Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sebutkan Tokoh-Tokoh Denah Dari Indonesia?

Dari Indonesia
1) Raden Saleh
Raden Saleh mempunyai nama lengkap Raden Saleh Syarif Bustaman lahir pada tahun 1807, dan meninggal pada tanggal 23 April 1880 di Bogor. Raden Saleh yakni pelukis Indonesia pertama yang mendapat peluang berguru melukis di Eropa. Di BelAnda ia berguru gaya melukis dari para Maestro di negeri itu. Kemudia ia juga berguru ke Jerman, Perancis, Austria, dan Italia, sebelum hasilnya kembali ke Jawa pada pertengahan kurun ke 19. Gaya lukisannya ialah Romantisme Eropa dengan unsur-unsur etnik yang memperlihatkan latar belakang Jawa sang pelukis.

Bakat melukis Raden Saleh sudah tampak semenjak dia masih kecil. Waktu itu dia tinggal di tempat Terbaya, Jawa Tengah bersahabat Semarang. Pada usia 10 tahun, Raden Saleh kecil diserahkan pamannya, Bupati Semarang, pada seorang atasan Belanda di Batavia. Bakat melukisnya semakin berkembang setelah memasuki dingklik sekolah di Sekolah Rakyat (Volks- School). Seorang pelukis kebangsaan Belanda dan seorang mantan mahaguru Akademi Seni rupa di Doornik, Belanda, yang berjulukan Payen tertarik pada kemampuan melukis Raden Saleh dan mengatakan untuk mempersembahkan bimbingan melukis pada Raden Saleh. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Raden Saleh. Lukisan pemandangan dan wajah serta figur insan pribumi yang dibentuk Raden Saleh sudah memikatpelukis Belanda ini, kemudian Payen mengusulkan kepada pemerintah Kolonial Belanda ketika itu semoga Raden Saleh bisa berguru ke Belanda. Gubernur Jenderal Van Der Capellen yang memerintah waktu itu menyambut dengan baik usulan tersebut, setelah ia melihat beberapa karya lukisan Raden Saleh yang memang luar biasa.

Pada tahun 1829, Raden Saleh berangkat ke Belanda untuk berguru melukis. Dari waktu ke waktu Raden Saleh memperlihatkan perkembangan melukis, dalam hal ketekunan, kecakapan serta semangat untuk sanggup menjadi seorang pelukis besar. Beberapa karya lukisan karya Raden Saleh diantaranya yakni lukisan dengan judul : Seorang bau tanah dan  Bola Dunia dibentuk pada tahun 1835, Berburu Banteng diselesaikan pada tahun1851, Bupati Majalengka pada tahun 1852, Penangkapan Pangeran Diponegoro dibentuk pada tahun 1857, Harimau Minum diselesaikan pada tahun 1863 dan Perkelahian dengan Singa yang dibentuk pada tahun 1870. Salah satu lukisan Masterpiece Raden Saleh berjudul Berburu Banteng dianggap sebagai salah satu lukisan legendaris hasil karya Raden Saleh Syarif Bustaman.

2) Ipe Ma’ruf
Nama lengkap Ipe Ma’aroef yakni Ismet Pasha Ma’aroef lahir di Banda Olo, Padang, Sumatera Barat pada tanggal 11 November 1938. Ipe Ma’aroef yakni seorang perupa Indonesia yang berprofesi sebagai pelukis. Pada awal kariernya, Ipe lebih banyak membuat karya-karya skema dengan menggunakan alat-alat gambar sederhana yang terdiri dari pena dan tinta, dan kegiatan membuat karya skema terus ditekuni di samping membuat lukisan dan ilustrasi untuk beberapa majalah. 

Karena kepiawaiannya dan konsistensinya dalam berolah skema maka dia dijuluki sebagai raja sketsa. Ia dianggap pelukis angkatan 60-an, sebab kefokusannya dalam melukis gres dimulai pada tahun 1960. Ipe menamatkan sekolah menengah pertama pada tahun 1956. Ia kemudian berguru melukis secara otodidak, dan selanjutnya bergabung dengan Seniman Indonesia Muda yang mempersembahkan kursus melukis di bawah pimpinan Sudjojono. Atas tawaran Affandi, ia berguru di ASRI Yogyakarta. Karena kesusahan biaya untuk belajar, Ipe berpetualang ke Bali dan mencoba hidup sanggup berdiri diatas kaki sendiri sambil memperdalam seni lukis dengan banyak berpraktek. Sambil bekerja sebagai disainer keramik, Ipe juga sempat kuliah di Jurusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung

Ipe sudah mengadakan banyak sekali pekan raya lukisan, di antaranya bersama karya-karya Soemartono di Balai Budaya Jakarta pahadirgal 28 Mei hingga 2 Juni 1980, pekan raya tunggal di Taman Ismail Marzuki Jakarta (2006), serta pekan raya bersama di TIM Jakarta dan di Surabaya. Ia juga pernah berkarier sebagai ilustrator freelance di beberapa majalah, menyerupai Kawanku, Femina, Gadis, serta Pustaka Jaya. Kemudian ia menjadi ilustrator majalah Si Kuncung pada tahun 1961, sebelum pindah ke agen iklan Intervista sebagai disainer. Ia pindah ke Taman Ismail Marzuki dan berkarya sebagai pembuat poster. Ipe dikenal  sebagai pembuat skema yang cekatan karenakeahliannya dalam menangkap bentuk dan suasana yang di dapatkan sebab kebiasaannya membuat skema di mana saja ia berada: di pasar, di jalan, di atas kereta dan di banyak sekali peluang lainnya yang ia dapatkan. Karyakarya Ipe kini dianggap sangat berharga sebagai materi dokumentasi sejarah.

3) Henk Ngantung
Henk Ngantung mempunyai nama lengkap Hendrik Hermanus Joel Ngantung lahir di Manado, Sulawesi Utara, pada  tanggal 1 Maret 1921 dan meninggal di Jakarta, pada tanggal 12 Desember 1991 dengan usia 70 tahun. Henk Ngatung pernah menjadi Gubernur Jakarta untuk periode 1964-1965. Sebelum menjabat sebagai Gubernur Jakarta, Henk dikenal sebagai pelukis tanpa pendidikan formal. Pengangkatan Henk Ngantung sebagai Gubernur oleh Presiden Soekarno banyak menuai protes. Soekarno ingin semoga Henk mengakibatkan Jakarta sebagai kota budaya, sebab Henk Ngantung dinilai mempunyai talenta seni dan sempurna menduduki jabatan tersebut.

Karya-karya skema Henk Ngantung banyak yang mempunyai nilai sejarah, salah satu diantaranya yakni skema untuk Tugu Selamat Datang yang menggambarkan sepasang laki-laki dan perempuan di bundaran Hotel Indonesian yang sedang melambaikan tangan. Walau pun inspirasi awal pembuatan patung berasal dari Presiden Soekarno, namun skema dan desain awalnya dikerjakan oleh Henk Ngantung dan pelaksanaannya dikerjakan oleh pematung Edi Sunarso dari Yogyakarta. Tema sketsa-sketsa karya Henk Ngantung sangat bervariasi, antara lain tema perjuangan, perempuan membatik, petani dan sebagai. Dia juga membuat skema lambang DKI Jakarta dan lambang Kostrad. Ironisnya, hal tersebut belum diakui oleh pemerintah. Lukisan hasil karya Henk antara lain Ibu dan Anak, yang ialah hasil karya terakhirnya.

4) S. Sudjojono
S. Sudjojono mempunyai nama lengkap Sindudarsono Sudjojono, lahir pada tahun 1913 dan meninggal pada tahun 1986. Sudjojono yakni seorang pelukis yang hidup pada jaman “Pergerakan Melawan Penjajahan Belanda”. Selain sebagai pelukis, ia juga berprofesi sebagai Koreksius seni lukis yang sangat disegani. S. Sudjojono aktif menyuarakan semangat seni lukis Indonesia Baru melalui tulisan-tulisannya yang dimuat di majalah dan surat kabar. Seni lukis sebagai salah satu unsur kebudayaan suatubangsa seharusnya mengungkapkan corak yang cocok dengan tabiat bangsa. Meskipun demikian, lukisan-lukisan Indonesia pada ketika itu belum juga mempunyai corak Indonesia. Hal itu sebab kultur yang ada masih hilir-mudik. Di satu pihak masih bersifat kejawaan, kekunoan, dan di lain pihak bersifat jawa dan bahkan kebarat-baratan. Lewat tulisannya, Sudjojono menganjurkan kepada para pelukisuntuk mempelajari kehidupan rakyat jelata di kampungkampung dan di desa-desa. Sebagai seorang Koreksius seni.
 
Sudjojono mempunyai wawasan, sudut dan cara pandang yang jarang dimiliki oleh seniman pada waktu itu, KoreksianKoreksiannya tajam dan mendalam. S. Soedjojono di kalangan seniman sering dipanggil dengan nama Pak Djon. S. Soedjojono mempunyai pengikut dan anakdidik cukup banyak, sehingga para seniman memdiberi gelar kehormatan sebagai Bapak Seni Lukis Indonesia Baru, sebab dedikasi dia di bidang seni, terutama seni lukis. S. Sudjojono yakni tokoh sentral pendiri Persagi (Persatuan AhliGambar). Yang didirikan pada tanggal 23 Oktober 1938.

5) Affandi
Nama lengkap Affandi yakni Affandi Koesoema, dilahirkan di Cirebon pada tahun 1907, putra dari R. Koesoema, seorang mantri ukur di pabrik gula Ciledug, Cirebon. Mengenyam pendidikan HIS, MULO, dan selanjutnya tamatdari AMS, pendidikan yang jarang diperoleh oleh pribumi ketika itu. Affandi dikenal sebagai seorang Maestro Seni Lukis Indonesia dan ialah salah satu pelukisIndonesia yang dikenal di dunia internasional, dengan gayaekspresionisnya yang sangat khas. Pada tahun 1950-an iabanyak mengadakan pekan raya tunggal di luar negeri, antaralain di India, Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat. Sebagai seorang pelukis yang sangat produktif karya-karyanya sudah banyak dikoleksi oleh kolektor, galeri, museum dari dalam mau pun luar negeri.
 
Di tahun 1933 pada umur 26 tahun Affandi berkeluarga dengan Maryati, gadis kelahiran Bogor. Affandi dan Maryati dikaruniai seorang putri yang mewarisi talenta ayahnya sebagai pelukis, yaitu Kartika Affandi. Liku-liku kehidupan Affandi diwarnai dengan beberapa kali ganti profesi, pernah menjadi guru dan pernah juga bekerja sebagai tukang sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung bioskop di Bandung. Pekerjaan ini tidak usang digeluti sebab Affandi lebih tertarik pada bidang seni lukis.

Pada jaman penjajahan, sekitar tahun 30-an, Affandi menggabungkan diri dengan kelompok Lima Bandung, yaitu kelompok lima pelukis Bandung. Mereka yakni Hendra Gunawan, Barli, Sudarso, dan Wahdi serta Affandi yang dipercaya menjabat sebagai pimpinan kelompok. Affandi dengan kelompok Lima mempunyai andil yang cukup besar dalam perkembangan seni rupa di Indonesia. Sebuah kelompok yang mempunyai pandangan sedikit tidak sama dengan kelompok Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) padatahun 1938. Kelompok Lima Bandung ialah kelompok berguru bersama dan kolaborasi saling memmenolong sesama pelukis.

6) Hendra Gunawan
Hendra Gunawan selain berprofesi sebagai seorang pelukis juga berprofesi sebagai pematung. Dia dilahirkan pada tanggal 11 Juni 1918 di Bandung, dan meninggal pada tanggal 17 Juli 1983. di Bali. Hendra berguru melukis pada Wahdi, seorang pelukis pemAndangan. Dari pelukis Wahdi inilah ia banyak mendapat keterampilan dan pengetahuan wacana melukis. Kegiatan Hendra tidak sekedar melukis, tetapi pada waktu-waktu senggang ia melibatkan diri pada kelompok sandiwara Sunda sebagai pelukis dbuntut. Dari pengalaman itulah, ia mengasah kemampuan melukis.

7) Sudjana Kerton
Sudjana Kerton lahir pada tahun 1922, dan meninggal pada tahun 1994. Dia yakni pelukis asal dari Bandung. Ia dikenal sebagai Pelukis Perang di Bandung, dikala Bandung bergejolak melawan penjajah Belanda yang inginmenguasai kembali kota Bandung setelah Jepang mengalah melawan tentara Sekutu. Melalui ukiran tangannya berupa sketsa, poster, dan lukisan dia ikut mengobarkan semangat perang melawan penjajah. Ketika jaman penjajahan Jepang, Sudjana Kerton aktif berguru melukis di Keimin Bunka Sidhoso Bandung, Kemudian setelah Kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya tahun 1950-an dia berguru senirupa di BelAnda atas beapeserta didik dari Stichting STICUSSA: Nederlands, Indonesia, Suriname, Antillen.

8) H. Widayat
Widayat yakni seorang pelukis dan staf pengajar Sekolah Tinggi Seni Rupa “ASRI” (STSRI “ASRI) Yogyakarta, yang kini namanya berganti menjadi Institut Seni Indonesi (ISI) Yogyakarta. Sesudah memasuki purna kiprah sebagai dosen dia sanggup lebih intensif dan total dalam melukis. Bagi Widayat tiada hari tanpa melukis. Walaupun usianya sudah tidak muda lagi, Widayat tetap melukis dengan penuh semangat. Karya lukisannya tampak rijit, detil dan unik. Lukisannya dikenal dengan gaya Dbuntutatif Magis. Berbekal imajinasi yang kuat, Widayat melukis dengan teliti. Dalam melukis Widayat sangat memperhatikan komposisi, warna, garis, sedikit mengabaikan proporsi dan bentuk pada figurfigur objek lukisannya, sebab bentuk-bentuk objek sudah dideformasi.

9) Nyoman Gunarsa
I Nyoman Gunarsa yakni salah seorang seniman seni lukis yang piawai menari Bali. Kepandaiannya menari bali kuat terhadap beberapa tema lukisannya yang mengangkat penari Bali. Dia yakni salah satu seniman ternama dari Bali. Sebagian besar karya-karya lukisannya didasari oleh kisah rakyat Bali, dan legenda Hindu Dharma. Hal tersebut membuat gaya melukisnya tidak sama dari yang lain. Karya-karyanya menurut eksplorasi dari kesenian Bali, menyerupai tarian tradisional, musik tradisional, upacara keagaman, dan keguakaragaman lingkungan yang menghipnotis banyak seniman yang berasal dari Bali dan Indonesia.

Karya lukisannya yang terakhir cenderung bergaya ekspresionis dengan memunculkan figur-figur penari Bali. Nuansa Balinya sangat kental pada setiap karya lukisannya. Dalam proses perjalanan melukisnya, Nyoman Gunarsa sudah melewati banyak sekali tahapan, diawali dengan realis, abstrak, dan terakhir bergaya ekspresionis.

10) Nyoman Lempat
I Gusti Nyoman Lempad pada mulanya dikenal sebagai pematung kerikil Bali dan arsitek Bali. Karena keahliannya di bidang arsitek dia sering dipercaya membangun istana dan akal-akalan di Ubud. Selain sebagai pematung dan andal arsitek bangunan tradisional Bali, dia juga menekuni seni lukis. K, tema lukisannya mengangkat mitologi dari kisah rakyat Bali.

Sumber https://kumpulantugasekol.blogspot.com

Post a Comment for "Sebutkan Tokoh-Tokoh Denah Dari Indonesia?"