Potensi Dan Duduk Perkara Akhir Keberagaman Budaya Dan Kemajemukan Masyarakat Di Indonesia Serta Cara Mengatasinya
Berikut ini akan dijelaskan terkena potensi keberagaman budaya di indonesia, keragaman budaya indonesia, jelaskan akhir keberagaman masyarakat indonesia, potensi budaya indonesia, keberagaman budaya indonesia, bhinneka tunggal ika, keberagaman budaya di indonesia, keguakaragaman budaya di indonesia, masyarakat majemuk, masyarakat multikultural, kemajemukan agama, kemajemukan masyarakat, kemajemukan sosial, kemajemukan masyarakat indonesia, kemajemukan bangsa indonesia, etika istiadat, duduk masalah keberagaman budaya, duduk masalah akhir keberagaman budaya.
Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
Indonesia yaitu sebuah masyarakat beragam yang tercermin dari semboyan bangsa Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Semboyan itu mengandung arti bahwa bangsa Indonesia yaitu sebuah negara yang terdiri atas masyarakat-masyarakat suku bangsa yang dipersatukan dan diatur oleh sistem nasional berupa bahasa, bendera, lagu kebangsaan, dan peraturan perundangan dalam satu kesatuan Republik Indonesia.
Di antara 175 negara anggota PBB yang bersifat multietnik, spesialuntuk sekitar 12 negara yang struktur sosialnya homogen, ibarat Jerman, Jepang, dan Somalia.
Menurut Clifford Geertz, guaka ragam kebudayaan yang berkembang di Indonesia sanggup dibagi menjadi dua tipe menurut ekosistemnya, antara lain sebagai diberikut.
Kebudayaan Indonesia Dalam
Kebudayaan yang berkembang di Indonesia Dalam, yaitu tempat Jawa dan Bali ini, ditandai oleh tingginya intensitas pengolahan tanah secara teratur dan sudah menggunakan sistem pengairan dan menghasilkan padi yang ditanam di sawah.
melaluiataubersamaini demikian, kebudayaan di Jawa yang menggunakan tenaga kerja insan dalam jumlah besar disertai peralatan yang relatif lebih kompleks ialah perwujudan upaya insan mengubah ekosistemnya untuk kepentingan masyarakat.
Kebudayaan Indonesia Luar
Kebudayaan yang berkembang di Indonesia Luar, yaitu di luar Pulau Jawa dan Bali, kecuali di sekitar Danau Toba, dataran tinggi Sumatra Barat dan Sulawesi Barat Daya yang berkembang atas dasar pertanian perladangan.
Ekosistem di tempat ini ditandai dengan jarangnya penduduk yang pada umumnya gres beranjak dari kebiasaan hidup berburu ke arah hidup bertani.
Oleh lantaran itu, mereka cenderung untuk mengikuti keadaan mereka dengan ekosistem yang ada sehingga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat mereka melaksanakan migrasi ke tempat lain.
Sistem kebudayaan masyarakat yang berkembang di tempat ini yaitu kebudayaan masyarakat pantai yang diwarnai kebudayaan alam pesisir, kebudayaan masyarakat peladang, dan kehidupan masyarakat berburu yang masih sering berpindah tempat.
Keberagaman Budaya di Indonesia
Posisi geografis Indonesia yang sangat strategis mendorong terbentuknya heterogenitas budaya yang membentuk sikap sosial, sistem nilai, pandangan hidup, dan sistem kepercayaan yang dilestarikan sebagai wujud ikatan primordial.
Kepulauan Indonesia ialah jalur kemudian lintas perdagangan yang sangat ramai lantaran terletak di antara dua samudra, yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
Melalui acara perdagangan antarnegara ini imbas kebudayaan abnormal masuk ke Indonesia ibarat kebudayaan India yang membawa penyebaran imbas agama Buddha dan Hindu.
Selain mendapatkan imbas agama Hindu, Indonesia juga mendapatkan imbas agama Islam yang disebarkan para pedagang muslim yang menelusuri jalur perdagangan di pantai bahari Hindia hingga ke Aceh dan pantai utara Sumatra.
Selanjutnya, para pedagang muslim dan para sufi, selain berdagang juga membuatkan agama dan budaya Islam di Sumatra, Jawa, hingga Maluku.
Kerajaan yang mendapatkan imbas budaya Islam terdapat di pedalaman Jawa, yaitu di Kerajaan Mataram. Di Kerajaan Mataram Islam terjadi akulturasi budaya Islam dengan budaya Hindu-Jawa yang membuat adonan budaya Hindu, Jawa, dan Islam.
Meskipun secara formal penduduk Mataram beragama Islam, namun raja Mataram melestarikan bentuk-bentuk budaya Hindu dalam ritual kerajaan, ibarat budaya labuhan dan sesaji.
Pada masa penjajahan, Indonesia mendapatkan imbas budaya Barat dari penjajah Portugis, Inggris, dan Belanda yang beragama Kristen dan Katolik.
Pengaruh kebudayaan Kristen dan Kristen tersebut berkembang di tempat Sumatra Utara, Sulawesi Utara, Toraja, Ambon, dan Nusa Tenggara Timur.
Selanjutnya, kebudayaan Kristen tersebut bercampur dengan kebudayaan masyarakat setempat. Melihat struktur sosial masyarakat Indonesia yang berguaka ragam budaya, etnik, ras, agama, dan bahasanya maka masyarakat Indonesia sanggup digolongkan sebagai masyarakat majemuk.
a. Kemajemukan menurut Agama
Struktur sosial masyarakat Indonesia ditandai oleh keragaman di bidang agama yang dianut oleh suku-suku bangsa tertentu.
Suku bangsa Aceh yang tinggal di Sumatra mayoritas memeluk agama Islam, sedangkan suku bangsa Batak yang tinggal di Provinsi Sumatra Utara mayoritas beragama Kristen.
Di lain pihak, suku bangsa Jawa, Sunda, dan Betawi yang tinggal di Pulau Jawa mayoritas penduduknya memeluk agama Islam.
Sebagian besar penduduk Bali memeluk agama Hindu, sedangkan mayoritas penduduk Pulau Lombok yang berbatasan dengan Bali memeluk agama Islam.
Keragaman agama dan kepercayaan di Indonesia juga tercermin dari praktik religi dan kepercayaan yang dianut oleh suku-suku pedalaman di Indonesia.
Misalnya, suku bangsa Dayak di Kalimantan yang masih mempraktikkan ritual-ritual animisme dan dinamisme warisan nenek moyang.
b. Kemajemukan menurut Bahasa
Kemajemukan masyarakat Indonesia juga tercermin dari penerapan bahasa di Indonesia. Menurut Clifford Geertz, di Indonesia terdapat 300 suku bangsa yang berbicara dalam 250 bahasa.
Di Jawa, suku bangsa Sunda berbicara dengan bahasa Sunda, suku bangsa Jawa di Jawa Tengah dan Jawa Timur mengunakan bahasa Jawa, dan suku bangsa Madura yang tinggal di Pulau Madura berbicara dengan menggunakan bahasa Madura.
Di Sumatra setiap etnik berkomunikasi dengan bahasa wilayahnya masing-masing. Suku bangsa Melayu yang terdiri atas suku bangsa Aceh, Batak, dan Melayu, berbicara menggunakan bahasa wilayahnya masing-masing.
Di Provinsi Aceh, terdapat empat macam bahasa, yaitu Gayo- Alas, Aneuk Jamee, Tamiang, dan bahasa Aceh yang masing-masing penuturnya tidak sanggup memahami penutur bahasa setempat lainnya.
Kemajemukan bahasa di Indonesia juga tercermin dari penerapan ragam bahasa khusus yang digunakan beberapa suku-suku pedalaman di Indonesia.
Menurut Raymond Gordon, di Provinsi Papua terdapat 271 buah bahasa. Bahasa terbesar yang digunakan di Papua yaitu bahasa Biak Numfor yang digunakan oleh 280.000 orang, sedangkan jumlah pemakai bahasa terkecil yaitu bahasa Woria yang spesialuntuk digunakan oleh 5 orang anggota suku Woria.
Selain itu, keragaman bahasa juga terdapat di banyak sekali tempat di Pulau Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
c. Kemajemukan berdasar Ras dan Etnik
Masyarakat awal pada zaman praaksara yang hadir pertama kali di Kepulauan Indonesia yaitu ras Austroloid sekitar 20.000 tahun yang lalu.
Selanjutnya, disusul kehadiran ras Melanosoid Negroid sekitar 10.000 tahun lalu. Ras yang hadir terakhir ke Indonesia yaitu ras Melayu Mongoloid sekitar 2500 tahun SM pada zaman Neolithikum dan Logam.
Ras Austroloid kemudian bermigrasi ke Australia dan sisanya hidup di di Nusa Tenggara Timur dan Papua.
Ras Melguasia Mongoloid berkembang di Maluku dan Papua, sedangkan ras Melayu Mongoloid menyebar di Indonesia potongan barat. Rasras tersebut tersebar dan membentuk banyak sekali suku bangsa di Indonesia.
d. Kemajemukan Berdasar Budaya dan Adat Istiadat
Menurut van Vollenhoven, masyarakat Indonesia dikelompokkan menjadi 23 suku bangsa yang mempunyai sistem budaya dan etika yang tidak sama-beda. 23 suku bangsa tersebut, antara lain:
1) Aceh;
2) Gayo-Alas dan Batak;
3) Nias dan Batu;
4) Minangkabau;
5) Mentawai;
6) Sumatra Selatan;
7) Enggano;
8) Melayu;
9) Bangka dan Belitung;
10) Kalimantan;
11) Sangir Talaud;
12) Gorontalo;
13) Toraja;
14) Sulawesi Selatan;
15) Ternate;
16) Ambon dan Maluku;
17) Kepulauan Barat Daya;
18) Irian;
19) Timor;
20) Bali dan Lombok;
21) Jawa Tengah dan Jawa Timur;
22) Surakarta dan Yogyakarta;
23) Jawa Barat.
Berdasarkan penelitian antropolog J.M Melalatoa, di Indonesia terdapat kurang lebih 500 suku bangsa. Menurut Zulyani Hidayah, di Indonesia terdapat kurang lebih 656 suku bangsa.
Di antara suku-suku bangsa tersebut suku bangsa Jawa ialah suku bangsa terbesar dengan jumlah penduduk sebesar 90 juta jiwa. Namun, terdapat pula suku bangsa yang terdiri atas 981 jiwa, yaitu suku bangsa Bgu di pantai utara Provinsi Papua.
Budaya dan etika istiadat suku-suku bangsa di indonesia tersebut mempunyai banyak sekali perbedaan. Suku-suku bangsa yang sudah banyak bergaul dengan masyarakat luar dan bersentuhan dengan budaya modern ibarat suku Jawa, Mingkabau, Batak, Aceh, dan Bugis
mempunyai budaya lokal yang tidak sama dengan suku-suku bangsa yang masih tertutup atau terisolir ibarat suku Dayak di pedalaman Kalimantan dan suku Wana di Sulawesi Tengah.
Menurut Bruner, struktur masyarakat beragam di Indonesia mengatakan adanya kebudayaan mayoritas yang disebabkan oleh dua hal, sebagai diberikut.
a. Faktor Demografis
Di Indonesia, kesentidakboleh jumlah penduduk yang sangat timpang terjadi antara Pulau Jawa dan luar Jawa. Meskipun luas, Pulau Jawa spesialuntuk delapan persen dari seluruh wilayah Indonesia.
Sekitar 70 persen penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa sehingga secara demografis penduduk Pulau Jawa lebih mayoritas dibandingkan dengan di Pulau luar Jawa.
b. Faktor Politis
Dominasi etnik tertentu dalam struktur pemerintahan Indonesia mengakibatkan banyak sekali kebijakan-kebijakan dari pemerintah sentra yang cenderung dianggap tidak adil lantaran seringkali menguntungkan golongan tertentu sehingga menimbulkan ketidakpuasan bagi kelompok lainnya.
Selain itu, kegagalan mengartikulasikan kepentingan politik lokal dan tersumbatnya komunikasi politik mengakibatkan terjadinya konflik sosial antaretnis.
melaluiataubersamaini struktur sosial yang bersifat beragam maka masyarakat Indonesia selalu menghadapi permasalahan konflik etnik, diskriminasi sosial, dan terjadinya disintegrasi masyarakat.
Diferensiasi sosial yang melingkupi struktur sosial kemajemukan masyarakat Indonesia, antara lain sebagai diberikut.
- Diferensiasi yang disebabkan oleh perbedaan etika istiadat (custom differentiation) yang timbul lantaran perbedaan etnik, budaya, agama, dan bahasa.
- Diferensiasi struktural (structural differentiation) yang disebabkan oleh perbedaan kemampuan untuk mengakses sumber ekonomi dan politik antaretnik sehingga mengakibatkan kesentidakboleh sosial antara etnik yang tidak sama dalam masyarakat.
Kemajemukan dan heterogenitas masyarakat Indonesia harus dikembangkan menjadi sebuah model keberagaman budaya untuk mencegah timbulnya konflik-konflik sosial akhir perbedaan sistem nilai dan budaya antarkelompok masyarakat di Indonesia.
Penanganan Masalah Akibat Keberagaman Budaya
Penanganan duduk masalah akhir keberagaman budaya membutuhkan pendekatan yang bijak lantaran duduk masalah keberagaman berafiliasi isu-isu sensitif, ibarat suku, agama, ras, dan antargolongan (sara).
Dalam menangani duduk masalah yang ditimbulkan keberagaman budaya diharapkan langkah dan proses yang berkesinambungan.
Pertama, memperbaiki kebijakan pemerintah di bidang pemerataan hasil pembangunan di segala bidang. Hal ini disebabkan lantaran permasalahan yang ditimbulkan lantaran perbedaan budaya ialah duduk masalah politis.
Kedua, penanaman sikap toleransi dan saling menghormati adanya perbedaan budaya melalui pendidikan pluralitas dan multikultural di dalam jenjang pendidikan formal.
Sejak dini, siswa ditanamkan nilai-nilai kebersamaan, saling menghormati, toleransi, dan solidaritas sosial sehingga bisa menghargai perbedaan secara tulus, komunikatif, dan terbuka tanpa adanya rasa saling curiga.
melaluiataubersamaini demikian, model pendidikan pluralitas dan multikultur tidak sekadar menanamkan nilai-nilai keberagaman budaya, namun juga memperkuat nilai-nilai bersama yang sanggup dijadikan dasar dan pandangan hidup bersama.
Post a Comment for "Potensi Dan Duduk Perkara Akhir Keberagaman Budaya Dan Kemajemukan Masyarakat Di Indonesia Serta Cara Mengatasinya"