciri-ciri lain yang menonjol di masyarakat. 

Jika di antara ciri-ciri tersebut salah satunya dimiliki oleh suatu kelompok yang bisa menguasai kelompok lain, akan terjadi perbedaan status yang menunjuk pada eksistensi lapisan sosial kelompok yang bersangkutan. Oleh lantaran itu, di antara kelompok tersebut akan terbentuk adanya lapisan-lapisan sosial yang membedakan status di antara kelompok mereka.

Sifat-Sifat Lapisan Sosial

Sistem lapisan yang ada pada masyarakat bersifat tertutup (closed social stratification) dan bersifat terbuka (open social stratification). Lapisan sosial yang bersifat tertutup, membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain secara vertikal (ke atas atau ke bawah). 

Di dalam sistem tertutup ini, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota yaitu melalui kelahiran atau keturunan. Masyarakat yang menganut sistem lapisan sosial tertutup, yaitu masyarakat yang masih menganut paham feodalisme, atau status masyarakat yang ditentukan atas dasar ukuran perbedaan ras dan suku bangsa. 

Di India, lapisan sosial masyarakat tertutup terwujud dalam kasta berdasarkan agama Hindu. Lapisan masyarakat di India yang menganut sistem kasta, yang mempunyai ciri-ciri sebagai diberikut.
  1. Keanggotaan pada kasta diperoleh lantaran kelahiran (anak yang lahir memperoleh kedudukan orangtuanya).
  2. Keanggotaan yang diwariskan berlaku seumur hidup lantaran seseorang mustahil mengubah kedudukannya, kecuali kalau dikeluarkan dari kastanya.
  3. Perkawinan  bersifat  endogami,  artinya  dari  orang  yang sekasta.
  4. Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.
  5. Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta tertentu, terutama aktual  dari  nama  kasta, identifikasi  anggota  kastanya,  dan adaptasi diri yang ketat terhadap norma-norma kasta.
  6. Kasta diikat oleh kedudukan yang secara tradisional diputuskan.
  7. Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.
Sistem kasta di India sudah ada semenjak berabad-abad yang lalu, yang disebut Yati, sedangkan sistemnya disebut Varna. Kasta pada masyarakat tersusun dari atas ke bawah, yaitu sebagai diberikut.
  1. Brahmana,  yaitu  kasta  para  pendeta  agama  Hindu,  yang ialah lapisan tertinggi pada masyarakat.
  2. Ksatria, yaitu kasta para darah biru dan tentara.
  3. Waisya, yaitu kasta para pedagang. Kasta ini dianggap sebagai kelompok lapisan menengah pada masyarakat. 
  4. Sudra, yaitu kasta yang dimiliki oleh orang kebanyakan atau rakyat jelata. Di dalam sistem kasta ini terdapat kelompok masyarakat yang tidak mempunyai kasta, yaitu mereka yang termasuk para penjahat atau budak. Adapun mereka yang tidak berkasta disebut kaum Paria. 
Susunan kasta tersebut kedudukannya sangat kompleks dan hingga kini masih tetap dipertahankan walaupun masyarakat India sendiri terkadang tidak mengakuinya. Sistem kasta ibarat di India, terdapat pula di belahan bumi yang lain, tetapi pemisahannya tidak berdasarkan kedudukan seseorang pada masyarakat, tetapi berdasarkan warna kulit. 

Salah satu kelompok masyarakat yang mempunyai warna kulit tertentu mendapat kedudukan yang istimewa dibandingkan dengan kelompok masyarakat yang mempunyai warna kulit lainnya. Lapisan sosial bersifat tertutup ini lebih bersifat statis, terutama mereka yang berada pada lapisan bawah jarang mempunyai impian tinggi  karena  masyarakat akan  melecehkannya  atau  terkadang keberhasilan  yang  ditempuh  seseorang  tidak  diakui. 

melaluiataubersamaini demikian, kedudukan yang dimiliki setiap individu sebagai anggota masyarakat relatif bersifat permguan. Begitu pula kekerabatan yang dilakukan dengan sesama anggota masyarakat yang berlainan lapisan harus dibatasi sesuai dengan kedudukan sosial yang dimiliki. 

Sistem lapisan sosial tertutup ini sering disebut sebagai sistem yang kaku atau ekstrim. Akibatnya, kemampuan pribadi tidak diperhitungkan dalam memilih tinggi rendah kedudukan seseorang di masyarakat. Sistem pelapisan sosial tertutup dalam masyarakat mempunyai ciri-ciri sebagai diberikut.
  1. Kedudukan ditentukan atas dasar keturunan.
  2. Kedudukan yang diperoleh atas dasar keturunan tidak sanggup diubah  dan  berlaku  seumur hidup,  kecuali  karena  suatu pelanggaran sehingga seorang pewaris kedudukan dikeluarkan dari kelompoknya.
  3. Hubungan  antarsesama  ditentukan  atas  dasar  kesamaan kedudukan dengan mengikuti teladan sikap dan tata krama watak yang berlaku.
  4. Harga  diri  yang  dimiliki  individu  ialah  pandangan hidupnya.
Sistem sosial lapisan tertutup ini dalam batas-batas tertentu dijumpai pula pada masyarakat Bali, tetapi tidak ketat ibarat halnya di India. Di Bali pun masyarakat terbagi menjadi empat lapisan yang terdiri atas brahmana, ksatria, veicya (waisya), dan sudra. 

Ketiga lapisan pertama disebut Triwangsa, dan lapisan terakhir yang terdiri atas orang kebanyakan disebut Jaba. Lapisan sosial tersebut sanggup diketahui dari nama-nama depan yang digunakan orang Bali, seperti: 
  1. nama bagi lapisan Brahmana, yaitu Ida Bagus untuk pria dan Ida Ayu untuk wanita; 
  2. laki-laki lapisan Ksatria mempunyai nama Cokorda; 
  3. lapisan Veicya dengan nama Gusti; 
  4. nama depan yang digunakan oleh lapisan Sudra yaitu Putu atau Gede, Made, Nyoman, Wayan. 
Kedudukan atau lapisan sosial berdasarkan kasta ketika ini sudah tidak berlaku lagi lantaran adanya kemajuan di bidang pendidikan. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan status seseorang sehingga kedudukan mereka akan tampak  pada  latar  belakang  pendidikan  dan pekerjaan yang dimiliki  dan  lapisan  sosial  tidak  dapat  diukur  dari  keturunan seseorang.  

Demikian  juga  halnya  dengan  perkawinan  yang dilakukan,  dapat  terjadi  antara  seseorang  yang berasal  dari keturunan Brahmana atau darah biru sanggup berkeluarga dengan orang yang berasal dari keturunan rakyat biasa. Sebaliknya di dalam sistem terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai peluang berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik ke lapisan yang lebih atas. 

Namun, bagi mereka yang kurang beruntung sanggup turun ke lapisan yang lebih bawah daripada lapisan tiruanla. Pada sistem sosial lapisan terbuka ini, akan memdiberi peluang yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan membangun dirinya dan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik, dibandingkan dengan sistem tertutup. Pada sistem lapisan terbuka ini kemungkinan terjadinya mobilitas sosial lebih besar.

Unsur-Unsur Lapisan Masyarakat 

Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi ihwal sistem lapisan masyarakat yakni kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan  dan  peranan  ialah  unsur-unsur  baku dalam sistem lapisan, dan mempunyai arti penting bagi sistem sosial. Untuk mendapat citra yang mendalam, diberikut penjelasannya.

a.  Kedudukan atau Status

Kadang-kadang  dibedakan  antara  pengertian  kedudukan (status) dan kedudukan sosial (social status). Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sedangkan kedudukan sosial tempat seseorang dalam lingkungan pergaulannya, prestisenya, serta hak-hak dan kewajiban-kewa jibannya. 

Kedua istilah tersebut mempunyai arti yang sama dan digambarkan dengan kedudukan (status) saja. Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu tempat tertentu. Masyarakat pada umumnya membuatkan dua macam kedudukan, yaitu sebagai diberikut.
  1. Ascribed status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa  memperhatikan perbedaan-perbedaan  rohaniah  dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh lantaran kelahiran, contohnya kedudukan anak seorang darah biru yakni darah biru pula. Pada umumnya ascribed-status dijumpai pada masyarakat dengan sistem lapisan tertutup, contohnya masyarakat feodal, atau masyarakat tempat sistem lapisan bergantung pada perbedaan rasial.
  2. Achieved status, yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Misalnya, setiap orang sanggup menjadi seorang dokter asalkan memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut bergantung pada yang bersangkutan bisa atau  tidak menjalaninya.  Apabila  yang  bersangkutan  tidak sanggup memenuhi persyaratan tersebut, ia tidak akan mendapat kedudukan yang diinginkannya.
  3. Assigned status, ialah kedudukan yang didiberikan kepada seseorang. Kedudukan ini mempunyai kekerabatan yang erat dengan achieved status. Artinya, suatu kelompok atau golongan mempersembahkan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang  berjasa,  yang sudah  memperjuangkan  sesuatu  untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.

b.  Peranan (Role) 

Peranan (role) yakni aspek dinamis dari kedudukan (status). Jika seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, ia sudah menjalankan suatu  peranan. Pembedaan antara kedudukan dan peranan yakni untuk kepentingan ilmu pengetahuan. 

Tidak ada peranan tanpa kedudukan dan tidak ada kedudukan  tanpa  peranan.  Pentingnya  peranan yakni  karena ia mengatur  perilaku  seseorang.  Orang  yang  bersangkutan akan  dapat menyesuaikan  perilaku sendiri  dengan  perilaku orang-orang  sekelompoknya.  

Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat ialah kekerabatan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Peranan juga diatur oleh norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Peranan yang melekatpada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan  kemasyarakatan. 

Posisi  seseorang  dalam masyarakat ialah unsur statis yang menyampaikan tempat individu pada organisasi  masyarakat. Peranan  lebih  banyak  menunjuk  pada fungsi, adaptasi diri, dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup beberapa aspek tiga hal, yaitu sebagai diberikut.
  1. Peranan  meliputi  norma-norma  yang  dihubungkan  dengan posisi  atau  tempat  seseorang dalam  masyarakat.  Peranan dalam arti ini ialah rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
  2. Peranan yakni suatu konsep ihwal apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
  3. Peranan juga sanggup dikatakan sebagai sikap individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Sumber http://www.kuttabku.com

Post a Comment for "Pengertian, Proses Terbentuknya, Kriteria, Sifat-Sifat Serta Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial Dalam Lapisan Masyarakat Berdasarkan Para Ahli"