Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bagaiamana Pola Penyajian Laporan Secara Verbal Dan Berikan Pola Laporan Berbentuk Narasi?

Pola Penyajian Laporan secara Lisan
Baik laporan formal maupun informal disusun dengan memakai bahasa yang baku. Laporan yang sudah disusun sanggup juga disampaikan secara lisan. Oleh lantaran itu, bentuk uraian laporan sanggup disajikan dengan pola penyajian narasi, deskripsi, dan ekspositoris. Pola penyajian laporan bersifat narasi lebih menekankan uraian secara kronologis, yaitu menurut rangkaian waktu. Isi laporan bersifat penceritaan atau pemaparan insiden tentang objek yang dilaporkan. Yang termasuk laporan ini misalnya, laporan perjalanan, laporan peliputan peristiwa, dan laporan diberita (reportase). Laporan ini bersifat pengungkapan fakta pada sebuah insiden atau keadaan. Oleh lantaran itu, laporan ini dituntut harus faktual (berdasarkan yang ada), kasatmata berkaitan realita dengan insiden yang gres terjadi, akurat menurut bukti-bukti yang sanggup dipertanggungjawabankan dan adil (apa adanya). sepertiyang sebuah diberita, pengungkapan informasinya bermuatan 5 W + I H (what: apa, who: siapa, where: dimana, when: kapan, why: mengapa dan how: bagaimana).

Lain lagi dengan pola penyajian laporan bersifat deskripsi. Laporan ini lebih terserius pada penggambaran terkena lokasi, tempat, dan bentuk fisik serta ciri-ciri objek yang dilaporkan. Yang termasuk laporan deskripsi ialah laporan pengamatan, laporan kunjungan, laporan observasi, dan sebagainya. Pola penyajian laporan bersifat ekspositoris berupa uraian yang meliputi langkah-langkah kerja, proses kejadian, atau pemaparan terkena tahapantahapan perkembangan objek yang dilaporkan. Yang termasuk laporan bersifat ekspositoris ialah laporan penelitian, laporan percobaan, laporan pertanggungjawabanan uraian pekerjaan yang memakai tahapan, dan sebagainya.

Berikut ialah pola laporan berbentuk narasi,misal laporan narasi berupa laporan perjalanan
Sibetan, Kabupaten Karang Asem, 78 kilometer sebelah timur Denpasar ialah desa daerah asal salak bali. Terletak di ketinggian 350- 550 m dari permukaan laut. Desa ini sanggup dicapai dari Denpasar dalam waktu 2,5 jam melalui Padang Bai-Amlapura dengan ongkos Rp 2.000. Kendaraan umum dari Denpasar memang spesialuntuk hingga Amlapura. Sisa perjalanan sejauh 14 kilometer ke Sibetan diteruskan dengan angkutan umum Isuzu hijau dengan ongkos Rp 5.000. Sebenarnya, Sibetan sanggup dicapai dalam waktu lebih singkat kalau kita mengambil jalur Denpasar-Klungkung-Besakih. Di Kota Rendang, kita turun dan menyambung perjalanan ke selat. Sayang kan, kendaraan umum Rendang-Selat hampir tidak ada sehingga memang lebih simpel hadir ke Sibetan melalui Padang Bai-Amlapura. Hari Senin, setelah menempuh perjalanan selama tiga jam melalui Padang Bai-Amlapura, Trubus datang di Sibetan pukul 14.00 WITA. Udara terasa sejuk meskipun siang itu matahari bersinar terik. Di kiri kanan jalan yang menanjak dan berkelok-kelok terlihat hamparan kebun salak dan di tengah-tengah kebun, terlihat rumah para petani.

Kondisi lingkungan Sibetan memang cocok untuk salak. Iklimnya termasuk lembap dengan curah hujan rata-rata 2.145 mm/tahun dan jumlah hari hujan 84 hari. Dalam situasi normal, setahun ada tujuh bulan lembap (Oktober-April) dan lima bulan kering (Mei-September). Topografinya berbukit-bukit. Jenis tanahnya latosol cokelat kemerah-merahan. Tanah menyerupai ini kalau disiram air, menjadi licin dan lengket. Waktu Trubus ke sana, kebetulan hujan tidak turun sehingga walaupun jalan tanah di desa itu naik-turun, tetapi tidak licin.
Sumber https://kumpulantugasekol.blogspot.com

Post a Comment for "Bagaiamana Pola Penyajian Laporan Secara Verbal Dan Berikan Pola Laporan Berbentuk Narasi?"