Kumpulan Puisi Romantis Desi Anwar Perihal Perjalanan

Puisi Romantis Desi Anwar - Nama Desi Anwar tentu sudah tidak absurd lagi bagi kita, apalagi bagi sobat yang sering menonton acara-acara isu maupun program inspiratifnya di layar kaca. Selain pandai dan cerdas, presenter kondang yang satu ini juga sangat piawai dalam menulis, mengolah kata-kata menjadi puisi yang indah dan tulisan-tulisan karyanya pun sudah laku diburu para pembaca di Indonesia maupun luar negeri.

Nah kali ini saya akan memperlihatkan beberapa puisi romantis Desi Anwar yang ia tulis disaat perjalanan-perjalanan yang pernah ia tempuh di mancanegara (traveling). Puisi romantis ini juga sangat indah apalagi bagi anda yang suka berpergian niscaya akan kagum dengan puisi-puisinya. Baiklah pribadi saja anda sanggup baca puisinya di bawah ini.

Puisi Romantis Desi Anwar Tentang Perjalanan

A Romantic Journey: The Beginning

Ketika kecil saya tak banyak bepergian,
Saya gampang terkena mabuk perjalanan,
Sehingga kerap ditinggalkan,
Sementara bocah-bocah lain riang gembira,
Memuat diri dalam VW kodok hitam dari amerika.
Yang melaju menuju piknik ke sebuah kawasan menyenangkan yang hanya saya bayangkan samar-samar.
Saya tak peranah melihat pohon kelapa,
Menyaksikan laut, apalagi naik kapal.

Kepergian pertama saya yaitu ke sebuah pantai,
Perjalanan itu sendiri jauh dari mengesankan,
Lantaran yang saya kerjakan hanyalah muntah,
Pada kantong plastik yang memang sudah dipersiapkan,
Padahal saya sudah menelan pil anti mabuk berlebihan,
Namun siksaan itu bukan tanpa tujuan maupun imbalan.

Dengan baju yang berbau muntah,
Kaki yang lemah karena terlalu banyak duduk,
Yang pertama saya saksikan yaitu laut,
Dengan matahari terbenam yang aben air,
Bagaikan sebuah penampakan,
Rasa asin pada kulit,
Suara ombak sahut-menyahut di telinga,
Rasa hangat pasir di telapak kaki telanjang,

Untuk pertama kalinya pada masa kanak-kanak itu..
Saya merasa sungguh bahagia.
Demikian, itu menjadi tujuan utama saya,
Alam kegaiban itu, yang mengambarkan arti kebahagiaan sejati.

Where do you come from?

Segala di sekitar kita yaitu peringatan senantiasa akan perubahan,
Perjalanan dan akan waktu yang berlalu.
Tak ada yang diam,
Tak ada ajal selain perubahan energi,
Tak ada kehancuran selain sebuah proses pembaruan,

Pasir yaitu sebelumnya kerikil,
Yang sebelumnya yaitu karang,
Tangkaplah hakikat perubahan,
Maka kita temukan keadaan membisu yang sejati.

(Pebbles, New Zealand, 2005).



Kerap tujuan senantiasa merupakan batas maya
Yang disebut cakrawala,
Terlihat namun tak terjangkau bayang-bayang
yang senantiasa lepas dari genggaman.
Menantang kita dengan misteri-misteri yang takkan pernah terpecahkan.

Mestikah kita berkecil hati karena jarak itu?
Atau, bersusah hati alasannya yaitu perjalanan kita menjadi sia-sia?
Jangan gentar, alasannya yaitu para bijak tahu bahwa setiap langkah
Telah membawa kita pada sebuah tujuan.

(Peeping Monk, Rome 2005)

Hukum utama seorang pengelana yang cerdik
yaitu selalu beringkas-kemas.
Biarkan dirimu bebas dari bebuntalan
Dan jangan termakan untuk membebani diri
Dengan benda-benda yang semakin bertumpuk.
Lebih lagi, jangan terlalu terikat pada tempat
Yang kau singgahi, sehingga kau sulit melangkah pergi.
Ambil lah gambar atau beli lah kartu pos,
Demikian kau sanggup mengenang pengalaman tanpa menempel padanya.

(Graffiti, Prague 2005).

Bagian terberat perjalanan yaitu perpisahan,
Kebersediaan meninggalkan masa kemudian dengan tiada kepastian di masa depan.
Belajarlah dari beliau yang bergantung pada tali keputusasaan dan mengertilah..
Bahwa jawabnya bukanlah dengan terus bertahan,
Melainkan dengan melepaskan genggaman.

(Hanging Statue, Prague 2005).

Engkau boleh saja membual perihal kaki telanjangmu
Yang telah menempuh jutaan mil.
Gaya kupu-kupu mu yang mengarungi bahari penuh hiu,
Atau kebolehanmu memanjat tebing-tebing terjal
Dengan sepotong tali terikat di pinggangmu.

Namun bila kau tak pernah menjelajah ke dalam batinmu sendiri,
Engkau bagaikan tak pernah pergi ke mana pun.

(Fleecy Slippers, Budapest, Hungary 2005).

Mestikah perjalanan mempunyai maksud?
Tidak dengan sendirinya, mereka yang mempunyai tujuan biasanya
Menjadi terburu-buru dalam perjalanan menuju arah yang tak lain
Dari pada delusi mereka sendiri,

Rahasia perjalanan yang berhasil yaitu memberi diri waktu
Untuk menikmati pemandangan, menghirup udara yang asing
Dan menembus jalan yang belum ditapaki orang.

Ketika kita memberi perhatian pada laku perjalanan
Maka kita akan menyadari bahwa maksud dari sebuah perjalanan
Bukanlah tujuan melainkan penjelajahan itu sendiri.

(Gypsy, Vatican 2005).

Berkelanalah jauh-jauh, lihat dunia,
Pelajari hal-hal baru, begitulah kata para bijak.
Namun kerap yang kita temui dalam perjalanan adalah
Sesuatu yang tak membutuhkan penjelajahan ke negeri jauh.

Seandainya saja kita mau melongok ke pojok-pojok terdekat dengan sepenuh hati,
Ke pekarangan bahkan kepada tembok-tembok sekeliling yang tak lagi tampak
Akan kita temukan kerinduan akan misteri agung sebagaimana yang akan kita temukan pada ujung-ujung dunia terjauh.

(Wall with painting, Prague 2005).

Bagi beberapa orang perjalanan membutuhkan banyak persiapan,
Bagasi dikemas, karcis dipesan dan dibayar, kompas dan sepasang teropong bergantung di leher, buku panduan dan peta di setiap saku, tak lupa kotak P3K serta rumah yang digembok terlebih dahulu.

Tapi tidak bagimu, yang tak membawa apapun pada dirimu
Selain hati yang terbuka, kepala yang ingin tahu dan perilaku yang baik.

(Beijing 2005).

Janganlah iba pada seorang yang dengan sederhana bertanya ketika ia kehilangan arah, alasannya yaitu pintu akan selalu terbuka bagi mereka yang mengetukkan.
Jalan akan ditunjukan bagi mereka yang mencari,
Maka engkau si pengembara, tak layak congkak.
Kau tahu, bahwa tujuan hanya sanggup dicapai ketika engkau sungguh berserah diri.

(Prostrating Beggar, Prague 2005).

Ketika engkau berkelana janganlah terburu-buru,
Mengambanglah bagai selembar daun pada air sungai,
Biarkan dirimu terbawa kekelok-kelok, air terjun, pusaran dan ombak
Dan nikmatilah terpaan gulung gelombang ketika sungai melebar dan arus melunak
Kau akan mengerti bahwa tujuan telah dekat, semua sungai berakhir pada laut
Sebagaimana semua perjalanan yaitu pergerakan menuju lautan keberadaan.

(The Danube, Budapest Hungary 2005).

(Source : A Romantis Journey, Desi Anwar)

Puisi romantis perihal perjalanan ini semuanya yaitu karya Desi Anwar yang sudah saya pilihkan untuk sobat satubahasa, supaya dengan puisi romantis karya Desi Anwar ini sanggup menginspirasi sobat. Jangan lupa like dan share bila puisi romantis ini bagus. Dan jangan lupa juga bagi kau yang ingin mengirmkan puisi karyamu masih kami tunggu, silahkan untuk mengirimkannya pada kami melalui kolom kirim puisi kami.

Sumber http://www.satubahasa.com

Share :