Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perkembangan Bahasa Dan Dialek (Antropolinguistik) Serta Upaya Dan Cara Melestarikan Tradisi Mulut Di Dalam Masyarakat

Berikut ini akan dijelaskan wacana perkembangan bahasa, perkembangan dialek, dialek, tahap perkembangan bahasa, bahasa dan dialek, ragam bahasa, ragam bahasa indonesia, variasi bahasa, variasi bahasa dalam sosiolinguistik, tradisi lisan, upaya melestarikan tradisi lisan, antropolinguistik, cara melestarikan tradisi lisan.

Perkembangan Bahasa dan Dialek

Pada umumnya, orang beranggapan bahwa suatu bahasa berkaitan dengan keadaan alam, suku bangsa, dan situasi politik di suatu daerah. 

Selain itu, penentuan batas-batas pemakaian suatu bahasa dan dialek juga didasarkan kepada faktor sejarah, agama, kebudayaan, ekonomi, komunikasi, dan kesediaan masyarakat pemakai suatu bahasa untuk mendapatkan pengaruh-pengaruh dari luar. 

Oleh lantaran itu, sanggup disimpulkan bahwa perkembangan suatu bahasa atau dialek dipengaruhi oleh aspek kebahasaan dan nonkebahasaan menyerupai keadaan yang memengaruhi ruang gerak penduduk setempat untuk berkomunikasi dengan dunia luar. 

Pembentukan suatu ragam bahasa atau dialek disebabkan adanya kekerabatan dan keunggulan bahasa-bahasa atau dialek-dialek ketika terjadi perpindahan penduduk, perang, dan penjajahan. 

Pembentukan ragam bahasa juga dipengaruhi oleh kosakata, struktur, dan cara-cara pengucapan atau lafal dialek atau bahasa lainnya.

Perkembangan suatu bahasa atau dialek sanggup berkembang membaik apabila digunakan secara luas oleh masyarakat dan menjadi bahasa baku atau memburuk apabila suatu bahasa lenyap dan tidak digunakan lagi oleh masyarakat. 

misal perkembangan membaik yaitu diangkat dan diakuinya bahasa dan dialek Sunda Kota Bandung sebagai bahasa Sunda baku dan bahasa sekolah di Jawa Barat serta bahasa Jawa Kota Surakarta sebagai bahasa baku bahasa Jawa dan bahasa sekolah di Jawa Tengah. 

Sebaliknya, pola perkembangan memburuk yaitu lenyapnya bahasa dan dialek Sunda di kampung Legok, Indramayu lantaran pada ketika ini penduduk kampung tersebut spesialuntuk sanggup menggunakan bahasa Jawa Cirebonan.

Perkembangan memburuk bahasa atau dialek-dialek kawasan terjadi pada bahasa kawasan yang jumlah pemakainya sedikit dan diancam ancaman kepunahan. Terdapat beberapa faktor yang sanggup menyebabkan terjadinya perkembangan memburuk suatu bahasa atau dialek, antara lain sebagai diberikut.

1. Adanya dampak pemakaian bahasa nasional dalam pola penerapan bahasa kawasan dan dampak bahasa nasional dan bahasa baku suatu bahasa kawasan ke dalam dialek melalui banyak sekali saluran, baik resmi atau tidak resmi, menyerupai sekolah, forum pendidikan, dan jalan masuk seni budaya.

2. Faktor sosial berupa membaiknya taraf kehidupan sosial masyarakat. melaluiataubersamaini bertambah baiknya taraf kehidupan sosial maka kemungkinan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik akan membuka peluang mobilitas status sosial ekonomi seseorang. 

Misalnya, seorang penduduk desa yang merantau ke kota untuk bekerja atau menuntut ilmu. Di kota, seorang penduduk desa harus hidup dalam lingkungan yang tidak sama dengan lingkungan di kampung asalnya. 

Apabila mereka kembali ke kampung halamannya, mereka akan tetap mempertahankan cara-cara hidup yang pernah mereka terapkan selama di rantau. 

Misalnya, dalam penerapan bahasa kawasan mereka akan lebih banyak menggunakan bahasa nasional atau bahasa absurd dalam percakapan sehari-hari dibanding penduduk desa yang tidak pernah merantau. 

Selain itu, dalam penerapan dialek, seseorang yang pernah merantau akan tetap mempergunakan bahasa baku lantaran mereka sadar bahwa dialek bahasa wilayahnya tidak selengkap bahasa baku.

Bahasa-bahasa kawasan yang jumlah pemakainya sedikit dan berada di daerah-daerah terpencil ialah bahasa-bahasa kawasan yang besar sekali kemungkinannya akan lenyap. 

Namun, dialek yang paling besar kemungkinannya untuk hilang yaitu dialek yang ada di kota-kota lantaran tergeser oleh bahasa baku dan bahasa kebangsaan di kota-kota yang lebih sering digunakan oleh penduduk.

Di Indonesia dampak yang berasal dari bahasa Indonesia sebagai bahasa kebangsaan ke dalam bahasa kawasan di Indonesia jauh lebih besar dibandingkan dengan dampak bahasa kawasan pada bahasa Indonesia.

Hal tersebut disebabkan oleh kelebihan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa kebangsaan dan bahasa negara yang tidak dimiliki oleh banyak sekali bahasa kawasan di Indonesia.

Adanya kelebihan-kelebihan tersebut menyebabkan hampir setiap orang berusaha untuk menguasai bahasa Indonesia dengan lancar sehingga tidak jarang mengorbankan pemakaian bahasa wilayahnya sendiri. 

Di samping itu, selain rumpun bahasa-bahasa di Provinsi Papua, bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa kawasan yang ada di Indonesia intinya termasuk ke dalam satu rumpun bahasa yang sama, yaitu rumpun bahasa Austronesia sehingga proses pemengaruhan antarbahasa tersebut akan semakin cepat terjadi. 

Selanjutnya, kesamaan sistem dan struktur bahasa-bahasa serumpun tersebut menyebabkan proses pemengaruhan tersebut seringkali tidak terasa sebagai sesuatu yang dipaksakan. 

Pada ketika ini sudah muncul kecenderungan bahasa-bahasa dan dialek lokal turut memengaruhi pembentukan ragam kata bahasa Indonesia menyerupai peresapan istilah bahasa atau dialek Jawa dan Sunda dalam ragam kata bahasa Indonesia. 

Misalnya, di Makassar kata lembek sering dilafalkan dengan dua /e/ pepet (sama menyerupai orang melafalkan kata pesta) dan konsonan /k/ yang samar (mirip dengan pelafalan umum kata bapak). 

Sebaliknya, pemakaian istilah ketabrak, ketemu, kepergok, atau kecantol yaitu ragam morfologi yang kental dengan dampak bahasa Jawa. 

Selain itu, menurut analisis sintaksis, dampak bahasa Sunda terlihat pada pemakaian frase oleh aku, apabila digunakan dalam kalimat, " ..... belum simpulan dikerjakan oleh aku” (teu acan didamel ku abdi). 

Keberadaan ragam-ragam bahasa atau dialek mengatakan adanya interaksi yang saling memengaruhi antara bahasa nasional dan bahasa lokal setiap kelompok etnik di Indonesia. 

Pada awalnya, dampak ragam bahasa lokal spesialuntuk terjadi pada ketika seseorang berkomunikasi secara verbal lantaran ia cenderung merasa sungkan kalau tidak menggunakan bahasa baku dalam komunikasi tulisan. 

Namun, seiring dengan semakin populernya piranti telekomunikasi berupa pesan elektronik singkat atau SMS (Short Message Service) pada telepon seluler dan internet, pemakaian ragam bahasa dalam novel sastra cukup umur terkenal yang disebut teenlit dan chicklit, percakapan, papan iklan, logo, dan guaka
lambang perusahaan ragam bahasa lokal semakin dipengaruhi oleh pemakaian bahasa dan dialek lokal. 

Misalnya, di Bandung akan lahir istilah Rumah Sakit Santo Yusup lantaran orang Sunda terbiasa mengucapkan lafal /f/ dengan /p/. misal tersebut mengatakan bahwa peluang untuk mengekspresikan bahasa dan dialek lokal dalam berbahasa menjadi semakin luas.

Kepedulian terhadap Pentingnya Keberadaan Tradisi Lisan dalam Masyarakat

Keberadaan tradisi verbal berkaitan bersahabat dengan keberadaan bahasa serta dialek yang tengah berkembang dalam masyarakat. 

Tradisi verbal ialah tradisi masyarakat sebelum mengenal goresan pena yang dituturkan secara bebuyutan secara verbal berupa bahasa atau dialek lokal, dongeng rakyat, moral istiadat, doktrin rakyat, dan aturan adat. 

Tradisi verbal memegang peranan yang cukup penting dalam perkembangan bahasa dan dialek lantaran hingga ketika ini masih banyak bahasa atau dialek-dialek lokal yang belum mengenal tradisi goresan pena sebagai masukana pewarisan kebudayaan. 

Karena belum mengenal goresan pena maka bahasa dan dialek lokal tersebut spesialuntuk sanggup diwariskan kepada generasi penerus melalui tradisi lisan. 

Selain itu, tradisi verbal memegang peranan yang sangat penting bagi kepentingan-kepentingan penelitian bahasa serta dialek-dialek yang ada di dalam masyarakat lantaran sumber-sumber tradisi verbal tersebut tersimpan di dalam khazanah-khazanah sumber aslinya, yaitu para pemakai bahasa serta dialek-dialek tersebut.

Namun, seiring dengan semakin pesatnya arus perubahan sosial budaya maka penelitian terkena tradisi verbal semakin perlu digalakkan.

Apabila penelitian terkena duduk masalah tradisi verbal tersebut tidak segera dilaksanakan kemungkinan besar suatu ketika nanti sumber-sumber verbal tersebut akan mengalami kepunahan.

Pada ketika ini sudah banyak khazanah sumber-sumber tradisi verbal menyerupai dongeng rakyat serta moral istiadat yang sudah mulai punah. 

Oleh lantaran itu, upaya untuk melestarikan bahasa, dialek, dan tradisi verbal sanggup dilakukan dengan ikut menjaga dan melestarikannya dalam kehidupan sehari-hari, menghormati bahasa, dialek, dan tradisi verbal masyarakat lain serta berbagi potensi bahasa, dialek, dan tradisi verbal yang ada di lingkungan masyarakat.

Sumber http://www.kuttabku.com

Post a Comment for "Perkembangan Bahasa Dan Dialek (Antropolinguistik) Serta Upaya Dan Cara Melestarikan Tradisi Mulut Di Dalam Masyarakat"