Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah Terjadinya Negosiasi Renville, Aksi Militer Belanda Ii, Dan Serangan Umum 1 Maret 1949

Agresi Militer Belanda I menerima reaksi keras dari dunia internasional, khususnya dalam lembaga PBB.


Perundingan Renville


Dalam rangka usaha penyelesaian damai, maka Dewan Keamanan PBB membentuk Komisi Tiga Negara (KTN). Negara-negara anggota KTN yaitu:
  1. Australia (pilihan Indonesia) diwakili oleh Richard Kirby
  2. Belgia (pilihan Belanda) diwakili oleh Paul van Zeeland
  3. Amerika Serikat (pilihan Indonesia dan Belanda) diwakili oleh Frank Graham.
Untuk melaksanakan kiprah yang dibebankan oleh Dewan keamanan PBB, dalam pertemuannya di Sidney pada tanggal 20 Oktober 1947 KTN memutuskan bahwa kiprah mereka di Indonesia ialah untuk memmenolong menuntaskan sengketa antara Republik Indonesia dan Belanda dengan cara damai.

Kemudian KTN berusaha mendekatkan kedua belah pihak guna menuntaskan persoalan-persoalan militer dan politik yang sanggup mempersembahkan dasar bagi negosiasi selanjutnya. 

Diambil pula perilaku bahwa dalam perkara militer KTN akan mengambil inisiatif, sedangkan untuk pemecahan masalah-masalah politik KTN spesialuntuk mempersembahkan usul.

Masalah pertama yang timbul ialah terkena tempat perundingan. Belanda mengusulkan Jakarta, tetapi ditolak oleh Republik Indonesia yang menginginkan suatu tempat yang berada di luar kawasan pendudukan.

Atas undangan KTN, negosiasi dilakukan di atas sebuah kapal pengangkut pasukan Angkatan Laut Amerika Serikat “USS Renville” yang berlabuh di teluk Jakarta.

Delegasi yang hadir dalam perjanjian Renville.
  • Delegasi Republik Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin.
  • Delegasi Belanda dipimpin oleh Abdulkadir Wijoyoatmojo, orang Indonesia yang memihak Belanda.
Perundingan Renville menghasilkan kesepakatan sebagai diberikut.
  1. Penghentian tembak-menembak.
  2. Daerah-daerah di belakang garis Van Mook harus dikosongkan dari pasukan RI.
  3. Belanda bebas membentuk negara-negara federal di daerah-daerah yang didudukinya dengan melalui plebisit terlebih lampau.
  4. Dalam Uni Indonesia- Belanda, negara Indonesia Serikat akan sederajat dengan Kerajaan Belanda.

Agresi Militer Belanda II (19 Desember 1948)


sepertiyang negosiasi sebelumnya, dalam Perundingan Renville Belanda juga mengingkarinya dengan jalan melancarkan Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948. 

Tindakan tidak terpuji yang dilakukan Belanda ialah menyerbu Lapangan Terbang Maguwo di Yogyakarta. Akibatnya seluruh kota Yogyakarta dikuasai oleh Belanda. 

Dalam situasi darurat, Presiden Sukarno memerintahkan kepada Syafrudin Prawirguagara yang berada di Bukittinggi, Sumatra Barat untuk membentuk pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). 

Tujuan dibentuknya PDRI ialah biar kelangsungan hidup pemerintah Republik Indonesia tetap terpelihara, tertib, dan lancar.

Serangan Umum 1 Maret 1949


Sesudah terjadi Agresi Militer II pada bulan Desember 1948, Tentara Nasional Indonesia/ Tentara Nasional Indonesia mulai melaksanakan konsolidasi untuk menyerang Belanda. Puncak serangan Tentara Nasional Indonesia itu terjadi pada 1 Maret 1949.

Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta dipimpin oleh Letkol. Soeharto. Ternyata serangan tersebut berhasil menguasai kota Yogyakarta selama 6 jam. 

melaluiataubersamaini demikian Serangan Umum membawa dampak atau akibat.

a. Pengaruh ke dalam negeri
  • Mendukung usaha diplomasi.
  • Meningkatkan semangat Tentara Nasional Indonesia yang berjuang di kawasan lain.

b. Pengaruh ke luar negeri
  • Mematahkan semangat pasukan Belanda.
  • Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia masih bisa melaksanakan ofensif (serangan).

Sumber http://www.kuttabku.com

Post a Comment for "Sejarah Terjadinya Negosiasi Renville, Aksi Militer Belanda Ii, Dan Serangan Umum 1 Maret 1949"