Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Peran Para Ulama, Perdagangan Antarpulau Dan Bahasa Dalam Proses Integrasi Nasional Nusantara Indonesia

Pada artikel kali ini, kita akan mengulas wacana proses integrasi nusantara, tugas ulama dalam proses integrasi, tugas bahasa, proses integrasi nasional, integrasi, integrasi nasional, integrasi bangsa, faktor pendorong integrasi nasional, integrasi kebudayaan, integrasi budaya, faktor pendorong integrasi, faktor integrasi, faktor pendukung integrasi nasional.

Proses Integrasi Nusantara

Integrasi suatu bangsa ialah hal yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. melaluiataubersamaini adanya integrasi akan melahirkan satu kekuatan bangsa yang ampuh dan segala duduk perkara yang timbul sanggup dihadapi bersama-sama. 

Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah wujud aktual dari proses integrasi bangsa. Proses integrasi bangsa Indonesia ini ternyata sudah berlangsung cukup usang bahkan sudah dimulai semenjak awal tarikh masehi. 

Pada masa ke-16 proses integrasi bangsa Indonesia mulai mengalami kemajuan pesat semenjak proses Islamisasi. Coba engkau perhatikan dari bacaan di atas korelasi antara ulama dari banyak sekali tempat sudah mempercepat proses persatuan bangsa-bangsa di kepulauan Indonesia. 

Ulama-ulama dari Minangkabau contohnya sudah berhasil mengislamkan saudara-saudara kita di Sulawesi, begitu juga ulama Sulawesi juga sudah berperan dalam mengislamkan saudara-saudara kita di Bima, Nusa Tenggara, Kepulauan Riau dan sebagainya, 

begitu juga ulama dari Jawa Timur sudah mengislamkan Ternate dan Tidore, tentu jika diurai satu persatu maka korelasi antar ulama ini sudah menyatukan seluruh wilayah Indonesia bahkan di hingga ke Malaka dan Singapura.

1. Peranan Para Ulama dalam Proses Integrasi

Agama Islam yang masuk dan berkembang di Nusantara mengajarkan kebersamaan dan berbagi toleransi dalam kehidupan beragama. 

Islam mengajarkan persamaan dan tidak mengenal kasta-kasta dalam kehidupan masyarakat. Konsep aliran Islam memunculkan sikap ke arah persatuan dan persamaan derajat. 

Disisi lain, hadirnya pedagang-pedagang Islam di Indonesia mendorong berkembangnya tempat-tempat perdagangan di tempat pantai. 

Tempat-tempat perdagangan itu kemudian bermetamorfosis pelabuhan dan kota-kota pantai. Bahkan kota-kota pantai yang ialah bandar dan sentra perdagangan, bermetamorfosis kerajaan. 

Timbulnya kerajaan-kerajaan Islam ialah awal terjadinya proses integrasi. Meskipun masing-masing kerajaan mempunyai cara dan faktor pendukung yang tidak sama-beda dalam proses integrasinya.

2. Peran Perdagangan Antarpulau

Proses integrasi juga terlihat melalui acara pelayaran dan perdagangan antarpulau. Sejak zaman kuno, acara pelayaran dan perdagangan sudah berlangsung di Kepulauan Indonesia. 

Pelayaran dan perdagangan itu berlangsung dari tempat yang satu ke tempat yang lain, bahkan antara negara yang satu dengan negara yang lain. 

Kegiatan pelayaran dan perdagangan pada umumnya berlangsung dalam waktu yang lama. Hal ini, mengakibatkan pergaulan dan korelasi kebudayaan antara para pedagang dengan penduduk setempat.

Kegiatan semacam ini mendorong terjadinya proses integrasi. Pada mulanya penduduk di suatu pulau cukup memenuhi kebutuhan hidupnya dengan apa yang ada di pulau tersebut. 

Dalam perkembangannya, mereka ingin mendapat barang-barang yang terdapat di pulau lain. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, terjadilah korelasi dagang antar pulau. 

Angkutan yang paling murah dan simpel ialah angkutan bahari (kapal/perahu), maka berkembanglah pelayaran dan perdagangan. 

Terjadinya pelayaran dan perdagangan antarpulau di kepulauan Indonesia yang diikuti imbas di bidang budaya turut berperan serta mempercepat perkembangan proses integrasi. 

Misalnya, para pedagang dari Jawa berdagang ke Palembang, atau para pedagang dari Sumatra berdagang ke Jepara. Hal ini mengakibatkan terjadinya proses integrasi antara Sumatra dan Jawa. 

Para pedagang di Banjarmasin berdagang ke Makassar, atau sebaliknya. Hal ini mengakibatkan terjadi proses integrasi antara masyarakat Banjarmasin (Kalimantan) dengan masyarakat Makassar (Sulawesi). 

Para pedagang Makassar dan Bugis mempunyai peranan penting dalam proses integrasi. Mereka berlayar hampir ke seluruh Kepulauan Indonesia bahkan jauh hingga ke luar Kepulauan Indonesia. 

Pulau-pulau penting di Indonesia, pada umumnya mempunyai pusatpusat perdagangan. Sebagai teladan di Sumatra terdapat Aceh, Pasai, Barus, dan Palembang. 

Jawa mempunyai beberapa sentra perdagangan contohnya Banten Sunda Kelapa, Jepara, Tuban, Gresik, Surabaya, dan Blambangan. Kemudian di akrab Sumatra ada bandar Malaka. 

Malaka berkembang sebagai bandar terbesar di Asia Tenggara. Tahun 1511 Malaka jatuh ke tangan Portugis. Akibatnya perdagangan Nusantara berpindah ke Aceh. 

Dalam waktu singkat Aceh berkembang sebagai bandar dan menjadi sebuah kerajaan yang besar. Para pedagang dari pulau-pulau lain di Indonesia juga hadir dan berdagang di Aceh.

Sementara itu, semenjak awal masa ke-16 di Jawa berkembang Kerajaan Demak dan beberapa bandar sebagai sentra perdagangan. 

Di kepulauan Indonesia penggalan tengah maupun timur juga berkembang kerajaan dan pusat-pusat perdagangan. melaluiataubersamaini demikian, terjadi korelasi dagang antardaerah dan antarpulau. 

Kegiatan perdagangan antarpulau mendorong terjadinya proses integrasi yang terhubung melalui para pedagang. 

Proses integrasi itu juga diperkuat dengan berkembangnya korelasi kebudayaan. Bahkan juga ada yang diikuti dengan perkawinan.

3. Peran Bahasa

Perlu juga engkau pahami bahwa bahasa juga mempunyai tugas yang strategis dalam proses integrasi. Kamu tahu bahwa Kepulauan Indonesia terdiri atas diberibu-ribu pulau yang dihuni oleh guaka ragam suku bangsa. Tiap-tiap suku bangsa mempunyai bahasa masing-masing. 

Untuk mempergampang komunikasi antarsuku bangsa, diharapkan satu bahasa yang menjadi bahasa mediator dan sanggup dimengerti oleh tiruana suku bangsa. 

Jika tidak mempunyai kesamaan bahasa, persatuan tidak akan terjadi sebab di antara suku bangsa timbul kecurigaan dan prasangka lain.

Bahasa ialah masukana pergaulan. Bahasa Melayu dipakai hampir di tiruana pelabuhan-pelabuhan di Kepulauan Nusantara.

Bahasa Melayu semenjak zaman kuno sudah menjadi bahasa resmi negara Melayu (Jambi). Pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya, bahasa Melayu dijadikan bahasa resmi dan bahasa ilmu pengetahuan. 

Hal ini sanggup dilihat dalam Prasasti Kedukan Bukit tahun 683 M, Prasasti Talang Tuo tahun 684 M, Prasasti Kota Kapur tahun 685 M, dan Prasasti Karang Berahi tahun 686 M.

Para pedagang di daerah-daerah sebelah timur Nusantara, juga memakai bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. melaluiataubersamaini demikian, berkembanglah bahasa Melayu ke seluruh Kepulauan Nusantara. 

Pada mulanya bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa dagang. Akan tetapi lambat laun bahasa Melayu tumbuh menjadi bahasa mediator dan menjadi lingua franca di seluruh Kepulauan Nusantara. 

Di Semenanjung Malaka (Malaysia seberang), pantai timur Pulau Sumatra, pantai barat Pulau Sumatra, Kepulauan Riau, dan pantai-pantai Kalimantan, penduduk memakai bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan.

Masuk dan berkembangnya agama Islam, mendorong perkembangan bahasa Melayu. Buku-buku agama dan tafsir al- Qur’an juga mempergunakan bahasa Melayu. 

Ketika menguasai Malaka, Portugis mendirikan sekolah-sekolah dengan memakai bahasa Portugis, namun kurang berhasil. 

Pada tahun 1641 VOC merebut Malaka dan kemudian mendirikan sekolah-sekolah dengan memakai bahasa Melayu. Jadi, secara tidak sengaja, kehadiran VOC secara tidak eksklusif ikut berbagi bahasa Melayu. 

Untuk lebih mendalami, silakan membaca buku Sartono Kartodirdjo. Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 dari Emporium hingga Empirium.

Sumber http://www.kuttabku.com

Post a Comment for "Peran Para Ulama, Perdagangan Antarpulau Dan Bahasa Dalam Proses Integrasi Nasional Nusantara Indonesia"