Silsilah Raja-Raja Pendiri Kerajaan, Sistem Pemerintahan, Kehidupan Ekonomi Sosial Dan Politik, Prasasti Dan Candi Peninggalan, Letak Dan Luas Wilayah Kekuasaan Kerajaan Laut Sriwijaya
Berikut ini akan dijabarkan bahan tentang sejarah kerajaan sriwijaya, prasasti kerajaan sriwijaya, letak kerajaan sriwijaya, peninggalan kerajaan sriwijaya, pendiri kerajaan sriwijaya, prasasti kedukan bukit, raja balaputradewa, raja sriwijaya, situs sriwijaya, mengapa selat malaka mempunyai peranan penting pada masa kerajaan sriwijaya, kerajaan maritim, sentra kerajaan sriwijaya, candi peninggalan kerajaan sriwijaya, prasasti peninggalan kerajaan sriwijaya, prasasti kedukan bukit, prasasti talang tuo, prasasti telaga batu, prasasti kota kapur, prasasti ligor, prasasti karang berahi, kerajaan sriwijaya terletak di, prasasti sriwijaya, silsilah kerajaan sriwijaya, raja kerajaan sriwijaya, runtuhnya kerajaan sriwijaya, isi prasasti kedukan bukit, raja-raja kerajaan sriwijaya, raja-raja sriwijaya, kehidupan politik kerajaan sriwijaya, wilayah kerajaan sriwijaya, wilayah kekuasaan kerajaan sriwijaya, sistem pemerintahan kerajaan sriwijaya, kehidupan ekonomi kerajaan sriwijaya, kehidupan sosial kerajaan sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya
Peta lokasi Kerajaan Sriwijaya |
Sejak permulaan tarikh Masehi, korelasi dagang antara, India dengan Kepulauan Indonesia sudah ramai. Daerah pantai timur Sumatra menjadi jalur perdagangan yang ramai dikunjungi para pedagang.
Kemudian, muncul pusat-pusat perdagangan yang menjelma sentra kerajaan. Kerajaan-kerajaan kecil di pantai Sumatra belahan timur sekitar era ke- 7, antara lain Tulangbawang, Melayu, dan Sriwijaya.
Dari ketiga kerajaan itu, yang kemudian berhasil berkembang dan mencapai kejayaannya yakni Sriwijaya. Kerajaan Melayu juga sempat berkembang, dengan pusatnya di Jambi.
Pada tahun 692 M, Sriwijaya mengadakan perluasan ke daerah sekitar Melayu. Melayu sanggup ditaklukkan dan berada di bawah kekuasaan Sriwijaya.
Letak sentra Kerajaan Sriwijaya ada banyak sekali pendapat. Ada yang beropini bahwa sentra Kerajaan Sriwijaya ada di Palembang, ada yang beropini di Jambi, bahkan ada yang beropini di luar Indonesia.
Peta susukan Sriwijaya |
Akan tetapi, pendapat yang banyak didukung oleh para ahli, sentra Kerajaan Sriwijaya berlokasi di Palembang, di akrab pantai dan di tepi Sungai Musi.
Ketika sentra Kerajaan Sriwijaya di Palembang mulai mengatakan kemunduran, Sriwijaya berpindah ke Jambi. Sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya yang penting yakni prasasti.
Prasasti-Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Prasasti-prasasti itu ditulis dengan abjad pallawa. Bahasa yang digunakan Melayu Kuno. Beberapa prasasti itu antara lain sebagai diberikut.
1. Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di tepi Sungai Tatang, akrab Palembang. Prasasti ini berangka tahun 605 Saka (683 M).
Prasasti Kedukan Bukit |
Isinya antara lain menerangkan bahwa seorang berjulukan Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci (siddhayatra) dengan memakai perahu. Ia berangkat dari Minangatamwan dengan membawa tentara 20.000 personel.
2. Prasasti Talang Tuo
Prasasti Talang Tuo ditemukan di sebelah barat Kota Palembang di daerah Talang Tuo. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (684 M).
Isinya sebut tentang pembangunan sebuah taman yang disebut Sriksetra. Taman ini dibentuk oleh Dapunta Hyang Sri Jayanaga.
3. Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu ditemukan di Palembang. Prasasti ini tidak berangka tahun. Isinya terutama tentang kutukan-kutukan yang menyeramkan bagi mereka yang berbuat kejahatan.
Prasasti Telaga Batu |
4. Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau Bangka, berangka tahun 608 Saka (656 M). Isinya terutama usul kepada para ilahi untuk menjaga kedatuan Sriwijaya, dan menghukum setiap orang yang bermaksud jahat.
Prasasti Kota Kapur |
5. Prasasti Karang Berahi
Prasasti Karang Berahi ditemukan di Jambi, berangka tahun 608 saka (686 M). Isinya sama dengan isi Prasasti Kota Kapur.
Beberapa prasasti yang lain, yakni Prasasti Ligor berangka tahun 775 M ditemukan di Ligor, Semenanjung Melayu, dan Prasasti Nalanda di India Timur.
Di samping prasasti-prasasti tersebut, diberita Cina juga ialah sumber sejarah Sriwijaya yang penting. Misalnya diberita dari I-tsing, yang pernah tinggal di Sriwijaya.
Perkembangan Kerajaan Sriwijaya
Ada beberapa faktor yang mendorong perkembangan Sriwijaya antara lain:
Pertama, Letak geografis dari Kota Palembang. Palembang sebagai sentra pemerintahan terletak di tepi Sungai Musi.
Di depan muara Sungai Musi terdapat pulau-pulau yang berfungsi sebagai pelindung pelabuhan di Muara Sungai Musi. Keadaan menyerupai ini sangat sempurna untuk aktivitas pemerintahan dan pertahanan.
Kondisi itu pula menimbulkan Sriwijaya sebagai jalur perdagangan internasional dari India ke Cina, atau sebaliknya. Juga kondisi sungai-sungai yang besar, perairan bahari yang cukup tenang, serta penduduknya yang berbakat sebagai pelaut ulung.
Kedua, Runtuhnya Kerajaan Funan di Vietnam akhir serangan Kamboja. Hal ini sudah memdiberi peluang Sriwijaya untuk cepat berkembang sebagai negara maritim.
Perkembangan Politik dan Pemerintahan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang pada era ke-7. Pada awal perkembangannya, raja disebut dengan Dapunta Hyang.
Manapo Tinggi Muara Jambi |
Dalam Prasasti Kedukan Bukit dan Talang Tuo sudah ditulis sebutan Dapunta Hyang. Pada era ke-7, Dapunta Hyang banyak melaksanakan perjuangan perluasan daerah. Daerah-daerah yang berhasil dikuasai antara lain sebagai diberikut.
a. Tulang-Bawang yang terletak di daerah Lampung.
b. Daerah Kedah yang terletak di pantai barat Semenanjung Melayu. Daerah ini sangat penting artinya bagi perjuangan pengembangan perdagangan dengan India. Menurut I-tsing, penaklukan Sriwijaya atas Kedah berlangsung antara tahun 682-685 M.
Stupa Mahligai dalam kompleks Stupa Muara Takus ialah peninggalan Kerajaan Sriwijaya |
c. Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan internasional, ialah daerah yang sangat penting. Daerah ini sanggup dikuasai Sriwijaya pada tahun 686 M menurut Prasasti Kota Kapur.
Sriwijaya juga diceritakan berusaha menaklukkan Bhumi Java yang tidak setia kepada Sriwijaya. Bhumi Java yang dimaksud yakni Jawa, khususnya Jawa belahan barat.
d. Daerah Jambi terletak di tepi Sungai Batanghari. Daerah ini mempunyai kedudukan yang penting, terutama untuk memperlancar perdagangan di pantai timur Sumatra. Penaklukan ini dilaksanakan kira-kira tahun 686 M (Prasasti Karang Berahi).
e. Tanah Genting Kra ialah tanah genting belahan utara Semenanjung Melayu. Kedudukan Tanah Genting Kra sangat penting.
Jarak antara pantai barat dan pantai timur di tanah genting sangat dekat, sehingga para pedagang dari Cina berlabuh lampau di pantai timur dan membongkar barang dagangannya untuk diangkut dengan pedati ke pantai barat.
Kemudian mereka berlayar ke India. Penguasaan Sriwijaya atas Tanah Genting Kra sanggup diketahui dari Prasasti Ligor yang berangka tahun 775 M.
Salah satu candi di Komplek Muaro Jambi |
f. Kerajaan Kalingga dan Mataram Kuno. Menurut diberita Cina, diterangkan adanya serangan dari barat, sehingga mendesak Kerajaan Kalingga pindah ke sebelah timur.
Diduga yang melaksanakan serangan yakni Sriwijaya. Sriwijaya ingin menguasai Jawa belahan tengah lantaran pantai utara Jawa belahan tengah juga ialah jalur perdagangan yang penting.
Sriwijaya terus melaksanakan perluasan daerah, sehingga Sriwijaya menjadi kerajaan yang besar. Untuk lebih memperkuat pertahanannya, pada tahun 775 M dibangunlah sebuah awalan di daerah Ligor.
Waktu itu yang menjadi raja yakni Darmasetra. Raja yang populer dari Kerajaan Sriwijaya yakni Balaputradewa. Ia memerintah sekitar era ke-9 M.
Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya berkembang pesat dan mencapai zaman keemasan. Balaputradewa yakni keturunan dari Dinasti Syailendra, yakni putra dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya.
Hal tersebut diterangkan dalam Prasasti Nalanda. Balaputradewa yakni seorang raja yang besar di Sriwijaya. Raja Balaputradewa menjalin korelasi erat dengan Kerajaan Benggala yang ketika itu diperintah oleh Raja Dewapala Dewa.
Raja ini menghadiahkan sebidang tanah kepada Balaputradewa untuk pendirian sebuah asrama bagi para pelajar dan siswa yang sedang berguru di Nalanda, yang didanai oleh Balaputradewa, sebagai “dharma”.
Hal itu tercatat dengan baik dalam Prasasti Nalanda, yang ketika ini berada di Universitas Nawa Nalanda, India. Bahkan bentuk asrama itu mempunyai kesamaan arsitektur dengan Candi Muara Jambi, yang berada di Provinsi Jambi ketika ini.
Hal tersebut membuktikan Sriwijaya memperhatikan ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan agama Buddha dan bahasa Sanskerta bagi generasi mudanya.
Pada tahun 990 M yang menjadi Raja Sriwijaya yakni Sri Sudamaniwarmadewa. Pada masa pemerintahan raja itu terjadi serangan Raja Darmawangsa dari Jawa belahan Timur.
Akan tetapi, serangan itu berhasil digagalkan oleh tentara Sriwijaya. Sri Sudamaniwarmadewa kemudian digantikan oleh putranya yang berjulukan Marawijayottunggawarman.
Pada masa pemerintahan Marawijayottunggawarman, Sriwijaya membina korelasi dengan Raja Rajaraya I dari Colamandala. Pada masa itu, Sriwijaya terus mempertahankan kebemasukannya.
Pada masa kejayaannya, wilayah kekuasaan Sriwijaya cukup Luas. Daerah-daerah kekuasaannya antara lain Sumatra dan pulau-pulau sekitar Jawa belahan barat, sebagian Jawa belahan tengah, sebagian Kalimantan, Semenanjung Melayu, dan hampir seluruh perairan Nusantara.
Bahkan Muhammad Yamin sebut Sriwijaya sebagai negara nasional yang pertama. Untuk mengurus setiap daerah kekuasaan Sriwijaya, dipercayakan kepada seorang Rakryan (wakil raja di daerah). Dalam hal ini Sriwijaya sudah mengenal struktur pemerintahan.
Perkembangan Ekonomi
Pada mulanya penduduk Sriwijaya hidup dengan bertani. Akan tetapi lantaran Sriwijaya terletak di tepi Sungai Musi akrab pantai, maka perdagangan menjadi cepat berkembang. Perdagangan kemudian menjadi mata pencaharian pokok.
Perkembangan perdagangan didukung oleh keadaan dan letak Sriwijaya yang strategis. Sriwijaya terletak di persimpangan jalan perdagangan internasional.
Para pedagang Cina yang akan ke India singgah lampau di Sriwijaya, begitu juga para pedagang dan India yang akan ke Cina. Di Sriwijaya para pedagang melaksanakan bongkar muat barang dagangan.
melaluiataubersamaini demikian, Sriwijaya semakin ramai dan menjelma sentra perdagangan. Sriwijaya mulai menguasai perdagangan nasional maupun internasional di tempat perairan Asia Tenggara.
Perairan di Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Tampilnya Sriwijaya sebagai sentra perdagangan, mempersembahkan kemakmuran bagi rakyat dan negara Sriwijaya.
Kapal-kapal yang singgah dan melaksanakan bongkar muat, harus membayar pajak. Dalam aktivitas perdagangan, Sriwijaya mengekspor gading, kulit, dan beberapa jenis hewan liar, sedangkan barang impornya antara lain beras, rempah-rempah, kayu manis, kemenyan, emas, gading, dan binatang.
Arca Buddha Kota Cina |
Perkembangan tersebut sudah memperkuat kedudukan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim. Kerajaan maritim yakni kerajaan yang mengandalkan perekonomiannya dari aktivitas perdagangan dan hasil-hasil laut.
Untuk memperkuat kedudukannya, Sriwijaya membentuk armada angkatan bahari yang kuat. Melalui armada angkatan bahari yang berpengaruh Sriwijaya bisa mengawasi perairan di Nusantara.
Hal ini sekaligus ialah jaminan keamanan bagi para pedagang yang ingin berdagang dan berlayar di wilayah perairan Sriwijaya. Kehidupan beragama di Sriwijaya sangat semarak.
Bahkan Sriwijaya menjadi sentra agama Buddha Mahayana di seluruh wilayah Asia Tenggara. Diceritakan oleh I-tsing, bahwa di Sriwijaya tinggal ribuan pendeta dan pelajar agama Buddha.
Salah seorang pendeta Buddha yang populer yakni Sakyakirti. Banyak pelajar ajaib yang hadir ke Sriwijaya untuk berguru bahasa Sanskerta.
Kemudian mereka berguru agama Buddha di Nalanda, India. Antara tahun 1011 - 1023 hadir seorang pendeta agama Buddha dari Tibet berjulukan Atisa untuk lebih memperdalam pengetahuan agama Buddha.
Dalam kaitannya dengan perkembangan agama dan kebudayaan Buddha, di Sriwijaya ditemukan beberapa peninggalan. Misalnya, Candi Muara Takus, yang ditemukan akrab Sungai Kampar di daerah Riau. Kemudian di daerah Bukit Siguntang ditemukan arca Buddha.
Pada tahun 1006 Sriwijaya juga sudah membangun wihara sebagai tempat suci agama Buddha di Nagipattana, India Selatan. Hubungan Sriwijaya dengan India Selatan waktu itu sangat erat.
Komplek Muara Jambi |
Bangunan lain yang sangat penting yakni Biaro Bahal yang ada di Padang Lawas, Tapanuli Selatan. Di tempat ini pula terdapat bangunan wihara. Kerajaan Sriwijaya balasannya mengalami kemunduran lantaran beberapa hal antara lain :
a. Keadaan sekitar Sriwijaya berubah, tidak lagi akrab dengan pantai. Hal ini disebabkan ajaran Sungai Musi, Ogan, dan Komering banyak membawa lumpur. Akibatnya. Sriwijaya tidak baik untuk perdagangan.
b. Banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri. Hal ini disebabkan terutama lantaran melemahnya angkatan bahari Sriwijaya, sehingga pengawasan semakin susah.
c. Dari segi politik, beberapa kali Sriwijaya menerima serangan dari kerajaan-kerajaan lain. Tahun 1017 M Sriwijaya menerima serangan dari Raja Rajendracola dari Colamandala, namun Sriwijaya masih sanggup bertahan.
Tahun 1025 serangan itu diulangi, sehingga Raja Sriwijaya, Sri Sanggramawijayattunggawarman ditahan oleh pihak Kerajaan Colamandala.
Tahun 1275, Raja Kertguagara dari Singhasari melaksanakan Ekspedisi Pamalayu. Hal itu menimbulkan daerah Melayu lepas. Tahun 1377 armada angkatan bahari Majapahit menyerang Sriwijaya. Serangan ini mengakhiri riwayat Kerajaan Sriwijaya.
Post a Comment for "Silsilah Raja-Raja Pendiri Kerajaan, Sistem Pemerintahan, Kehidupan Ekonomi Sosial Dan Politik, Prasasti Dan Candi Peninggalan, Letak Dan Luas Wilayah Kekuasaan Kerajaan Laut Sriwijaya"