Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

7 (Tujuh) Unsur-Unsur Kebudayaan Universal Berdasarkan Kluckhon Dan Koentjaraningrat

Berikut ini akan kita bahas tentang unsur-unsur budaya, unsur unsur kebudayaan, unsur kebudayaan, unsur budaya, 7 unsur kebudayaan, 7 unsur budaya, 7 unsur kebudayaan universal, unsur kebudayaan universal, unsur unsur kebudayaan universal, unsur2 kebudayaan, 7 unsur budaya universal, unsur universal kebudayaan, unsur budaya universal, 7 kebudayaan universal, tujuh unsur kebudayaan universal, 7 unsur kebudayaan universal berdasarkan koentjaraningrat, unsur bahasa, sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem kekerabatan dan organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem religi, dan kesenian.

Unsur-Unsur Budaya

Kebudayaan dalam suatu masyarakat terdiri atas tujuh unsur yang saling berkaitan. Dalam mengamati suatu kebudayaan spesialis antropologi membagi seluruh kebudayaan ke dalam unsur-unsur besar yang disebut unsur kultural universal, yaitu sistem peralatan hidup, mata pencaharian, religi, pengetahuan, organisasi sosial, kesenian, dan bahasa.

Unsur-Unsur Kebudayaan

Mempelajari unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah kebudayaan sangat penting untuk memahami beberapa unsur kebudayaan manusia.

Kluckhon dalam bukunya yang berjudul Universal Categories of Culture membagi kebudayaan yang ditemukan pada tiruana bangsa di dunia dari sistem kebudayaan yang sederhana menyerupai masyarakat pedesaan hingga sistem kebudayaan yang kompleks menyerupai masyarakat perkotaan.

Kluckhon membagi sistem kebudayaan menjadi tujuh unsur kebudayaan universal atau disebut dengan kultural universal. 

Menurut Koentjaraningrat, istilah universal mengatakan bahwa unsur-unsur kebudayaan bersifat universal dan sanggup ditemukan di dalam kebudayaan tiruana bangsa yang tersebar di aneka macam penjuru dunia. 

Ketujuh unsur kebudayaan tersebut ialah bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem ekonomi dan mata pencaharian hidup, sistem religi, serta kesenian.

Dalam memahami sebuah kebudayaan maka setiap unsur kebudayaan tersebut harus dibagi menjadi tiga kategori wujud kebudayaan, yaitu sistem ide, aktivitas, dan artefak. 

Misalnya, sistem wangsit di dalam sistem religi atau keyakinan hidup ialah konsep terkena Tuhan, dewa, roh halus, neraka, dan surga. 

Wujud kebudayaan berupa acara keagamaan ialah salat di masjid, misa di gereja, dan perayaan galungan di candi. 

Wujud material atau fisik unsur religi terdiri atas alat-alat suci bagi kegiatan keagamaan, menyerupai tasbih, rosario, kitab suci, dan pakaian ibadah.

Kultural universal ialah contoh bagi para antropolog dalam menyusun laporan etnografi setelah kembali atau sebelum melaksanakan penelitian ke lapangan. 

Ketika seorang antropolog hendak melaksanakan penelitian lapangan maka ia akan mulai mendeskripsikan masyarakat yang diteliti melalui konsep kultural universal tersebut. 

Oleh alasannya ialah itu, deskripsi yang dihasilkan ialah citra lengkap terkena kehidupan suatu masyarakat tertentu di dalam sistem bahasa, agama, organisasi sosial, sistem pengetahuan teknologi, ekonomi, dan keseniannya. 

Selanjutnya, perhatian para antropolog spesialuntuk berpusat pada salah satu unsur budaya masyarakat yang diteliti disertai dengan analisis yang komprehensif. Berikut ini akan diuraikan setiap unsur kultural universal.

1. Sistem Bahasa

Bahasa ialah masukana bagi insan untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk diberinteraksi atau berafiliasi dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi terkena bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. 

Menurut Keesing, kemampuan insan dalam membangun tradisi budaya, membuat pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. 

melaluiataubersamaini demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia. Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan insan secara verbal maupun tertulis untuk berkomunikasi ialah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu. 

Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut sanggup diuraikan dengan cara membandingkannya dalam penjabaran bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. 

Menurut Koentjaraningrat menentukan batas kawasan penyebaran suatu bahasa tidak mudah alasannya ialah kawasan perbatasan tempat tinggal individu ialah tempat yang sangat intensif dalam diberinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi.

Selain mempelajari terkena asal ajakan suatu bahasa tertentu ditinjau dari kerangka bahasa dunia, dalam antropologi linguistik juga dipelajari problem dialek atau logat bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi antara aneka macam masyarakat yang tinggal di satu rumpun atau satu kawasan menyerupai Jawa. 

Dalam bahasa Jawa terdapat bahasa Jawa halus menyerupai bahasa Jawa dialek Solo dan Yogyakarta, sedangkan dialek bahasa Jawa yang dianggap berangasan menyerupai dialek bahasa Jawa Timur. 

Perbedaan bahasa berdasarkan lapisan sosial dalam masyarakat disebut tingkat sosial bahasa atau social levels of speech. 

Dalam analisis antropologi kontemporer bahasa sering dikaitkan dengan konsep dan teori semiotika atau sintaksis yang tidak dibahas secara mendetail dalam antropologi, tetapi dibahas secara mendalam dalam studi ilmu linguistik yang disebut sebagai sosiolinguistik.

2. Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi alasannya ialah sistem pengetahuan bersifat ajaib dan berwujud di dalam wangsit manusia. 

Sistem pengetahuan sangat luas batasannya alasannya ialah meliputi beberapa aspek pengetahuan insan tentang aneka macam unsur yang digunakan dalam kehidupannya. 

Namun, yang menjadi kajian dalam antropologi ialah bagaimana pengetahuan insan digunakan untuk mempertahankan hidupnya. 

Misalnya, masyarakat biasanya mempunyai pengetahuan  akan astronomi tradisional, yakni perhitungan hari berdasarkan atas bulan atau benda-benda langit yang dianggap mempersembahkan tanda-tanda bagi kehidupan manusia.

Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan mempunyai sistem kalender pertanian tradisional yang disebut sistem pranatamangsa yang semenjak lampau sudah digunakan oleh nenek moyang untuk menjalankan acara pertaniannya. 

Menurut Marsono pranatamangsa dalam masyarakat Jawa sudah digunakan semenjak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau. 

Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan ketika mulai mengolah tanah, ketika menanam, dan ketika memguan hasil pertaniannya alasannya ialah tiruana acara pertaniannya didasarkan pada siklus insiden alam.

Masyarakat kawasan pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan menggantungkan hidupnya dari bahari sehingga mereka harus mengetahui kondisi bahari untuk menentukan ketika yang baik untuk menangkap ikan di laut.

Pengetahuan tentang kondisi bahari tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak formasi bintang di langit. Pengetahuan dalam penelitian etnografi ialah acara atau kemampuan suatu masyarakat yang dianggap menonjol oleh seorang etnografer atau masyarakat kebudayaan lain.

Misalnya, pengetahuan orang Irian yang tinggal di rawa-rawa untuk berburu buaya di malam hari dengan memakai peralatan yang sangat sederhana.

Menurut Koentjaraningrat, sistem pengetahuan pada awalnya belum menjadi pokok perhatian dalam penelitian para antropolog alasannya ialah mereka berasumsi bahwa masyarakat atau kebudayaan di luar bangsa Eropa mustahil mempunyai sistem pengetahuan yang lebih maju. 

Namun, perkiraan tersebut itu mulai bergeser secara lambat laun alasannya ialah kesadaran bahwa tidak ada suatu masyarakat pun yang bisa hidup apabila tidak mempunyai pengetahuan tentang alam sekelilingnya dan sifat-sifat dari peralatan hidup yang digunakannya.

Banyak suku bangsa yang tidak sanggup bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa aneka macam jenis ikan pindah ke hulu sungai. 

Selain itu, insan tidak sanggup membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciriciri materi mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. 

Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan insan yang ada di sekitarnya. Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia mempunyai pengetahuan terkena, antara lain

a. alam sekitarnya;
b. tumbuhan yang tumbuh di sekitar kawasan tempat tinggalnya;
c. binatang yang hidup di kawasan tempat tinggalnya;
d zat-zat, materi mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;
e. badan manusia;
f. sifat-sifat dan tingkah laris manusia;
g. ruang dan waktu.

Pengetahuan tentang alam sekitar, berupa pranatamangsa, musim, sifat-sifat tanda-tanda alam, dan perbintangan digunakan untuk berburu, berladang, bertani, dan melaut.

Pengetahuan tentang tumbuhan dan binatang digunakan untuk melengkapi acara mata pencaharian manusia. Pengetahuan tentang sifat-sifat zat yang ada di lingkungan sekitar insan berfungsi untuk membuat peralatan dan teknologi bagi kebutuhan hidupnya.

Pengetahuan tentang badan insan digunakan untuk kebutuhan pengobatan yang dilakukan dukun yang mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan penyakit seseorang.

3. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial

Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial ialah perjuangan antropologi untuk memahami bagaimana insan membentuk masyarakat melalui aneka macam kelompok sosial. 

Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adab istiadat dan aturan-aturan terkena aneka macam macam kesatuan di dalam lingkungan di mana beliau hidup dan bergaul dari hari ke hari. 

Kesatuan sosial yang paling akrab dan dasar ialah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang akrab dan kerabat yang lain. 

Selanjutnya, insan akan digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi sosial dalam kehidupannya.

Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat alasannya ialah perkawinan ialah inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi sosial.

Perkawinan diartikan sebagai penyatuan dua orang yang tidak sama jenis kelabuin untuk membagi sebagian besar hidup mereka bersama-sama.

Namun, definisi perkawinan tersebut bisa diperluas alasannya ialah acara tersebut mengandung aneka macam unsur yang melibatkan kerabat luasnya.

a. Jenis Perkawinan

Dilihat dari jenis perkawinan, Marvin Harris mengelompokkan perkawinan menjadi beberapa macam, antara lain sebagai diberikut.
  • Monogami, yakni berkeluarga dengan satu orang saja.
  • Poligami, yakni berkeluarga dengan beberapa orang.
  • Poliandri, yakni seorang perempuan berkeluargai beberapa orang laki-laki.
  • Poligini, yakni satu orang pria berkeluargai beberapa orang perempuan.
  • Perkawinan kelompok (group marriage), yakni jenis perkawinan yang memperbolehkan pria dengan beberapa perempuan sanggup melaksanakan kekerabatan seks satu sama lain.
  • Levirat, yakni perkawinan antara seorang janda dengan saudara pria suaminya yang sudah meninggal.
  • Sororat, yakni perkawinan antara seorang duda dengan saudara perempuan istri yang sudah meninggal.
b. Prinsip Jodoh Ideal

Dalam sistem perkawinan masyarakat terdapat dua jenis pemilihan calon pasangan yang dianggap sesuai berdasarkan adab masyarakat setempat, antara lain sebagai diberikut.

1) Prinsip Endogami

Prinsip endogami ialah menentukan calon pasangan dari dalam kerabatnya sendiri. Hal ini bisa dilihat dalam masarakat Jawa kuno yang menentukan sepupu jauh sebagai jodoh ideal. 

Dalam masyarakat yang menganut sistem kasta menyerupai masyarakat Bali prinsip ini dipegang teguh untuk menjaga kemurnian darah kebangsawanan.

2) Prinsip Eksogami

Prinsip eksogami ialah menentukan calon pasangan yang berasal dari luar kerabat atau klannya. Masyarakat Batak mempraktikkan hal ini dengan konsep dalihan na tolu, yakni berkeluargakan gadis antarkelompok kekerabatan yang tidak sama marga.

Pola perkawinan tersebut memang masih dianut oleh masyarakat setempat yang mempraktikkannya meskipun arus modernisasi sudah mulai menggeser kebiasaan tersebut.

Misalnya, masyarakat Jawa sudah mulai meninggalkan kebiasaan mencari jodoh ideal yang berasal dari satu kerabat dan mulai mencari jodoh di luar kerabatnya sendiri. 

Pergeseran nilai dan norma masyarakat serta perkembangan zaman mulai mengubah prinsip kekerabatan dalam perkawinan. Prinsip keturunan dalam kekerabatan berkaitan dengan problem perkawinan. 

Terdapat jenis kekerabatan yang menganut prinsip patrilineal atau menganut garis keturunan ayah atau pihak pria dan prinsip matrilineal atau menganut garis keturunan dari pihak ibu atau perempuan serta prinsip-prinsip kombinasi menyerupai kekerabatan ambilineal dan bilineal.

Masyarakat yang bersifat patriarkal sanggup dijumpai di aneka macam tempat alasannya ialah lebih banyak didominasi masyarakat mempraktikkan prinsip keturunan ini. 

Masyarakat Jawa ialah contoh yang paling faktual dalam mempraktikkan prinsip patrilineal. Sebaliknya, masyarakat Minangkabau mempraktikkan prinsip keturunan matrilineal yang jarang sekali diterapkan dalam masyarakat lainnya.

c. Adat Menetap

Adat menetap setelah berkeluarga juga termasuk dalam bahasan terkena kekerabatan. Dalam analisis antropologi Koentjaraningrat sebut adanya tujuh macam adab menetap setelah berkeluarga, antara lain sebagai diberikut.
  • Utrolokal, yaitu kebebasan untuk menetap di sekitar kediaman kerabat suami atau istri.
  • Virilokal, yaitu adab yang tetapkan pengantin harus tinggal di sekitar sentra kediaman kaum kerabat suaminya.
  • Uxorilokal, yaitu adab yang tetapkan pengantin untuk tinggal di sentra kediaman keluarga istri.
  • Bilokal, yaitu adab yang tetapkan pengantin untuk tinggal dalam sekitar sentra kediaman kerabat suami dan istri secara bergantian.
  • Avunlokal, yaitu adab yang tetapkan pengantin untuk tinggal di sekitar tempat kediaman saudara pria dari suami ibu.
  • Natolokal, yaitu adab yang tetapkan pengantin untuk tinggal terpisah dan suami tinggal di rumah kerabatnya.
  • Neolokal, yaitu adab yang tetapkan pengantin untuk tinggal di kediaman gres yang tidak mengelompok di rumah kerabat suami ataupun istri.
d. Keluarga Batih dan Keluarga Luas

Di dalam perkawinan terbentuklah keluarga batih atau keluarga inti yang anggotanya terdiri atas ayah, ibu, dan anak. 

Keluarga batih atau nuclear family ialah kelompok sosial terkecil dalam masyarakat yang didasarkan atas adanya kekerabatan darah para anggota. Dari beberapa keluarga inti akan terbentuk keluarga luas (extended family).

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. 

Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan insan berdasarkan unsur teknologi yang digunakan suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. 

melaluiataubersamaini demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi ialah bahasan kebudayaan fisik. 

Menurut Koentjaraningrat, pada masyarakat tradisional terdapat delapan macam sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik yang digunakan oleh kelompok insan yang hidup berpindah-pindah atau masyarakat pertanian, antara lain sebagai diberikut.

a. Alat-Alat Produktif

Alat-alat produktif ialah alat-alat untuk melaksanakan suatu pekerjaan berupa alat sederhana menyerupai kerikil untuk menumbuk gandum atau untuk menumbuk padi dan alat-alat berteknologi kompleks menyerupai alat untuk menenun kain. 

Jenis-jenis alat-alat produktif ini sanggup dibagi berdasarkan materi mentahnya, yaitu yang terbuat dari batu, kayu, logam, bambu, dan tulang binatang. 

Berdasarkan metode pembuatannya alat-alat produktif dibedakan berdasarkan metode pemukulan (percussion flaking), metode pemfokusan (pressure flaking), metode pemecahan (chipping),dan metode penggilingan (grinding). 

Berdasarkan pemakaiannya, alat-alat produktif sanggup dibedakan berdasarkan fungsinya dan berdasarkan jenis peralatannya. Berdasarkan fungsinya, alat-alat produktif sanggup dibedakan berdasarkan jenis alat potong, alat tusuk, pembuat lubang, alat pukul, alat penggiling, dan alat pembuat api. 

Berdasarkan jenis peralatannya, alat-alat produktif sanggup dibedakan menjadi alat tenun, alat rumah tangga, alat-alat pertanian, alat penangkap ikan, dan jerat perangkap binatang. 

Namun, alat produktif pada ketika ini tidak dibatasi spesialuntuk berdasarkan pada alat-alat yang dibentuk secara manual. Alat-alat produktif pada masyarakat masa kini semakin bermacam-macam dengan ditemukannya mesin dan alat listrik hingga teknologi yang dihasilkan dan digunakan juga lebih canggih dan kompleks. 

Selanjutnya, dalam perkembangan kebudayaan insan alat-alat bertenaga mesin dan listrik ialah peralatan hidup insan yang penting.

b. Senjata

Sebagai alat produktif, senjata digunakan untuk mempertahankan diri atau melaksanakan acara ekonomi menyerupai berburu dan menangkap ikan. Namun, sebagai alat produktif senjata juga digunakan untuk berperang. Berdasarkan bahannya, senjata dibedakan berdasarkan materi dari kayu, besi, dan logam. 

Pada ketika ini pengertian senjata sudah menyempit spesialuntuk sebagai alat yang digunakan untuk mempertahankan diri dari serangan dan alat untuk berperang menyerupai senjata modern dan senjata nuklir yang mempunyai daya hancur yang relatif tinggi.

c. Wadah

Alat produktif berupa wadah dalam bahasa Inggris disebut container. Wadah ialah alat untuk menyimpan, menimbun, dan memuat barang. Peralatan hidup berupa wadah banyak digunakan pada zaman prasejarah pada ketika insan mulai memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Pada zaman prasejarah anyaman dari kulit atau serat kayu menjadi pilihan masyarakat. Selanjutnya, terjadi perkembangan alat produksi dengan ditemukannya metode membuat gerabah (pottery) yang banyak dibentuk dari materi tanah liat. 

Seiring dengan meningkatnya acara ekonomi insan maka bentuk dan jenis wadah pun mulai berkembang. Misalnya, di dalam acara pertanian menuntut suatu tempat penyimpanan hasil pertanian sehingga dibuatlah wadah berupa lumbung padi permguan.

d. Alat-Alat Menyalakan Api

Masyarakat zaman prasejarah membuat teknologi untuk menyalakan api dengan menggesek-gesekkan dua buah batu.

melaluiataubersamaini ditemukannya materi bakar minyak dan gas maka pembuatan api menjadi lebih mudah dan efisien. Api ialah unsur penting dalam kehidupan insan sehingga pembuatannya menuntut teknologi yang semakin maju.

e. Makanan, Minuman, Bahan Pembangkit Gairah, dan Jamu-jamuan 

Dalam sistem pengetahuan cara-cara memasak menarikdanunik untuk dikaji alasannya ialah setiap kelompok masyarakat dan kebudayaan mempunyai sistem pengetahuan dan kebiasaan yang tidak sama-beda dalam mengolah kuliner atau minuman. 

Di dalam antropologi jenis-jenis dan materi kuliner tertentu mempersembahkan arti atau simbol khusus bagi masyarakat tertentu atau dikaitkan dengan konsepsi keagamaan tertentu. 

Misalnya, babi dan katak ialah binatang yang diyakini haram oleh kaum muslim sehingga dihentikan dimakan. Sebaliknya, dalam masyarakat Papua, babi menjadi simbol kuliner penting alasannya ialah ialah binatang yang dijadikan mahar dalam pesta perkawinan. 

Dalam kajian antropologi masyarakat kontemporer, pembahasan terkena kuliner dan minuman disebut dengan istilah masakan (culinair).

f. Pakaian dan Tempat Perhiasan

Pakaian ialah kebutuhan dasar insan untuk melindungi diri dari perubahan cuaca. Pembahasan fungsi pakaiansebagai alat produktif dalam antropologi ialah pada bagaimana metode pembuatan serta cara-cara menghias pakaian dan tempat perhiasan. 

Dalam suatu masyarakat pakaian seolah menjadi cuilan dari tradisi atau adab istiadat sehingga setiap negara atau suku bangsa mempunyai pakaian adab atau kebemasukannya sendiri. 

Di dalam masyarakat Indonesia yang sangat beragam setiap suku bangsa mempunyai pakaian adatnya masing-masing yang berfungsi sebagai simbol-simbol budaya tertentu yang merepresentasikan adab istiadat dan nilai-nilai suku bangsa tersebut.

g. Tempat Berlindung dan Perumahan

Rumah atau tempat berlindung ialah wujud kebudayaan yang mengandung unsur teknologi. Manusia membuat tempat tinggalnya senyaman mungkin diubahsuaikan dengan lingkungan alam sekitarnya. 

Masyarakat Eskimo yang tinggal di kawasan kutub utara membuat rumahnya dari susunan balok-balok es untuk menahan serangan dingin. 

Masyarakat Minangkabau membuat bentuk rumah panggung untuk menghindarkan diri dari binatang buas. Dalam masyarakat Jawa dibentuk rumah berarsitektur jendela besar alasannya ialah suhu udara yang tropis dan lembab. 

Berdasarkan bangunannya, tiruana bentuk rumah dalam setiap kelompok masyarakat harus diubahsuaikan dengan kondisi alam sekitarnya. 

Pada ketika ini banyak dijumpai di perkotaan perumahan dengan istilah realestat, kondominium, apartemen, dan rumah susun. 

Untuk mengantisipasi dan menanggulangi kepadatan penduduk di kawasan perkotaan maka dibangun sistem rumah susun. 

Semua bentuk rumah atau tempat tinggal ialah hasil teknologi insan yang mencerminkan kebudayaannya masing-masing.

h. Alat-Alat Transportasi

Manusia mempunyai sifat selalu ingin bergerak dan berpindah tempat. Mobilitas insan tersebut semakin usang semakin tinggi sehingga diharapkan alat transportasi yang bisa mencukupi kebutuhan untuk megampangkan insan dan barang.

Kebutuhan mobilitas insan tidak spesialuntuk muncul di zaman modern menyerupai kini ini, namun sudah
ada semenjak ketika zaman prasejarah. 

Menurut fungsinya alat-alat transpor yang terpenting ialah sepatu, binatang, alat seret, kereta beroda, rakit, dan perahu. 

Masyarakat ketika ini sudah menggantungkan kebutuhan transportasinya pada mobil, kereta api, kapal laut, kapal terbang, atau motor dan meninggalkan alat transportasi binatang, menyerupai kuda, anjing, atau lembu alasannya ialah dianggap tidak mudah dan efisien. 

Pada ketika ini kuda atau keledai yang lampau dijadikan alat transportasi atau pengangkut barang sudah usang digantikan dengan truk-truk dan kendaraan beroda empat yang dianggap lebih cepat, ekonomis, dan efisien.

Sebelum ditemukannya roda, alat transportasi masih banyak memakai ganjal kaki atau alat seret yang diikatkan pada binatang menyerupai pada alat angkut orang Indian di Amerika.

Penemuan roda menjadi dasar inovasi aneka macam mesin, pesawat, dan alat transportasi yang semakin maju, menyerupai mobil, kapal, pesawat terbang, dan kereta.

5. Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup

Mata pencaharian atau acara ekonomi suatu masyarakat menjadi serius kajian penting etnografi. Penelitian etnografi terkena sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain:

a. berburu dan meramu;
b. beternak;
c. bercocok tanam di ladang;
d. menangkap ikan;
e. bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.

Lima sistem mata pencaharian tersebut ialah jenis mata pencaharian insan yang paling renta dan dilakukan oleh sebagian besar masyarakat pada masa lampau dan pada ketika ini banyak masyarakat yang beralih ke mata pencaharian lain. 

Mata pencaharian meramu pada ketika ini sudah usang ditinggalkan alasannya ialah terbatasnya sumber daya alam alasannya ialah semakin banyaknya jumlah penduduk.

Misalnya, mata pencaharian meramu masyarakat Papua. Dalam masyarakat Papua hingga ketika ini masih dilakukan kebiasaan mengumpulkan sagu dari pohon sagu di hutan atau mencari tombelo (sejenis jamur) yang tumbuh pada batang pohon yang sudah lapuk untuk dijadikan sebagai sumber makanan.

Pada masa praaksara, mata pencaharian insan pun mengalami perubahan dari jenis mata pencaharian yang sederhana ke jenis mata pencaharian yang kompleks. 

Pada ketika sistem bercocok tanam mulai berhasil diterapkan dan kontak sosial antarindividu semakin sering maka lahirlah sistem pertukaran barang pertama yang dilakukan oleh insan yang disebut dengan sistem barter. 

Sistem tukar barang ialah menukarkan sebagian hasil produksi dengan hasil produksi yang dihasilkan oleh orang lain. Misalnya, orang yang tinggal di kawasan pepegununganan menukarkan sayur mayur hasil produksi ladangnya dengan ikan atau garam yang dihasilkan penduduk kawasan pesisir pantai. 

Dikenalnya mata uang dalam sistem ekonomi, mengubah prinsip pertukaran tukar barang yang didasarkan atas uang sebagai nilai tukarnya sehingga terbentuklah sistem pasar. Pada ketika ini spesialuntuk sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang berbasiskan pada sektor pertanian. 

Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara eksklusif untuk memenuhi kebutuhan hidup insan dalam sektor pertanian spesialuntuk bisa ditemukan di kawasan pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi. 

Pada ketika ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama dalam mencari nafkah. Sesudah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup insan untuk tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil produksi pertaniannya. 

Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan pendidikan dan keterampilannya dalam mencari pekerjaan.

6. Sistem Religi

Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat ialah adanya pertanyaan mengapa insan percaya kepada adanya suatu kekuatan mistik atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada insan dan mengapa insan itu melaksanakan aneka macam cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut. 

Dalam perjuangan untuk memecahkan pertanyaan fundamental yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa ialah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat insan pada zaman lampau ketika kebudayaan mereka masih primitif.

Kajian antropologi dalam memahami unsur religi sebagai kebudayaan insan tidak sanggup dipisahkan dari religious emotion atau emosi keagamaan. 

Emosi keagamaan ialah perasaan dalam diri insan yang mendorongnya melaksanakan tindakan-tindakan yang bersifat religius. 

Emosi keagamaan ini pula yang memunculkan konsepsi benda-benda yang dianggap sakral dan profan dalam kehidupan manusia.

Dalam sistem religi terdapat tiga unsur yang harus dipahami selain emosi keagamaan, yakni sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan, dan umat yang menganut religi itu. 

Secara evolusionistik, religi insan juga berkembang dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks. Perhatian utama para andal antropologi pada awalnya ialah terkena bentuk religi atau keyakinan yang bersifat alami. 

Misalnya, kepercayaan menyembah pada suatu kekuatan mistik di luar diri manusia, berupa pegunungan, angin, hutan, dan laut.

Kepercayaan tersebut berkembang pada tingkatan yang lebih tinggi, yakni kepercayaan kepada satu tuhan saja (monotheism) dan lahirnya konsepsi agama wahyu, menyerupai Islam, Hindu, Buddha, dan Kristen.

Sistem religi juga meliputi beberapa aspek terkena dongeng-dongeng atau dongeng yang dianggap suci terkena sejarah para dewa-dewa (mitologi). 

Cerita keagamaan tersebut terhimpun dalam buku-buku yang dianggap sebagai kesusastraan suci. Salah satu unsur religi ialah acara keagamaan di mana terdapat beberapa aspek yang penting untuk dilakukan dalam acara tersebut. Unsur tersebut, antara lain sebagai diberikut.
  • Tempat dilakukannya upacara keagamaan, menyerupai candi, pura, kuil, surau, masjid, gereja, wihara atau tempat-tempat lain yang dianggap suci oleh umat beragama.
  • Waktu dilakukannya upacara keagamaan, yaitu hari-hari yang dianggap keramat atau suci atau melaksanakan hari yang memang sudah ditentukan untuk melaksanakan program religi tersebut.
  • Benda-benda dan alat-alat yang digunakan dalam upacara keagamaan, yaitu patung-patung, alat bunyi-bunyian, kalung sesaji, tasbih, dan rosario.
  • Orang yang memimpin suatu upacara keagamaan, yaitu orang yang dianggap mempunyai kekuatan religi yang lebih tinggi dibandingkan anggota kelompok keagamaan lainnya. Misalnya, ustad, pastor, dan biksu. Dalam masyarakat yang tingkat religinya masih relatif sederhana pemimpin keagamaan ialah dukun, saman atau tetua adat.

7. Kesenian

Perhatian andal antropologi terkena seni bermula dari penelitian etnografi terkena acara kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut meliputi terkena benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, menyerupai patung, ukiran, dan hiasan. 

Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan insan lebih mengarah pada metode-metode dan proses pembuatan benda seni tersebut. 

Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga mereview perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat. Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias. 

Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang sanggup ditangkap melalui pendengaran maupun penglihatan. 

Jenis seni tradisional ialah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern ialah film, lagu, dan koreografi.

Dalam kajian antropologi kontemporer terdapat kajian visual culture, yakni analisis kebudayaan yang khusus mengkaji seni film dan foto. 

Dua media seni tersebut berusaha menampilkan kehidupan insan beserta kebudayaannya dari sisi visual berupa film dokumenter atau karya-karya foto terkena acara kebudayaan suatu masyarakat.

Sumber http://www.kuttabku.com

Post a Comment for "7 (Tujuh) Unsur-Unsur Kebudayaan Universal Berdasarkan Kluckhon Dan Koentjaraningrat"