Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perkembangan Matematika Arab Hingga Periode Kesembilan

Perkembangan matematika Arab sesudah pertengahan era kedelapan ialah sangat mengagumkan sekali dan memiliki peranan serta bantuan yang besar sekali terhadap perkembangan sejarah matematika.pada era pertama perkembangan agama islam, bangsa Arab masih jauh tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan dibandingkan dengan negeri-negeri sekelilingnya, menyerupai  India, Yunani dan Romawi.

Al Khawarizmi salah spesialis Matematika

Matematika pada Abad Permulaan

Pada era permulaan ini nampaknya bangsa Arab masih sibuk dengan kontradiksi –pertentangan dalam negeri sendiri. Tetapi mulai pada tahun 750 yaitu pada permulaan pemerintahan khalifah-khalifah Bani Abbas keadaan berbalik dengan tajam sekali sekali dimana mulai pada ketika itu bangsa Arab bangun mengejar ketinggalannya dalam bidang ilmu pengetahuan. Mereka mulai menggali ilmu pengetahuan baik yang terkandung dalam bumi Arab sendiri, maupun yang berasal dari luar Arab.

Bangsa Arab mulai mempelajari astronomi, konsep-konsep filsafat, ilmu kedokteran, matematika dan ilmu pengetahuan lainnya dari Yunani, India, Mesir, Babylonia, dan lain-lain. Secara berangsur-angsur karya ilmu pengetahuan klasik Yunani dan India dibawa ke Baghdad, ibu kota kekhalifahan Arab Timur, lalu diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Hal ini sangat menguntungkan sekali bagi perkembangan sejarah matematika, lantaran hamper seluruh karya jago matematka Yunani kuno tidak sanggup ditemukan lagi, yang tinggal kini hanyalah terjemahan dari karya-karya ini dalam bahasa Arab.

Selama masa pemerintahan khalifah-khalifah Bani Abbas terutama sekali dalam masa tiga khalifa terkenal, Al Mansur, harun al rasyid, dan al-makmun. Kota Baghdad menjadi sentra pengembangan matematika dan ilmu pengetahuan alam lainnya menggantikan kedudukan kota Alexandria pada zaman Yunani. Selama pemerintahan ketiga khalifah ini hamper seluruh karya-karya matamatician yang berasal dari luar Arab, menyerupai India, Yunani, dan Messopotamia. Kemudian atas perintah khalifah diterjemahkan kedalam bahasa Arab.

Pada masa pemerintahan khlifah Al Mansyur (754-779), karya-karya jago matematika Hindu Brahmagupta dibawa ke Baghdad. Kemudian khalifah Al-Mansyur memerintahkan untuk menterjemahkannya kedalam bahasa Arab. Diantara karya Brahmagupta ialah buku yang berisi wacana astronomi, matematika dan ilmu pengetahuan alam lainnya. Berdasarkan karya inilah yang lalu hari menjadi bab dari matematika arab. Tidak usang setelah diterjemahkannya karya Brahmagupta ini(775), maka pada tahun 780 karya jago matematika Yunani Ptelemy wacana astrologi yang berjudul “Tetrabiblos” diterjemahkan pula kedalam bahasa Arab.

Dalam masa pemerintahan khalifah Harun Arrasyid (786-808) dilanjutkan lagi menterjemahkan karya-karya Yunani kuno, diantaranya termasuk karya Euclid, Element. Khalifah Harun al-rasyid ini ialah seorang khalifah yang sangat mendukung perjuangan memajukan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan bangsa Arab. Penterjemahan karya-karya yunani kuno ini berlangsung terus hingga dengan masa pemerintahan khalifah Al-makmun (809-833).

Khalifah Al-makmun, putra dari khalifah Harun al-rasyid ialah khalifah yang juga sangat mengasihi kepada ilmu pengetahuan untuk kejayaan bangsanya, disamping ia sendiri ialah seorang astronomer. Selama pemerintahan khalifah Al-makmun ini dilanjutkan lagi penterjemahan selanjutnya buku elements Euclid, serta diterjemahkan pula karya Ptolemy “Almagest”, sebagai imbalan perdamaian dengan Kaisar Romawi Timur. Disamping memerintahkan untuk menterjemahkan karya-karya Yunani dan karya-karya absurd lainnya. Khlaifah Al-makmun juga memerintahkan untuk melaksanakan revisi terhadap terjemahan-terjemahan yang sudah dilakukan sebelumnya.


Pada permulaannya, penterjemahan buku-buku absurd kedalam bahasa Arab mengalami beberapa kesulitan, eksekusi alam penterjemah disamping harus menguasai bahasa Arab dan bahasa orisinil buku yang diterjemahkan, harus pula memiliki pengetahuan yang cukup wacana materi isi buku yang diterjemahkan itu. Oleh lantaran itu penterjemahan suatu buku sering dilakukan berulang-ulang dan terkadang alih bahasa itu tidak dilakukan oleh bangsa Arab sendiri, tetapi dibantu oleh ahli-ahli yang didatangkan dari luar Arab.

Khalifah Al-makmun, membangun “Baitul HIkmah” tau dikenaljuga dengan darul hikmah di kota Baghdad. Tempa ini berupa perpustakaan dan daerah observasi yang sebanding dengan museum pada zaman Alexandria. Staf pengajar di Bait al-hikma ini, disamping sarjana-sarjana bangsa Arab sendiri, terdapat pula sarjana dari luar Arab, menyerupai dari Persia (Iran), Syria, dan Messopotamia, termasuk sarjana-sarjana dari Yahudi dan Katolik yang diundang oleh khalifah ke Baghdad. Salah seorang sarjana Islam populer yang mengajar di Bait al-hikma ialah Al Khawarismi, yang namanya lalu populer di Eropa Barat lewat karya-karyanya dalam bidang matematika dan astronomi.
Selama pemerintahan tiga khalifah ini, disamping Al-khawarismi banyak sarjana-sarjana Arab menulis karya-karya dalam bidang matematika dan astronomi. Semenjak pemerintahan tiga khalifah ini hingga dengan era ke sembilan muncul mathematician-matematician Arab yang ikut menunjukkan kontribusinya dalam perkembangan sejarah matematika dunia diantaranya ialah sebagai berkut. Baca : Perkembangan Matematika Arab sehabis Abad Kesembilan.

Beberapa Tokoh Ilmu Pengetahuan Arab

Tidak diketahui niscaya Muhammad ibn Musa al khawarismi dilahirkan dan ia meninggal diperkirakan sekitar tahun 850. alkhawarismi menulis lebih dari setengah lusin karya wacana matematika dan astronomi.  Dua karya al khawarismi yang sangat populer dan memegang peranan penting dalam perkembangan sejarah matematika ialah karyanya mengenai aritmatika dan aljabar. Salah satu karya Al-khawarismi yang sanggup diselamatkan ialah bukunya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa latin yaitu buku wacana seni berhitung Hindu) yang mana karya aslinya dalam bahasa Arab tidak ditemukan lagi. Dalam buku ini, yang kemungkinan menurut kepada maha karya Brahmagupta “Brahma sphuta aiddhanta”dalam bahasa Arab, Al-khawarismi menunjukkan klarifikasi wacana sistem numerasi Hindu. Dari hasil karya Al-khawarismi inilah system numerasi Hindu berkembang sehingga menjadi sistem numerasi yang kita gunakan sekarang. Walaupun Al-khawarismi tidak menyatakan bahwa sistem numerasi ini ialah hasil karyanya, namun notasi gres ini lebih dikenal dengan nama “algorismi” yang berasal dari nama Al-khawarismi sendiri.

Karya Al-khawarismi yang populer salah satunya ialah aritmatika. Aritmatika al-khawarismi ini, disamping memperkenalkan sisten numerasi Hindu, juga menunjukkan klarifikasi wacana hkum-hukum yang berlaku dalam algorisma Hindu dan proses komputasi yang dikenal dengan “casting out 9’s” yang dipakai untuk mengusut hasil-hasil komputasi aritmatika, serta hukum-hukum “false position” dan “double false position”, dimana proses aljabar tertentu sanggup diselesaikan secara aljabar.

Karya Al-khawarismi kedua yang populer ialah aljabar. Walaupun Diaphantus dianggap sebagai ”bapak aljabar” tetapi karya Al-khawarismi ini lebih mendekati pelajaran aljabar yang dipelajari disekolah-sekolah menengah sekarang, dibandingkan aljabarnya Diophantus ataupun karyanya Brahmagupta.perbedaan yang konkret antara aljabar Al-khawarismi dengan aljabar Diophantus adalah:
  1. Aljabar Al-khawarismi jauh lebih sederhana dari aljabar Diophantus.
  2. Aljabar Al-khawarismi seluruhnya retonik, dimana tidak satu pun sinkopasi dari Diophantus maupun Brahmagupta. Bahkan bilangan dalam aljabar Al-khawarismi dituliskan dengan kata-kata, bukan dengan lambang.


Dari dua hal diatas , sanggup disimpilkan bahwa aljabarnya Al-khawarismi tidak tergantung kepada aljabarnya Diophantus, walaupun ada kemungkinan bahwa Al-khawarismi mengenal dengan baik sekurang-kurangnya mengenai komputasi dan astronomi Brahmagupta.

Ada dua versi aljabar Al-khawarismi yang ditemukan, versi aslinya dalam bahasa Arab dan versi terjemahannya dalam bahasa Latin dengan judul “Liber algrabrae at almucobala” dimana dalam versi Latin sebagian dari isi buku ini dihilangkan. Baca: Biografi Al Khawarizmi.

Thabit ibn Qurra, Abad kesembilan merupakan zaman gemerlapan bagi matematika Arab, yang bukan hanya memunculkan Al-khawarismi saja melainkan juga beberapa jago matematika populer lainnya.seperti Thabit ibn-Qurra, Abu kamil Shuja, dan Al-Battani. Thabit ibn-Qurra ialah mathematician Arab yang menunjukkan konstribusinya dalam bidang aljabar, menyerupai halnya Al-khawarismi. Karya-karya Thabit ialah sebanding dengan karya-karya Poppus yaitu komentar wacana matematika yang lebih “advance”. Thabit ibn-Qurra bukan hanya jago dibidang matematika, tetapi juga menguasai dengan baik bahasa Arab, Yunani, dan Syria. Dia membuka sekolah untuk para penterjemah terutama untuk orang Yunani dan orang Syria. Terjemahan Thabit terhadap karya-karya Appolonius, Archimedes, Euclid, Ptolemy, dan Theodorus ialah yang dianggab paling baik.
Abu Qamil Sujja , jago matematika  Arab populer lainnya ialah Abu Kamil Shuja bin Aslam, yang populer sebagai “ahli hitung dari mesir”. Seperti halnya Al-khawarismi, Abu Kamil Shuja ialah spesialis dalam bidang aljabar. Dia menulis sebuah buku dengan judul “kitab fi aljabar walmuqubalah” yang merupakan komentar atas karya Al-khawarismi hisap aljabar walmuqubalah. Abu kamil Shuja mengambil secara pribadi beberapa masalah dalam karya Al-khawarismi lalu menunjukkan perhiasan penyelesaian dari problem-problem tersebut, perubahan yang nampak sekali dalam aljabar Abu kamil Shuja ini ialah memadukan antara hal yang mudah , menyerupai yang terdapat pada Al-khawarismi, dengan hal teoritis dan pendekatan secara geometris dari jago matematika Yunani

Al-Battani di kenal di Eropa dengan nama Albagterius. Al-Battani ialah spesialis trigonometri. Dia banyak menunjukkan bantuan mengenai beberapa teorema trigonometri. Dengan memperbaiki beberapa teorema trigonometri Yunani kuno. Dalam bukunya yang telah di terjemahkan kedalam bahasa latin dengan judul “ de scientio stellaeruj”. Baca :Kilas Matematikawan dari Negeri Arab.
Sumber http://www.marthamatika.com/

Post a Comment for "Perkembangan Matematika Arab Hingga Periode Kesembilan"