Sistem Dogma Pada Corak Kehidupan Masyarakat Zaman Praaksara Atau Zaman Insan Purba
Berikut ini akan kita bahas wacana peradaban awal di kepulauan indonesia, menelusuri peradaban awal di kepulauan indonesia, sistem kepercayaan pada zaman pra aksara, corak kehidupan insan praaksara, sistem kepercayaan, corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara, corak kehidupan zaman pra aksara, sistem kepercayaan insan purba, kepercayaan insan purba, sistem kepercayaan masyarakat praaksara, sistem kepercayaan insan pra aksara, dan juga sistem kepercayaan pada masa praaksara.
Sistem Kepercayaan
Sebagai insan yang beragama tentu engkau sering mendengarkan ceramah dari guru maupun tokoh agama.
Dalam ceramah-ceramah tersebut sering dikatakan bahwa hidup spesialuntuk sebentar sehingga dihentikan berbuat menentang anutan agama, contohnya dihentikan menyakiti orang lain, dihentikan rakus, bahkan melaksanakan tindak korupsi yang merugikan negara dan orang lain.
Karena itu dalam hidup ini insan harus bekerja keras dan berbuat sebaik mungkin, saling tolong menolong. Kita tiruana mestinya takut kepada Tuhan Yang Maha Esa bila berbuat dosa alasannya melanggar perintah agama, atau menyakiti orang lain.
Nenek moyang kita mengenal kepercayaan kehidupan setelah mati. Mereka percaya pada kekuatan lain yang maha berpengaruh di luar dirinya. Mereka selalu menjaga diri supaya setelah mati tetap dihormati.
Berikut ini kita akan menelaah bagaimana sistem kepercayaan insan zaman pra-aksara, yang menjadi nenek moyang kita.
Perwujudan kepercayaannya dituangkan dalam banyak sekali bentuk diantaranya karya seni. Satu di antaranya berfungsi sebagai bekal untuk orang yang meninggal.
Tentu engkau masih ingat wacana pemanis yang dipakai sebagai bekal kubur. Seiring dengan bekal kubur ini, pada zaman purba insan mengenal penguburan mayat.
Menhir yang ada di Limapuluh Koto |
Pada ketika inilah insan mengenal sistem kepercayaan. Sebelum meninggal insan menyiapkan dirinya dengan membuat banyak sekali bekal kubur, dan juga tempat penguburan yang menghasilkan karya seni cukup elok pada masa sekarang.
Untuk itulah kita mengenal dolmen, sarkofagus, menhir dan lain sebagainya. Masyarakat zaman pra-aksara terutama periode zaman Neolitikum sudah mengenal sistem kepercayaan.
Mereka sudah memahami adanya kehidupan setelah mati. Mereka meyakini bahwa roh seseorang yang sudah meninggal akan ada kehidupan di alam lain.
Oleh alasannya itu, roh orang yang sudah meninggal akan senantiasa dihormati oleh sanak kerabatnya. Terkait dengan itu maka kegiatan ritual yang paling menonjol yaitu upacara penguburan orang meninggal.
Dalam tradisi penguburan ini, mayit orang yang sudah meninggal dibekali banyak sekali benda dan peralatan kebutuhan sehari-hari, contohnya barang-barang perhiasan, periuk dan lain-lain yang dikubur bersama mayatnya.
Hal ini dimaksudkan supaya perjalanan arwah orang yang meninggal selamat dan terjamin dengan baik. Dalam upacara penguburan ini semakin kaya orang yang meninggal maka upacaranya juga semakin mewah.
Barang-barang berharga yang ikut dikubur juga semakin banyak. Selain upacara-upacara penguburan, juga ada upacara-upacara pesta untuk mendirikan bangunan suci.
Mereka percaya insan yang meninggal akan mendapat kebahagiaan kalau mayatnya ditempatkan pada susunan batu-batu besar, contohnya pada peti kerikil atau sarkofagus.
Batu-batu besar ini menjadi lambang dukungan bagi insan yang berbudi luhur juga memdiberi peringatan bahwa kebaikan kehidupan di alam abadi spesialuntuk akan sanggup dicapai sesuai dengan perbuatan baik selama hidup di dunia.
Hal ini sangat tergantung pada kegiatan upacara simpulan hidup yang pernah dilakukan untuk menghormati leluhurnya. Oleh alasannya itu, upacara simpulan hidup ialah manifestasi dari rasa bakti dan hormat seseorang terhadap leluhurnya yang sudah meninggal.
Sistem kepercayaan masyarakat pra-aksara yang demikian itu sudah melahirkan tradisi megalitik (zaman megalitikum = zaman kerikil besar).
Mereka mendirikan bangunan batu-batu besar menyerupai menhir, dolmen, punden berundak, dan sarkofagus. Pada zaman pra-aksara, seorang sanggup dilihat kedudukan sosialnya dari cara penguburannya.
Sarkofagus atau kubur batu |
Bentuk dan materi wadah kubur sanggup dipakai sebagai petunjuk status sosial seseorang. Penguburan dengan sarkofagus misalnya, memerlukan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan dengan penguburan tanpa wadah.
melaluiataubersamaini kata lain, pengelolaan tenaga kerja juga sering dipakai sebagai indikator stratifikasi sosial seseorang dalam masyarakat. Sistem kepercayaan dan tradisi kerikil besar menyerupai dijelaskan di atas, sudah mendorong berkembangnya kepercayaan animisme.
Kepercayaan animisme ialah sebuah sistem kepercayaan yang memuja roh nenek moyang. Di samping animisme, muncul juga kepercayaan dinamisme.
Menurut kepercayaan dinamisme ada benda-benda tertentu yang diyakini mempunyai kekuatan gaib, sehingga benda itu sangat dihormati dan dikeramatkan.
Seiring dengan perkembangan pelayaran, masyarakat zaman pra-aksara simpulan juga mulai mengenal sedekah laut. Sudah barang tentu kegiatan upacara ini lebih banyak dikembangkan di kalangan para nelayan.
Bentuknya mungkin semacam selamatan apabila ingin berlayar jauh, atau mungkin ketika memulai pembuatan perahu. Sistem kepercayaan nenek moyang kita ini hingga kini masih sanggup kita temui dibeberapa daerah.
Post a Comment for "Sistem Dogma Pada Corak Kehidupan Masyarakat Zaman Praaksara Atau Zaman Insan Purba"