Aliran Filsafat Positivisme, Pragmatisme Dan Fenomenologi
Aliran Filsafat Fenomenologi
Istilah fenomenologi berasal dari bahasa Yunani. Phenomenon yang artinya semua yang nampak dan terlihat lantaran ada. Secara bahasa Indonesia, bisa diterjemahkan sebagai gejolak.
Pemikiran fenomenologi ini lebih pada pemikiran yang bertemakan fenomena atau semua yang tampak. Tokoh penganut fatwa Fenomenologi ini yaitu Edmund Husserl.
Edmund Husserl juga dikenal sebagai pencetus paham ini. Pendapat Husserl, bila insan ingin mencapai kebenaran maka insan itu harus kembali pada subtansi (Zu Den Sactien - to the things).
Aliran Filsafat Positivisme
Lahirnya filsafat positivisme ini di kurun ke 19 dilatar belakangi pada pemikiran untuk mendapat hal yang faktual dan positif dari pengetahuan yang telah di dapat. Terang jelas, ini fatwa tidak setuju dengan hal yang bersifat metafisika.
Maksud kata positiv di sini ialah barang yang tampak apa adanya, pengalaman objektif menurut pada fakta yang ada. Kemudian ini diolah dan diatur sedemikian rupa sehingga melahirkan perkiraan (proyeksi) untuk ke depannya.
Tokoh aktivis fatwa Positivisme dalam filsafat ini yaitu August Comte. Berasal dari Perancis. Comte menyatakan bersama-sama tugas indera sangat penting dalam mensintesis pengetahuan. Oleh alasannya ialah itu indera harus ditajamkan dan dilatih dengan eksperimen.
Semua kesalahan dan penyimpangan dari indera akan diperbaharui dan dibenarkan dengan eksperimen. Bisa dikatakan fatwa ini sebagai penyempurnaan dan pengabungan fatwa aliran empirisme dan rasionalisme.
Aliran Filsafat Pragmatisme
Kata pragma berasal dari Yunani dengan arti perbuatan atau tindakan. Secara filsafat, penganut fatwa ini menyatakan bahwa kebenaran mempunyai kriteria sebagai manfaat dalam kehidupan nyata.
Sebagai contoh,sebuah pengalaman mistik. Ini bisa diterima bila menunjukkan manfaat pada kehidupan. Ringkasnya, apapun itu bisa diterima bila bermanfaat bagi kehidupan.
Beberapa tokoh penganut fatwa pragmatisme,
William James
Berasal dari Amerika Serikat, dalam pemikirannya tidak ada kebenaran yang mutlak, tetap dan berlaku global dan bangun sendiri. Kehidupan tidak bisa dijelaskan sebagai sebuah asas saja. Banyak hal yang bertolakbelakang di dunia ini.
Sebagai contoh, agama. Bukan sebagai satu asas saja. Banyak agama yang ada di dunia. Meskipun agama satu dan lain bertentangan, namun nilai luhur beragama setiap agama tersebut sama, yakni memberi kepuasan pada pemeluknya. Oleh alasannya ialah itu, agama bisa diterima lantaran menunjukkan manfaat yang sama bagi pemeluknya.
John Dewey
Penekanan pemikiran Dewey pada minimalisir prinsip pemikiran metafisis yang tidak mudah dan tidak bermanfaat. Manusia harus bisa mengolah pengalaman tersebut, sebagai bentuk praktek pengaplikasian inspirasi dan pemikiran sehingga bisa menunjukkan manfaat bagi kehidupan. Baca juga: Aliran Filsafat Kritisisme
Sumber http://www.marthamatika.com/
Post a Comment for "Aliran Filsafat Positivisme, Pragmatisme Dan Fenomenologi"