Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah Penyelenggaraan Ktt Gerakan Non-Blok (Gnb) Dan Tugas Indonesia Dalam Upaya Membuat Perdamaian Dunia

Artikel ini akan mengulas terkena tugas indonesia dalam membuat perdamaian dunia, tugas indonesia dalam perdamaian dunia, Gerakan Non-Blok, Non Align Movement, NAM, sejarah Gerakan Non-Blok, GNB.

Gerakan Non-Blok/Non Align Movement (NAM)

Gerakan Non-Blok (GNB) atau Non Align Movement (NAM) ialah suatu gerakan yang dipelopori oleh negara-negara dunia ketiga yang beranggotakan lebih dari 100 negara-negara yang berusaha menjalankan kebijakan luar negeri yang tidak memihak dan tidak menganggap dirinya beraliansi dengan Blok Barat atau Blok Timur. 

 Artikel ini akan mengulas terkena tugas indonesia dalam membuat perdamaian dunia Sejarah Penyelenggaraan KTT Gerakan Non-Blok (GNB) dan Peran Indonesia Dalam Upaya Menciptakan Perdamaian Dunia

Gerakan Non Blok merepresentasikan 55 persen penduduk dunia dan hampir 2/3 keanggotaan PBB. Mayoritas negara-negara anggota GNB ialah negara-negara yang gres memperoleh kemerdekaan setelah berakhirnya Perang Dunia II, dan secara geografis berada di benua Asia, Afrika dan Amerika Latin.

Sesudah berakhirnya Perang Dunia II, tepatnya di kurun 1950-an negara–negara di dunia terpolarisasi dalam dua blok, yaitu Blok Barat di bawah pimpinan Amerika Serikat dan Blok Timur di bawah pimpinan Uni Soviet. 

Pada dikala itu terjadi pertarungan yang sangat besar lengan berkuasa antara Blok Barat dan Timur, kurun ini dikenal sebagai kurun perang masbodoh (Cold War) yang berlangsung semenjak berakhirnya PD II sampai runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1989. 

Pertarungan antara Blok Barat dan Timur ialah upaya untuk memperluas sphere of interest dan sphere of influence. melaluiataubersamaini samasukan utama perebutan penguasaan atas wilayah-wilayah potensial di seluruh dunia.

Dalam pertarungan perebutan efek ini, negara-negara dunia ketiga (di Asia, Afrika, Amerika Latin) yang secara umum dikuasai sebagai negara yang gres merdeka dilihat sebagai wilayah yang sangat menarikdanunik bagi kedua blok untuk berbagi pengaruhnya. 

Akibat persaingan kedua blok tersebut, muncul beberapa konflik terutama di Asia, menyerupai Perang Korea, dan Perang Vietnam. 

Dalam kondisi menyerupai ini, muncul kesadaran yang besar lengan berkuasa dari para pemimpin dunia ketiga dikala itu untuk tidak terseret dalam persaingan antara kedua blok tersebut.

Indonesia dapat dikatakan mempunyai tugas yang sangat penting dalam proses kelahiran organisasi ini. Lahirnya organisasi Gerakan Non Blok dilatar belakangi oleh kekhawatiran para pemimpin negara-negara dunia ketiga terutama dari Asia dan Afrika terhadap munculnya ketegangan dunia dikala itu alasannya adanya persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur. 

melaluiataubersamaini dipelopori oleh lima pemimpin negara Indonesia, India, Pakistan, Burma dan Srilangka. Terselenggaralah sebuah pertemuan pertama di Kolombo (Srilangka) pada 28 April-2 Mei 1952, dilanjutkan dengan pertemuan di Istana Bogor pada 29 Desember 1954. 

Dua konferensi diatas ialah cikal bakal dari terselenggaranya Konferensi Asia-Afrika /KAA di Bandung pada 18 April-25 April 1955 yang dihadiri oleh wakil dari 29 negara Asia dan Afrika. KAA di Bandung ialah proses awal lahirnya GNB. 

Tujuan KAA ialah mengidentifikasi dan mendalami masalah-masalah dunia waktu itu dan berusaha memformulasikan kebijakan bersama negara-negara yang gres merdeka tersebut pada tataran relasi internasional. 

Sejak dikala itu proses pendirian GNB semakin mendekati kenyataan, dan proses ini tokoh-tokoh yang memegang tugas kunci semenjak awal ialah Presiden Mesir Ghamal Abdul Naser, Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Presiden Indonesia Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Josep Broz Tito. Kelima tokoh ini kemudian dikenal sebagai para pendiri GNB. 

Adanya ketegangan dunia yang semakin meningkat jawaban persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur, yang dimulai dari pecahnya perang Vietnam, perang Korea, dan puncaknya krisis teluk Babi di Kuba, yang hampir saja memicu Perang Dunia III, mendorong para pemimpin negara-negara Dunia Ketiga untuk membentuk sebuah organisasi yang dibutuhkan dapat berperan mengurangi ketegangan politik dunia internasional dikala itu. 

Pembentukan organisasi Gerakan Non Blok dicanangkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I di Beograd, Yugoslavia 1-6 September 1961 yang dihadiri oleh 25 negara dari Asia dan Afrika. 

Dalam KTT I tersebut, negara-negara pendiri GNB berketetapan untuk mendirikan suatu gerakan dan bukan suatu organisasi untuk menghindarkan diri dari implikasi birokratik dalam membangun upaya kerjasama diantara mereka. 

Pada KTT I ini juga ditegaskan bahwa GNB tidak diarahkan pada suatu tugas pasif dalam politik internasional, tetapi untuk memformulasikan posisi sendiri secara independen yang merefleksikan kepentingan negara-negara anggotanya.

GNB menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia alasannya Indonesia semenjak awal mempunyai tugas sentral dalam pendirian GNB. 

KAA tahun 1955 yang diselenggararakan di Bandung dan menghasilkan Dasa Sila Bandung yang menjadi prinsip-prinsip utama GNB, ialah bukti tugas dan bantuan penting Indonesia dalam mengawali pendirian GNB. 

Tujuan GNB mencakup beberapa aspek dua hal, yaitu tujuan ke dalam dan ke luar. Tujuan kedalam yaitu mengusahakan kemajuan dan pengembangan ekonomi, sosial, dan politik yang jauh tertinggal dari negara maju. 

Tujuan ke luar, yaitu berusaha meredakan ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur menuju perdamaian dan keamanan dunia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, negera-negara Non Blok menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT). 

Pokok pembicaraan utama ialah mengulas persoalan-persoalan yang bekerjasama dengan tujuan Non Blok dan ikut mencari solusi terbaik terhadap peristiwaperistiwa internasional yang membahayakan perdamaian dan keamanan dunia. 

Dalam perjalanan sejarahnya semenjak KTT I di Beograd tahun 1961, Gerakan Non Blok sudah 16 kali menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi, yang terakhir KTT XVI yang berlangsung di Teheran pada Agustus 2012. 

Indonesia sebagai salah satu pendiri GNB pernah menjadi tuan rumah penyelenggaraan KTT GNB yang ke X pada tahun 1992. KTT X ini diselenggarakan di Jakarta, Indonesia pada September 1992 – 7 September 1992, dipimpin oleh Soeharto. 

KTT ini menghasilkan “Pesan Jakarta” yang mengungkapkan perilaku GNB ihwal aneka macam masalah, menyerupai hak azasi manusia, demokrasi dan kerjasama utara selatan dalam kurun pasca perang dingin. 

KTT ini dihadiri oleh lebih dari 140 delegasi, 64 Kepala Negara. KTT ini juga dihadiri oleh Sekjen PBB Boutros Boutros Ghali. 

Sumber http://www.kuttabku.com

Post a Comment for "Sejarah Penyelenggaraan Ktt Gerakan Non-Blok (Gnb) Dan Tugas Indonesia Dalam Upaya Membuat Perdamaian Dunia"