Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah Perkembangan Serta Macam-Macam Jenis Seni Pertunjukan Musik, Tari Dan Teater (Drama) Di Indonesia

Dibawah ini akan dibahas terkena perkembangan seni di indonesia, seni pertunjukan, perkembangan seni pertunjukan di indonesia, seni pertunjukan indonesia, seni pertunjukan di indonesia, jenis pertunjukan, macam macam seni pertunjukan di indonesia, seni musik, seni tari, seni teater, drama.


Seni Pertunjukan

Menurut Edi Sedyawati (2006), jejak-jejak seni pertunjukan Indonesia mulai ditemukan pada zaman prasejarah akhir, terutama pada zaman Perunggu – Besi. Buktinya yaitu ditemukannya beberapa logam hasil zaman itu meliputi sejumlah penggambaran terkena orang-orang menari dengan mengenakan hiasan kepala dengan bulu-bulu panjang serta topeng. 

Hal ini diperkuat oleh lukisan-lukisan zaman ini yang banyak menggambarkan orang menari. Seni pertunjukan Indonesia mengalami perkembangan pada masa Hindu-Budha. Sumber-sumber tertulis mengatakan bahwa relief-relief candi mengatakan dengan terperinci adegan orang menari. 

Berbagai karya sastra pada masa ini juga memperkuat berkembangnya seni pertunjukan pada masa ini. Masuknya agama Islam ke Indonesia memdiberi efek unik terhadap seni pertunjukan Indonesia, khususnya seni musik. 

Pengaruh khas Islam ditemukan pada musik Rebana yang cukup erat dan merakyat di beberapa kawasan Indonesia. Sumbangan bangsa Eropa terhadap seni pertunjukan Indonesia, khususnya pada seni musik yaitu toneel dan musik diatonik. 

Zaman kemerdekaan memdiberi warna tersendiri terhadap seni pertunjukan Indonesia, yaitu hidup dan berkembangnya musik keroncong dan dangdut atas dasar musik diatonik dan lagu kebangsaan Indonesia. 

Fungsi seni pertunjukan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu sesuai dengan budaya yang menjadi latar belakangnya. Hasil pengamatan terhadap sejarah perjalanannya, seni pertunjukan berdasarkan Edi Sedyawati (2006) setidaknya mempunyai fungsi:

a. Fungsi religius.
b. Fungsi edukatif.
c. Fungsi peneguhan integrasi sosial.
d. Fungsi hiburan.
e. Fungsi mata pencaharian.

Fungsi religius seni pertunjukan di antaranya sanggup ditemukan pada banyak sekali jenis dan bentuk seni yang dipakai sebagai masukana dakwah pada agama Islam. 

Sampai ketika ini seni pertunjukan sebagai masukana dakwah terus mengalami perkembangan pesat akhir ditemukannya teknologi komunikasi dan informasi. Seni pertunjukan menyerupai yang terdapat pada karya sastra dipakai sebagai masukana mendidik generasi diberikutnya. 

Fungsi peneguhan integrasi sosial sanggup ditemukan pada adanya tari-tari tertentu yang spesialuntuk sanggup ditarikan di lingkungan istana untuk memperkokoh struktur sosial mereka. 

Fungsi hiburan terutama dialamatkan kepada para penikmat seni yang menyebabkan seni sebagai masukana untuk bersenang-senang. Fungsi mata pencaharian dikuatkan dengan adanya kelompok-kelompok seni yang menyebabkan seni pertunjukan sebagai mata pencahariannya.

a. Seni Musik

Studi tentang seni musik dalam kerangka kebudayaan sudah dilakukan insan semenjak era ke –19 dengan cara mengumpulkan nyanyian-nyanyian rakyat. 

Studi ini melahirkan etnomusikologi, yakni ilmu tentang musik dihubungkan dengan kebudayaan masyarakat pemiliknya (William A. Haviland, 1999). Pada umumnya disahkan bahwa musik insan tidak sama dengan musik alamiah, menyerupai nyanyian burung, serigala dan ikan paus. 

Ada beberapa konsep dalam seni musik. Oktaf yaitu jarak antara nada dasar dan nada atasnya yang pertama. Oktaf terdiri dari tujuh tangga nada, lima nada utuh dan dua nada tengahan, didiberi nama tangga nada A hingga dengan G. 

Tonalitas yakni sistem skala dan modifikasi-modefikasinya dalam musik. Tonalitas memilih banyak sekali kemungkinan dan batasan-batasan melodi dan harmoni. Ritme berkaitan dengan teratur atau tidak teraturnya suatu musik. 

Ritme lagu terwujud dari ketukan lagu, sanggup tiga ketukan, lima, tujuh atau sebelas dengan variasi susunan yang sangat kompleks. Pada ketika ini di Indonesia berkembang beberapa ajaran musik. 

Selain terdapat musik tradisional yang biasanya dibawakan untuk mengiringi lagu-lagu tradisional (daerah), juga berkembang banyak sekali ajaran musik lainnya sebut saja jazz, rock, pop, blues, dan reggae. 

Sedangkan jenis ajaran musik lain semacam dangdut dan keroncong ialah dua buah ajaran musik yang memang sudah semenjak usang digemari oleh masyarakat Indonesia, bahkan sudah mendarah daging sehingga ialah bab dari budaya masyarakat Indonesia.

Di Indonesia perkembangan seni musik boleh dikatakan sangat pesat. bahkan ada kecenderungan terjadi perpaduan di antara banyak sekali ajaran musik itu sehingga lahir irama-irama musik adonan menyerupai pop-rock, jazz-rock, rock-dut (rock dangdut), pop-dangdut, pop-keroncong, dan lain-lain.

Selain itu terjadi pula perpaduan antara unsur-unsur modern dan tradisional sehingga lahirlah irama musik campursari, yaitu sebagaimana yang ketika ini digemari oleh masyarakat di kawasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Bahkan musik campursari kini sudah “go internasional” alasannya yaitu selain digemari oleh orang Jawa yang ada di dalam negeri juga sudah digemari pula oleh orang-orang suku Jawa yang ada di Malaysia dan Suriname.

Sedangkan satu hal lagi yang berkaitan dengan perkembangan seni musik, khususnya di Indonesia yaitu jenis musik instrumentalia, yakni jenis atau irama musik yang dibawakan tanpa lagu.

b. Seni Tari

Indonesia mempunyai banyak jenis tarian. Tari-tarian tersebut sudah dikenal semenjak dulu baik yang berkembang dalam masyarakat ataupun di Istana. Bebarapa tari yang berakar dari tari etika meliputi pendet dan gabor di Bali dan jathilan di Jawa Tengah. 

Tamu-tamu di Bali disambut dengan tari pendet dan gabor. Keindahan tari tanpa kisah mencapai puncaknya di keraton. Hal ini ditunjukkan oleh bedhaya dan serimpi. 

Tari legong di Bali ditonjolkan dalam pertunjukannya. Tujuannya yaitu melaksanakan urutan gerak dengan keterampilan, keindahan, dan perasaan secara mendalam.

c. Seni Teater (Drama)

Seni teater tradisional ditemukan hampir pada tiruana masyarakat suku bangsa Indonesia. Seni teater tradisional pada masyarakat tradisional, selain sebagai masukana hiburan juga berfungsi sebagai masukana pewarisan nilai-nilai masyarakat dari suatu generasi ke generasi diberikutnya, serta mempunyai kaitan yang erat dengan kehidupan sistem religi yang hidup pada masyarakat suku bangsa yang bersangkutan. 

Banyak upacara religi yang diwarnai oleh drama sebagai masukana penyalur kekuatan adi kodrati dan bakti kepada Tuhan. Ada beberapa pola seni teater tradisional yang hingga ketika ini sangat erat dengan masyarakat Indonesia, diantaranya yaitu seni teater Ludruk (kesenian Jawa Timur), Lenong (kesenian Betawi), dan seni teater Ketoprak (kesenian Jawa Tengah). 

Seni teater bukan spesialuntuk menampilkan dialog-dialok yang dibawakan oleh pemainnya, dalam seni teater terdapat unsur seni lainnya yang dipadu menjadi satu kesatuan yang indah dan bermakna. 

misal seni yang biasanya mewarnai pementasan seni teater yaitu seni musik, seni suara, seni tari, dan lawak. Saat ini kita berada di zaman modern bahkan pada bidang tertentu kita sudah berada di era postmodernisasi. 

Keberadaan teknologi media massa elektronik menyerupai televisi mendorong perkembangan seni teater yang ditayangkan dalam bentuk sinetron, film dan banyak sekali istilah lainnya. Sehingga tidak mengherankan kalau masa ini, seni teater mengalami perkembangan yang sangat cepat dan variatif. 

Perkembangan seni teater sanggup kita lihat pada kawanya. Tema kisah teater tradisional berpusat pada masalah-masalah pada masyarakat tradisional yang bersangkutan, sedang teater modern mengangkat tema kisah yang sangat luas, mulai dari kehidupan lokal, nasional hingga internasional. 

Perkembangan seni sanggup juga dilihat dari segi organisasinya. Jumlah organisasi seni teater pada masyarakat tradisional sanggup dihitung dengan jari alias sangat sedikit, dan juga belum dipelajari melalui forum formal pendidikan. 

Pada masyarakat modern sekarang, banyak sekali organisasi (kelompok teater) tumbuh diberbagai kawasan Indonesia, ada yang bergerak pada seni tradisional atau seni kontemporer, keadaan ini tidak terlepas dari kehadiran banyak sekali forum formal pendidikan seni di Indonesia. 

Sanggar-sanggar seni dengan praktis sanggup ditemukan, ada teater sekolah, teater kampus bahkan sanggar-sanggar seni (bengkel seni) yang didirikan dan dikelola sendiri oleh masyarakat. 

Tuntutan kebutuhan seni teater oleh dunia pertelevisian terus meningkat seiring bertambahnya jumlah terusan dan stasiun televisi. Tumbuh dan berkembang industri sinetron dan film. Para sutradara dan sineas melaksanakan penjelajahan ruang dan waktu untuk memperoleh pandangan gres cerita. 

Ada kalanya mereka berpaling ke masa kemudian dan menemukan pandangan gres kisah pada banyak sekali seni teater tradisional. Merekan mengangkat pandangan gres kisah teater tradisional itu dan menjadikannya sebagai suatu karya yang dikenal dengan film atau sinetron. 

Seni teater tradisional yang diangkang ke sinetron dan film yaitu seni teater yang bertemakan kebaikan lawan kejahatan, cinta, bakti kepada orang tua, lawakan, usaha melawan kemiskinan keluarga, dokumenter, dan sebagainya. 

Tuntutan kebutuhan yang dipaparkan di atas melahirkan banyak sekali karya seni teater dan seniman-seniman berbakat dan penuh imajinasi pada bidang seni teater, diantaranya yaitu Usmar Ismail, Asrul Sani, Teguh Karya, Soekarno M Noor, Arifin C. Noor, W.S Rendra, dan lain-lain.

Sumber http://www.kuttabku.com

Post a Comment for "Sejarah Perkembangan Serta Macam-Macam Jenis Seni Pertunjukan Musik, Tari Dan Teater (Drama) Di Indonesia"