Menggenggam Kain Biru Oleh Yoga Dwi Anggara Majalengka
Baluran sehelai lain kecil
mengelilingi dahi bercak merah
saksi insiden semalam.
Ku lindungi tanahku,
Ku lindungi daulatku.
Ku lindungi,
demi mempertahankan satu pekik.
Merdeka!
Tanpa sangsi,
ku naiki gedung itu,
Ku raih puncaknya.
Ku tingkap layar besar itu,
dan saya robek Biru yang menumpang,
dibawah Merah dan Putih.
Aku girang!
Turun pun masih kibarkan,
layar Biru.
Dari jauh,
peluru keluar,
dari ekspresi senapan.
Timah panas melaju cepat bagai angin,
menembus dahi, sampai saya terasa mati.
Badanku, terlentang lemas.
Mataku, mencicipi sakitnya.
Seluruh tubuhku, dipikul menuju entah kemana.
Kini, saya terbaring.
Hanya bertemankan,
baluran sehelai kain kecil,
mengelilingi dahi bercak Merah,
serta tangan Kanan,
menggenggam kain Biru. Sumber http://www.satubahasa.com
mengelilingi dahi bercak merah
saksi insiden semalam.
Ku lindungi tanahku,
Ku lindungi daulatku.
Ku lindungi,
demi mempertahankan satu pekik.
Merdeka!
Tanpa sangsi,
ku naiki gedung itu,
Ku raih puncaknya.
Ku tingkap layar besar itu,
dan saya robek Biru yang menumpang,
dibawah Merah dan Putih.
Aku girang!
Turun pun masih kibarkan,
layar Biru.
Dari jauh,
peluru keluar,
dari ekspresi senapan.
Timah panas melaju cepat bagai angin,
menembus dahi, sampai saya terasa mati.
Badanku, terlentang lemas.
Mataku, mencicipi sakitnya.
Seluruh tubuhku, dipikul menuju entah kemana.
Kini, saya terbaring.
Hanya bertemankan,
baluran sehelai kain kecil,
mengelilingi dahi bercak Merah,
serta tangan Kanan,
menggenggam kain Biru. Sumber http://www.satubahasa.com
Post a Comment for "Menggenggam Kain Biru Oleh Yoga Dwi Anggara Majalengka"